Tuesday, July 12, 2011

MUJIZAT TERJADI DI SEGALA KEADAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Juli 2011 -

Baca:  2 Raja-Raja 4:1-7

"Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu."  2 Raja-Raja 4:7

Perjalanan hidup manusia di dunia ini penuh dengan warna-warni, segala sesuatu bisa berubah dengan drastis:  kadang berada di atas, tapi dengan secepat kilat bisa berada di bawah;  hari ini berlimpah harta, esok masuk penjara;  hari ini berada di puncak popularitas, esok dengan gampang dilupakan orang dan tak dianggap lagi.  Itulah sebabnya pengkhotbah berkata,  "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya."  (Pengkhotbah 3:1).  Ada suka dan duka, sakit adan sehat, tertawa dan menangis, menabur dan menuai, berhasil dan gagal.  Namun yang pasti, dalam setiap keadaan Tuhan sanggup  "...membuat segala sesuatu indah pada waktunya,..."  (Pengkhotbah 3:11a).  Tuhan dapat menghadirkan mujizat dan kemenangan dalam situasi yang bagaimana pun, yang secara manusia adalah mustahil tapi bagi Dia tak ada yang tak mungkin.

     Ada kisah seorang wanita yang mengalami pergumulan sangat berat.  Kebahagiaan dan canda tawa yang ia rajut bersama suami terasa begitu cepat berlalu, berganti kepedihan dan penderitaan;  suaminya mati dan meninggalkan banyak hutang.  Dikatakannya,  "...penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya."  (2 Raja-Raja 4:1).  Namun jika kita baca di akhir kisah, janda ini mengalami terobosan dalam hidupnya;  mujizat dan pertolongan Tuhan yang ajaib dinyatakan.  Apa rahasianya?  1.  Ia datang ke alamat yang tepat.  Janda ini menyampaikan permasalahannya kepada Tuhan dan pada akhirnya  ia beroleh pertolongan.  Tuhan berkata,  "Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau dan engkau akan memuliakan Aku."  (Mazmur 50:15).  2.  Ia bertindak dengan iman.  Sedikit minyak berubah menjadi banyak ketika janda ini mau melakukan apa yang diperintahkan Elisa yaitu meminta bejana-bejana dari tetangganya.  Perintah itu sungguh tidak masuk akal, tapi ketika kita mau taat, itulah permulaan dari mujizat!  Iman harus disertai dengan perbuatan  (baca Yakobus 2:17).

Peristiwa yang terjadi dalam hidup kita tidak pernah lepas dari perhatiaan Tuhan.  Terkadang itu diijinkan karena ada rencana Tuhan di balik itu, yaitu namaNya dimuliakan melalui kita.  Karena itu yakinlah, masih ada mujizat di segala keadaan kita!

Monday, July 11, 2011

KERJAKAN DENGAN SUNGGUH APA YANG ADA DI TANGAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Juli 2011 -

Baca:  Amsal 22:17-29

"Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya?  Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina."  Amsal 22:29

Surat kabar dan juga televisi sering memberitakan tentang orang-orang yang hebat di bidangnya masing-masing yang diundang oleh Bapak Presiden ke istana negara untuk menerima penghargaan dan juga jamuan makan malam.  Tidak semua orang dapat menerima undangan apalagi beroleh penghargaan dari presiden.  Mereka adalah orang-orang yang berperestasi:  atlit yang mengharumkan nama bangsa di ajang olah raga internasional, para pelajar yang menjuarai olimpiade bidang science, pelopor penyelamatan lingkungan hidup dan sebagainya.  Mengapa mereka bisa berprestasi?  Karena mereka mengerjakan tugas di bidangnya masing-masing dengan penuh integritas.  Tanpa integritas apa pun yang mereka kerjakan tidak akan membuahkan hasil yang maksimal.

     Setiap kita tanpa terkecuali diberikan Tuhan talenta, kecakapan, dan kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu.  Tetapi mengapa masing-masing orang memiliki hasil yang berbeda-beda?  Itu semua tergantung dari kesanggupan kita sebagaimana digambarkan dalam Matius 25:14-30 tentang perumpamaan talenta:  Tertulis:  "Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat."  (Matius 25:15).  Kesanggupan kita adalah karuniaNya;  Tuhan yang memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu, maka Ia juga yang akan memberikan kesanggupan untuk mengerjakannya.  Tidak ada alasan bagi kita untuk iri terhadap orang lain karena yang menilai pekerjaan kita bukanlah kita sendiri, tetapi Tuhan.  Dikatakan,  "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri;  maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain."  (Galatia 6:4).

     Tuhan selalu menyediakan upah bagi setiap orang yang setia mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakannya.  "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar."  (Matius 25:23a).

Jangan berkata,  "Saya tidak bisa!"  Kunci permasalahannya adalah kita tidak sungguh-sungguh mengerjakan apa yang dipercayakan kepada kita selama ini.