Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juli 2011 -
Baca: 2 Timotius 2:14-26
"Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni." 2 Timotius 2:22
Pemuda adalah tulang punggung bangsa; di tangan merekalah tongkat estafet kepemimpinan akan diserahkan. Begitu juga pemuda dalam kehidupan kekristenan. Keberadaan komunitas muda di dalam gereja harus menjadi perhatian utama semua pihak karena pemuda adalah aset yang sangat berharga, dan masa depan gereja ada di pundak mereka.
Jika melihat perkembangan teknologi saat ini yang begitu pesat, adalah suatu keharusan bagi kita untuk bisa menjaga dan menggembalakan anak-anak muda Kristiani sedemikian rupa supaya mereka tidak terseret oleh arus dunia ini dan tenggelam di dalamnya. Kita tahu bahwa anak-anak muda memiliki kecenderungan untuk mengikuti tren yang ada. Itu dilakukan demi mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitar dan juga demi memperoleh identitas diri. Jika tidak mengikuti tren yang ada mereka dianggap kuno, gak gaul. Akhirnya mereka pun tidak kuasa menolak ajakan teman. Inilah yang sangat berbahaya. Banyak sekali kasus-kasus kriminal yang melibatkan anak-anak muda: mulai dari tawuran antarpelajar, geng motor, mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas dan bahkan ada yang sampai terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Pengaruh-pengaruh negatif itu bermula dari pergaulan antarteman. Alkitab jelas menyatakan, "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33).
Adalah tugas yang tidak mudah bagi keluarga-keluarga Kristen untuk memperhatikan sepak terjang anak-anak mereka saat berada di luar rumah. Kita harus tahu dengan siapa mereka membangun persahabatan. Dikatakan, "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Karena itu kita harus secara cermat menyeleksi setiap pengaruh yang masuk: mana yang baik dan mana yang buruk agar kehidupan anak-anak muda tetap terjaga dan tidak menyimpang dari jalan-jalan Tuhan.
Iblis tahu benar bahwa usia muda adalah usia yang sangat rawan; tak henti-hentinya ia melepaskan panah apinya dan berusaha memperdaya anak muda dengan menawarkan segala kenikmatan dunia ini, dengan harapan mereka semakin terlena dan semakin jauh dari Tuhan.
Wednesday, July 6, 2011
Tuesday, July 5, 2011
BUANG SEGALA AKAR PAHIT (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juli 2011 -
Baca: Ibrani 12:12-15
"Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yag mencemarkan banyak orang." Ibrani 12:15
Apakah Saudara dapat bersukacita ketika hati Saudara dipenuhi oleh kepahitan? Tentu tidak! Kepahitan hanya akan merusak suasana hati kita; sukacita sirna dan beban hidup serasa makin berat. Namun Tuhan Yesus berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Bila saat ini kita sedang berbeban berat biarlah kita tidak menanggungnya sendiri tetapi kita serahkan kepada Tuhan, karena bagi Dia tidak ada yang mustahil. Kalau kita membiarkan diri hanyut dalam permasalahan yang ada, lalu kepahitan menguasai hati kita, apakah kita bisa menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitar kita?
Perlakuan yang tidak baik, tindakan semena-mena, merendahkan, memfitnah, menyakiti, melontarkan kata-kata kotor dan sebagainya seringkali menyebabkan seseorang mengalami kepahitan. Tidak adanya pengampunan atau karena adanya iri hati dalam diri kita juga menyebabkan kita makin terbelenggu oleh kepahitan. Ada juga orang yang mengalami kepahitan karena penderitaan yang dialaminya. Biasanya ia akan menyalahkan Tuhan dan menuduh Dia sebagai penyebabnya. Inilah yang dikatakan oleh Naomi, "...Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong, Tuhan memulangkan aku. ...Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku." (Rut 1:20-21). Bukankah masih ada orang Kristen yang juga bersikap seperti Naomi? Mogok tidak mau ke gereja karena merasa doanya tidak dijawab oleh Tuhan. "Untuk apa saya harus berlelah-lelah melayani Tuhan? Kenyataannya hidup saya juga tidak berubah, tetap saja pas-pasan dan tidak diberkati Tuhan.", dan masih banyak lagi keluhan.
Kalau kita mampu menyikapi setiap masalah dengan benar kita tidak akan masuk dalam kepahitan. Orang yang hidup dalam kepahitan mustahil dapat berdoa. Kepahitan juga semakin membuat orang menjadi tawanan dosa. Kepahitan itu identik dengan ikatan kejahatan, karena jika kita biarkan kita akan menjadi tawanan dosa.
Kepahitan adalah senjata yang digunakan Iblis untuk menghancurkan kehidupan kita!
Baca: Ibrani 12:12-15
"Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yag mencemarkan banyak orang." Ibrani 12:15
Apakah Saudara dapat bersukacita ketika hati Saudara dipenuhi oleh kepahitan? Tentu tidak! Kepahitan hanya akan merusak suasana hati kita; sukacita sirna dan beban hidup serasa makin berat. Namun Tuhan Yesus berkata, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Bila saat ini kita sedang berbeban berat biarlah kita tidak menanggungnya sendiri tetapi kita serahkan kepada Tuhan, karena bagi Dia tidak ada yang mustahil. Kalau kita membiarkan diri hanyut dalam permasalahan yang ada, lalu kepahitan menguasai hati kita, apakah kita bisa menjadi kesaksian bagi orang-orang di sekitar kita?
Perlakuan yang tidak baik, tindakan semena-mena, merendahkan, memfitnah, menyakiti, melontarkan kata-kata kotor dan sebagainya seringkali menyebabkan seseorang mengalami kepahitan. Tidak adanya pengampunan atau karena adanya iri hati dalam diri kita juga menyebabkan kita makin terbelenggu oleh kepahitan. Ada juga orang yang mengalami kepahitan karena penderitaan yang dialaminya. Biasanya ia akan menyalahkan Tuhan dan menuduh Dia sebagai penyebabnya. Inilah yang dikatakan oleh Naomi, "...Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong, Tuhan memulangkan aku. ...Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku." (Rut 1:20-21). Bukankah masih ada orang Kristen yang juga bersikap seperti Naomi? Mogok tidak mau ke gereja karena merasa doanya tidak dijawab oleh Tuhan. "Untuk apa saya harus berlelah-lelah melayani Tuhan? Kenyataannya hidup saya juga tidak berubah, tetap saja pas-pasan dan tidak diberkati Tuhan.", dan masih banyak lagi keluhan.
Kalau kita mampu menyikapi setiap masalah dengan benar kita tidak akan masuk dalam kepahitan. Orang yang hidup dalam kepahitan mustahil dapat berdoa. Kepahitan juga semakin membuat orang menjadi tawanan dosa. Kepahitan itu identik dengan ikatan kejahatan, karena jika kita biarkan kita akan menjadi tawanan dosa.
Kepahitan adalah senjata yang digunakan Iblis untuk menghancurkan kehidupan kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)