Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juni 2011 -
Baca: Ulangan 6
"Engkau harus takut akan Tuhan, Allahmu; kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah." Ulangan 6:13
Di masa-masa sekarang ini banyak orang tidak lagi mengutamakan kehidupan rohaninya karena telah dibutakan ilah-ilah zaman ini: Kesibukan, hobi atau hal-hal lain yang lebih menggiurkan yang sedang ditawarkan oleh dunia ini. Orang lebih memilih kerja lembur di kantor atau bertemu client sampai larut malam daripada harus menghadiri ibadah doa malam. Para muda lebih memilih hang out atau clubbing dengan teman-teman daripada harus mengikuti pendalaman Alkitab di gereja. Inilah keadaan manusia pada akhir zaman, "...tidak mempedulikan agama, ...lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." (baca 2 Timotius 3:1-5). Oleh karena itu kita kembali diingatkan, sebagaimana Tuhan memperingatkan bangsa Israel, supaya kita memiliki hati yang takut akan Tuhan. Tidak sedikit pula orang Kristen, yang meskipun kelihatan rutin beribadah ke gereja tiap Minggu, belum tentu memiliki hati yang takut akan Tuhan. Dalam Matius 15:8 dikatakan, "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku."
Rasa takut akan Tuhan akan tampak ketika seseorang hidup taat kepada perintah-perintah Tuhan dan dengan tegas menolak segala bentuk dosa. Adalah sangat penting untuk memahami sepenuhnya siapakah Tuhan itu sesungguhnya. Tuhan adalah Pribadi yang kudus, maka dari itu "...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu," (1 Petrus 1:15). Tuhan itu kudus dan Dia sangat membenci dosa. Pemazmur berkata, "Biarlah segenap bumi takut kepada Tuhan, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia! Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada." (Mazmur 33:8, 9).
Takut yang sejati kepada Tuhan menyebabkan seseorang menaruh iman percayanya kepada Tuhan. Setelah menyeberangi Laut Teberau dan menyaksikan sendiri betapa Tuhan menumpas bala tentara Mesir, takutlah bangsa Israel kepada Tuhan dan percaya kepadaNya (baca Keluaran 14:31). Jadi rasa takut akan Tuhan janganlah hanya sekedar doktrin Alkitabiah, tetapi haruslah berkenan langsung dengan kehidupan kita orang percaya.
Bukti takut akan Tuhan adalah taat dan percaya penuh kepada Dia!
Sunday, June 26, 2011
Saturday, June 25, 2011
DIREMEHKAN MANUSIA? Tetap Andalkan Tuhan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Juni 2011 -
Baca: Hakim-Hakim 8:4-21
"Inilah Zebah dan Salmuna yang karenanya kamu telah mencela aku dengan berkata: Sudahkan Zebah dan Salmuna itu ada dalam tanganmu, sehingga kami harus memberikan roti kepada orang-orangmu yang lelah itu?" Hakim-Hakim 8:15
Siapakah orang yang berhasil itu? Seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang berhasil apabila ia memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan: rumah mewah, mobil, emas, deposito di bank dan juga jabatan atau kedudukan yang mentereng dan sebagainya. Itulah cara pandang dunia tentang keberhasilan dalam diri seseorang. Dunia selalu melihat keberhasilan sebatas hal-hal yang lahiriah atau yang kelihatan secara kasat mata, tidak peduli apakah didapat dengan cara yang salah atau menyimpang dari jalan Tuhan. Orang-orang seperti itulah yang dikagumi, disegenai dan memiliki banyak 'sahabat dan saudara'. Sebaliknya orang yang sederhana dan tidak memiliki apa-apa menurut penilaian sesamanya seringkali diabaikan dan diremehkan. Mungkin saat ini kita tidak punya sesuatu yang dapat dibanggakan; jangan berkecil hati dan putus asa, karena Alkitab menyatakan, "dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, " (1 Korintus 1:28).
Inilah yang dialami oleh Gideon. Ketika mengejar raja Midian, dengan menyebrangi sungai Yordan bersama dengan pasukannya yang berjumlah 300 orang, sampailah Gideon dan pasukannya di Sukot. Lalu berkatalah Gideon kepada orang Sukot, "Tolong berikan beberapa roti untuk rakyat yang mengikuti aku ini, sebab mereka telah lelah, dan aku sedang mengejar Zebah dan Salmuna, raja-raja Midian." (Hakim-Hakim 8:5). Tetapi permintaan Gideon itu ditanggapi dengan sinis. Mereka sangat menyepelekan Gideon, pikir mereka: "Apakah ia bermimpi? Bisa menang melawan orang-orang Midian? 300 orang dibanding 15.000 orang?"
Secara manusia memang mustahil Gideon mampu mengalahkan dan menangkap raja Midian tersebut. Orang-orang Sukot lupa bahwa yang menyertai Gideon adalah Allah Israel, Allah yang hidup! Meski direndahkan Gideon tetap melangkah dengan iman. Dilihat dari sisi mana pun Gideon kalah segala-galanya, tapi yang menyertai dia adalah Allah, yang adalah Sumber segalanya. Dan di akhir kisah dinyatakan bahwa orang-orang Midian bertekuk lutut di tangan pasukan Gideon dan orang-orang Sukot pun mendapat malu.
Bila kita mengandalkan Tuhan dalam segala hal, tidak ada yang mustahil! Amin.
Baca: Hakim-Hakim 8:4-21
"Inilah Zebah dan Salmuna yang karenanya kamu telah mencela aku dengan berkata: Sudahkan Zebah dan Salmuna itu ada dalam tanganmu, sehingga kami harus memberikan roti kepada orang-orangmu yang lelah itu?" Hakim-Hakim 8:15
Siapakah orang yang berhasil itu? Seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang berhasil apabila ia memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan: rumah mewah, mobil, emas, deposito di bank dan juga jabatan atau kedudukan yang mentereng dan sebagainya. Itulah cara pandang dunia tentang keberhasilan dalam diri seseorang. Dunia selalu melihat keberhasilan sebatas hal-hal yang lahiriah atau yang kelihatan secara kasat mata, tidak peduli apakah didapat dengan cara yang salah atau menyimpang dari jalan Tuhan. Orang-orang seperti itulah yang dikagumi, disegenai dan memiliki banyak 'sahabat dan saudara'. Sebaliknya orang yang sederhana dan tidak memiliki apa-apa menurut penilaian sesamanya seringkali diabaikan dan diremehkan. Mungkin saat ini kita tidak punya sesuatu yang dapat dibanggakan; jangan berkecil hati dan putus asa, karena Alkitab menyatakan, "dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, " (1 Korintus 1:28).
Inilah yang dialami oleh Gideon. Ketika mengejar raja Midian, dengan menyebrangi sungai Yordan bersama dengan pasukannya yang berjumlah 300 orang, sampailah Gideon dan pasukannya di Sukot. Lalu berkatalah Gideon kepada orang Sukot, "Tolong berikan beberapa roti untuk rakyat yang mengikuti aku ini, sebab mereka telah lelah, dan aku sedang mengejar Zebah dan Salmuna, raja-raja Midian." (Hakim-Hakim 8:5). Tetapi permintaan Gideon itu ditanggapi dengan sinis. Mereka sangat menyepelekan Gideon, pikir mereka: "Apakah ia bermimpi? Bisa menang melawan orang-orang Midian? 300 orang dibanding 15.000 orang?"
Secara manusia memang mustahil Gideon mampu mengalahkan dan menangkap raja Midian tersebut. Orang-orang Sukot lupa bahwa yang menyertai Gideon adalah Allah Israel, Allah yang hidup! Meski direndahkan Gideon tetap melangkah dengan iman. Dilihat dari sisi mana pun Gideon kalah segala-galanya, tapi yang menyertai dia adalah Allah, yang adalah Sumber segalanya. Dan di akhir kisah dinyatakan bahwa orang-orang Midian bertekuk lutut di tangan pasukan Gideon dan orang-orang Sukot pun mendapat malu.
Bila kita mengandalkan Tuhan dalam segala hal, tidak ada yang mustahil! Amin.
Subscribe to:
Posts (Atom)