Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juni 2011 -
Baca: Lukas 10:1-12
"Kata-Nya kepada mereka: 'Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.' " Lukas 10.2
Kata pelayanan bukanlah sesuatu yang asing di telinga setiap orang Kristen, karena semua gereja pasti menghimbau setiap jemaatnya untuk turut ambil bagian atau terlibat secara langsung dalam pelayanan. Gereja ingin agar tiap-tiap anggotanya menjadi jemaat yang aktif -bukan pasif- yang hanya datang ke gereja, duduk mendengarkan kotbah, kemudian pulang.
Mengapa kita harus melayani? Perlu kita ketahui bahwa konsep pelayanan itu berasal dari sorga. Alkitab mencatat bahwa para malaikat di sorga, siang dan malam tanpa henti, melayani Tuhan. Tertulis: "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayanp enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: 'Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang.' Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya." (Wahyu 4:8-9). Sesuai dengan konsep pelayanan sorgawi ini setiap orang percaya, tanpa terkecuali, dipanggil juga untuk melayani Tuhan dan juga sesama. Bahkan Tuhan Yesus memberikan Amanat Agung ini: "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20). Dalam hal ini Tuhan Yesus tidak asal bicara atau memberi perintah, namun Ia sendiri telah memberikan teladan dalam hidupNya: "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28).
Sebagai pengikut Kristus kita harus mengikuti jejakNya. Adalah suatu keharusan bagi kita untuk melayani Tuhan, apalagi hanya sedikit waktu lagi Ia segera datang! Tuaian di bumi begitu banyak, tetapi perkara sangatlah sedikit.
Tidakkah kita terbeban untuk menjangkau mereka dan menjadi pengerjaNya?
Saturday, June 18, 2011
Friday, June 17, 2011
PERKATAAN IMAN MEMBAWA PEMULIHAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juni 2011 -
Baca: Markus 7:24-30
"Maka kata Yesus kepada perempuan itu: 'Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu,' " Markus 7:29
Ada seorang wanita dari bangsa Siro-Fenesia yang memiliki seorang anak perempuan sedang kerasukan roh jahat. Wanita itu datang dan memohon kepada Tuhan Yesus supaya Ia mengusir roh jahat itu dari anaknya. Simaklah tanggapan Yesus; "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (ayat 27). Meski perkataan Yesus begitu pedas dan sepertinya wanita itu tidak dianggap, ia tetap meresponsnya dengan penuh kerendahan hati, "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." (ayat 28). Ia percaya bahwa Yesus memiliki kuasa dan sanggup melakukan mujizat.
Apakah Tuhan Yesus tidak mengasihi wanita itu? Bukan. Itu karena belum waktunya wanita itu menerima anugerah dari Tuhan. Namun kerendahan hatinya telah menggerakkan tangan Tuhan untuk bertindak sehingga wanita itu akhirnya beroleh anugerah dari Tuhan, seperti tertulis: "...orang yang rendah hati dikasihani-Nya." (Amsal 3:34b). Adalah tidak mudah menjadi orang yang rendah hati, apalagi bila kita sedang berada 'di atas'. Namun untuk mengalami pertolongan dari Tuhan dan hidup semakin dikenan oleh Dia kita harus belajar rendah hati. Melalui perkataannya yang bermuatan iman wanita ini beroleh jawaban dari Tuhan; ketika pulang ke rumah "...didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar." (Markus 7:30).
Apakah perkataan kita sehari-hari senantiasa menyatakan iman? Ataukah ucapan kita hanya berisikan keluh kesah karena sakit yang tak kunjung sembuh, kekecewaan, kegagalan, dan ketidakberdayaan? Berubahlah! Jangan pernah mengucapkan hal-hal yang sia-sia! Kita harus memiliki ucapan-ucapan yang mengundang kuasa Tuhan terjadi. Mari latih mulut kita untuk memperkatakan firman Tuhan. Alkitab menegaskan, "Tidak satu pun firman-Ku akan ditunda-tunda. Apa yang Ku firmankan akan terjadi, demikianlah firman Tuhan Allah." (Yehezkiel 12:28). Seburuk apa pun keadaan kita saat ini, selalu ada harapan di dalam Tuhan. Kita harus tetap percaya pada janji firmanNya. Karena itu perkataan firman dengan iman.
Saatnya kita mengubah apa yang kita perkatakan dan jangan terpengaruh keadaan yang ada!
Baca: Markus 7:24-30
"Maka kata Yesus kepada perempuan itu: 'Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu,' " Markus 7:29
Ada seorang wanita dari bangsa Siro-Fenesia yang memiliki seorang anak perempuan sedang kerasukan roh jahat. Wanita itu datang dan memohon kepada Tuhan Yesus supaya Ia mengusir roh jahat itu dari anaknya. Simaklah tanggapan Yesus; "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (ayat 27). Meski perkataan Yesus begitu pedas dan sepertinya wanita itu tidak dianggap, ia tetap meresponsnya dengan penuh kerendahan hati, "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." (ayat 28). Ia percaya bahwa Yesus memiliki kuasa dan sanggup melakukan mujizat.
Apakah Tuhan Yesus tidak mengasihi wanita itu? Bukan. Itu karena belum waktunya wanita itu menerima anugerah dari Tuhan. Namun kerendahan hatinya telah menggerakkan tangan Tuhan untuk bertindak sehingga wanita itu akhirnya beroleh anugerah dari Tuhan, seperti tertulis: "...orang yang rendah hati dikasihani-Nya." (Amsal 3:34b). Adalah tidak mudah menjadi orang yang rendah hati, apalagi bila kita sedang berada 'di atas'. Namun untuk mengalami pertolongan dari Tuhan dan hidup semakin dikenan oleh Dia kita harus belajar rendah hati. Melalui perkataannya yang bermuatan iman wanita ini beroleh jawaban dari Tuhan; ketika pulang ke rumah "...didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar." (Markus 7:30).
Apakah perkataan kita sehari-hari senantiasa menyatakan iman? Ataukah ucapan kita hanya berisikan keluh kesah karena sakit yang tak kunjung sembuh, kekecewaan, kegagalan, dan ketidakberdayaan? Berubahlah! Jangan pernah mengucapkan hal-hal yang sia-sia! Kita harus memiliki ucapan-ucapan yang mengundang kuasa Tuhan terjadi. Mari latih mulut kita untuk memperkatakan firman Tuhan. Alkitab menegaskan, "Tidak satu pun firman-Ku akan ditunda-tunda. Apa yang Ku firmankan akan terjadi, demikianlah firman Tuhan Allah." (Yehezkiel 12:28). Seburuk apa pun keadaan kita saat ini, selalu ada harapan di dalam Tuhan. Kita harus tetap percaya pada janji firmanNya. Karena itu perkataan firman dengan iman.
Saatnya kita mengubah apa yang kita perkatakan dan jangan terpengaruh keadaan yang ada!
Subscribe to:
Posts (Atom)