Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Mei 2011 -
Baca: 1 Petrus 2:1-10
"Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib." 1 Petrus 2:9
Adalah sangat penting bagi orang percaya untuk menyadari siapa sesungguhnya kita ini di dalam Tuhan. Siapa sesungguhnya kita? Jika kita tahu jawabannya, inilah yang menjadi identitas kita.
Setiap orang pastilah memiliki latar belakang yang berbeda-beda: siapa orang tua kita, asal usul kita dari mana, atau kewarganegaraan kita apa dan sebagainya. Dalam edisi Maret lalu disampaikan bahwa setiap orang percaya memiliki kewargaan yang berbeda dari orang-orang dunia, karena kewargaan kita adalah di dalam sorga (baca Filipi 3:20). Sebagai warga Kerajaan Sorga kita memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah karena kita dituntut untuk hidup menurut hukum-hukum Sorga (firman Tuhan). Karena itu kita harus berhati-hati dalam berperilaku karena setiap hari kita menghabiskan sebagian besar waktu kita bersama-sama dengan orang-orang di luar Tuhan: dengan teman sekolah, teman sekantor atau pun dengan tetangga di lingkungan tempat tinggal kita. Setiap hari kita memperhatikan dan melihat setiap tingkah laku dan juga perkataan mereka. Namun yang Tuhan kehendaki adalah kita tidak kehilangan identitas kita sebagai orang percaya, baik itu di lingkungan sekolah, tempat kerja atau pun di tengah-tengah masyarakat.
Ayat nas di atas menyatakan bahwa kita ini adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus dan umat kepunyaan Allah sendiri. Luar biasa! Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena kita sudah memperoleh anugerah dan kemurahanNya. Dikatakan: "...kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat." (1 Petrus 1:18-19). Jadi, "...kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Galatia 4:7). Identitas baru ini kita dapatkan melalui pengorbanan Yesus di atas Kalvari; Dia telah mengangkat kita dari gelap kepada terangNya yang ajaib sehingga kita "...memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan." (Kisah 26:18). (Bersambung).
Monday, May 30, 2011
Sunday, May 29, 2011
MENGASIHI TUHAN: Adalah Mengasihi Sesama!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Mei 2011 -
Baca: 1 Yohanes 4:7-21
"Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah." 1 Yohanes 4:7
Berbicara tentang kasih tak ada habisnya, apalagi bagi setiap orang yang berlabelkan Kristen, karena kekristenan dan kasih itu tak terpisahkan. Jika kita tidak memiliki kasih ada yang salah dan tidak beres dalam pengiringan kita kepada Tuhan selama ini. Ada seorang teman yang curhat dan berkeluh kesah kepada penulis bahwa pimpinannya di kantor sangat cerewet, pelit dan suka mendamprat pegawainya dengan kata-kata kasar. Ia pun menambahkan, "Bosku itu kan orang Kristen, dan katanya juga ikut pelayanan di gereja, tapi koq begitu ya, tidak punya kasih. Padahal setahuku orang Kristen itu baik dan selalu mengasihi orang lain." Mendengar curhat teman yang 'tidak seiman' itu penulis hanya bisa bungkam dan benar-benar dibuat malu. Orang Kristen yang tidak memiliki kasih bisa dikatakan sebagai orang Kristen yang gagal; gagal menadi teladan yang baik dan gagal menjadi terang bagi sesamanya.
Mengapa kita harus memiliki kasih dan mengasihi sesama kita? Alkitab menyatakan bahwa kita mengasihi karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita. Dan bagaimana kita dapat mengasihi Allah jikalau mengasihi sesama manusia saja kita tidak bisa? Kasih Allah inilah yang seharusnya memotivasi kita untuk dapat mengasihi orang lain. Jadi mengasihi orang lain adalah suatu perintah yang harus kita taati. Tertulis: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Lukas 10:27). Kata kasihilah merujuk pada suatu perintah dan itu tidak dapat dilanggar. Dalam kenyataannya kita sering melakukan tindakan kasih yang disertai dengan syarat-syarat tertentu atau pilih-pilih. Kita mengasihi seseorang apabila orang tersebut juga mengasihi kita atau memberi keuntungan kepada kita. Sebaliknya bila tidak, orang tersebut kita anggap sebagai lawan atau musuh.
Bukti dari pernyataan kasih dalam kehidupan kita adalah kasih kepada Tuhan dan juga sesama. Bagian tersukar adalah kasih kepada Tuhan. Kalau kita berkata bisa mengasihi Tuhan, tapi bukti mengasihi saudara atau sesama tidak ada berarti nonsens.
Bukti bahwa kita mengasihi Tuhan adalah jika kita mengasihi sesama kita!
Baca: 1 Yohanes 4:7-21
"Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah." 1 Yohanes 4:7
Berbicara tentang kasih tak ada habisnya, apalagi bagi setiap orang yang berlabelkan Kristen, karena kekristenan dan kasih itu tak terpisahkan. Jika kita tidak memiliki kasih ada yang salah dan tidak beres dalam pengiringan kita kepada Tuhan selama ini. Ada seorang teman yang curhat dan berkeluh kesah kepada penulis bahwa pimpinannya di kantor sangat cerewet, pelit dan suka mendamprat pegawainya dengan kata-kata kasar. Ia pun menambahkan, "Bosku itu kan orang Kristen, dan katanya juga ikut pelayanan di gereja, tapi koq begitu ya, tidak punya kasih. Padahal setahuku orang Kristen itu baik dan selalu mengasihi orang lain." Mendengar curhat teman yang 'tidak seiman' itu penulis hanya bisa bungkam dan benar-benar dibuat malu. Orang Kristen yang tidak memiliki kasih bisa dikatakan sebagai orang Kristen yang gagal; gagal menadi teladan yang baik dan gagal menjadi terang bagi sesamanya.
Mengapa kita harus memiliki kasih dan mengasihi sesama kita? Alkitab menyatakan bahwa kita mengasihi karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita. Dan bagaimana kita dapat mengasihi Allah jikalau mengasihi sesama manusia saja kita tidak bisa? Kasih Allah inilah yang seharusnya memotivasi kita untuk dapat mengasihi orang lain. Jadi mengasihi orang lain adalah suatu perintah yang harus kita taati. Tertulis: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Lukas 10:27). Kata kasihilah merujuk pada suatu perintah dan itu tidak dapat dilanggar. Dalam kenyataannya kita sering melakukan tindakan kasih yang disertai dengan syarat-syarat tertentu atau pilih-pilih. Kita mengasihi seseorang apabila orang tersebut juga mengasihi kita atau memberi keuntungan kepada kita. Sebaliknya bila tidak, orang tersebut kita anggap sebagai lawan atau musuh.
Bukti dari pernyataan kasih dalam kehidupan kita adalah kasih kepada Tuhan dan juga sesama. Bagian tersukar adalah kasih kepada Tuhan. Kalau kita berkata bisa mengasihi Tuhan, tapi bukti mengasihi saudara atau sesama tidak ada berarti nonsens.
Bukti bahwa kita mengasihi Tuhan adalah jika kita mengasihi sesama kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)