Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Mei 2011 -
Baca: Mazmur 88
"Tetapi aku ini, ya Tuhan, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan pada waktu pagi doaku datang ke hadapan-Mu." Mazmur 88:14
Banyak dari kita adakalanya merasa jenuh berdoa. Mengapa? Mungkin kita merasa doa-doa kita belum juga dijawab Tuhan padahal kita sudah berdoa selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun; entah untuk mendapatkan jodoh, keturunan (anak), kesembuhan, perlindungan, pemulihan keuangan, rumah tangga dan sebagainya. Atau mungkin kita sendiri merasa kurang yakin apakah doa yang kita panjatkan itu benar-benar didengar oleh Tuhan. Bahkan kita juga sudah meminta orang lain yang kita anggap 'lebih rohani' untuk berdoa bagi kita. Kita menganggap kalau mereka yang berdoa pasti akan lebih sakti dan manjur dibandingkan bila kita sendiri yang berdoa.
Tuhan memang memakai sebagian orang secara khusus untuk melayani jiwa-jiwa dengan karunia kesembuhan dan sebagainya, dan otoritasNya juga turun ke atas mereka. Bukan hal yang salah bila kita meminta dukungan doa dari mereka. Tetapi dalam hal berdoa Tuhan tidak membatasi siapa saja yang boleh menaikkan doa yang sekiranya memiliki kuasa. Yakobus memberikan kuncinya: "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16). Ada 3 hal yang harus kita perhatikan yaitu: kita harus mengakui dosa, saling mendoakan dan berdoa dengan yakin. Penghalang utama doa kita tidak didengar Tuhan adalah dosa. (baca Yesaya 59:1-2). Jika selama ini masih ada dosa yang kita perbuat maka kita tidak akan memiliki doa yang berkuasa. Karena itu kita harus mengakui dosa itu dengan jujur di hadapan Tuhan dan segera bertobat, Dia yang setia pasti akan mengampuni dosa kita. Adakalanya ketika kita sendiri sedang dalam masalah Tuhan meminta kita untuk berdoa juga bagi orang lain. Kita harus siap berdoa untuk orang-orang yang membutuhkan dukungan doa, sehingga Tuhan pun akan memberikan apa yang kita ingini.
Selain itu kita harus berdoa dengan yakin, artinya tidak ragu atau bimbang. Ketika menanti-nantikan jawaban dari Tuhan seringkali kita tidak sabar dan mulai meragukan kuasa Tuhan. Keraguan dan kebimbangan itu sama dengan ketidakpercayaan. Alkitab menyatakan, "Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan." (Yakobus 1:7).
Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya! Peganglah itu!
Wednesday, May 25, 2011
Tuesday, May 24, 2011
TETAP KUAT DI TENGAH KESUKARAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Mei 2011 -
Baca: Mazmur 68:1-7
"Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita." Mazmur 68:4
Ketika mengalami permasalahan yang berat kebanyakan orang menjadi letih lesu, sedih dan frustasi. Rasa-rasanya dunia mau runtuh. Tetapi Alkitab menasihatkan, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12). Di tengah kesulitan yang terjadi, kita harus menguatkan hati untuk tetap bersandar kepada Tuhan.
Mari kita belajar dari nabi Habakuk yang hidup pada jaman di mana bangsa Israel sedang mengalami penderitaan hebat karena ditindas oleh musuh-musuhnya. Bukan hal yang mudah baginya untuk dapat terus mempertahankan imannya dan bersukacita. Rakyat sangat menderita karena ladang yang biasanya menjadi sumber penghasilan dan tumpuan penghidupan mereka tidak lagi membuahkan hasil. Begitu juga ternak yang menjadi harta kekayaan telah terhalau dari kandang. Suatu keadaan yang benar-benar hopeless (baca Habakuk 3:17). Mungkinkah bersukacita dan beria-ria di tengah penderitaan? Ingat! Tembok Yerikho runtuh bukan karena kekuatan pasukan bersenjata, namun justru ketika bangsa Israel selesai mengelilingi kota itu pada hari ke tujuh dengan sorak-sorai.
Puji-pujian bagi Tuhan menghasilkan kuasa yang dahsyat. Tembok permasalahan sebesar apa pun yang kita hadapi dapat diruntuhkan ketika kita tetap bersorak-sorai bagi Tuhan. Oleh karena itu tetaplah bersukacita dalam keadaan apa pun yang kita alami supaya kita bisa terus bertahan sampai pada akhirnya. Salomo menulis: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bila mengandalkan kekuatan sendiri kita pasti tidak akan mampu. Yakinlah kita tidak menghadapi penderitaan itu sendirian, ada Roh Kudus yang akan menyertai dan menopang kita senantiasa.
Dia sekali-kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita, karena itu kuatkan hati dan tetaplah bersukacita.
Baca: Mazmur 68:1-7
"Tetapi orang-orang benar bersukacita, mereka beria-ria di hadapan Allah, bergembira dan bersukacita." Mazmur 68:4
Ketika mengalami permasalahan yang berat kebanyakan orang menjadi letih lesu, sedih dan frustasi. Rasa-rasanya dunia mau runtuh. Tetapi Alkitab menasihatkan, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." (Yakobus 1:12). Di tengah kesulitan yang terjadi, kita harus menguatkan hati untuk tetap bersandar kepada Tuhan.
Mari kita belajar dari nabi Habakuk yang hidup pada jaman di mana bangsa Israel sedang mengalami penderitaan hebat karena ditindas oleh musuh-musuhnya. Bukan hal yang mudah baginya untuk dapat terus mempertahankan imannya dan bersukacita. Rakyat sangat menderita karena ladang yang biasanya menjadi sumber penghasilan dan tumpuan penghidupan mereka tidak lagi membuahkan hasil. Begitu juga ternak yang menjadi harta kekayaan telah terhalau dari kandang. Suatu keadaan yang benar-benar hopeless (baca Habakuk 3:17). Mungkinkah bersukacita dan beria-ria di tengah penderitaan? Ingat! Tembok Yerikho runtuh bukan karena kekuatan pasukan bersenjata, namun justru ketika bangsa Israel selesai mengelilingi kota itu pada hari ke tujuh dengan sorak-sorai.
Puji-pujian bagi Tuhan menghasilkan kuasa yang dahsyat. Tembok permasalahan sebesar apa pun yang kita hadapi dapat diruntuhkan ketika kita tetap bersorak-sorai bagi Tuhan. Oleh karena itu tetaplah bersukacita dalam keadaan apa pun yang kita alami supaya kita bisa terus bertahan sampai pada akhirnya. Salomo menulis: "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Bila mengandalkan kekuatan sendiri kita pasti tidak akan mampu. Yakinlah kita tidak menghadapi penderitaan itu sendirian, ada Roh Kudus yang akan menyertai dan menopang kita senantiasa.
Dia sekali-kali tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita, karena itu kuatkan hati dan tetaplah bersukacita.
Subscribe to:
Posts (Atom)