Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Mei 2011 -
Baca: Mazmur 12
"Tolonglah kiranya, Tuhan, sebab orang saleh telah habis, telah lenyap orang-orang yang setia dari antara anak-anak manusia." Mazmur 12:2
Salah satu karakter yang tidak mudah ditemukan dalam diri manusia adalah kesetiaannya. Jarang sekali orang mau setia ketika apa yang diharapkan tidak seperti kenyataan. Orang mau setia apabila ada upah! Inilah kenyataan hidup. Begitu juga dalam pengiringan kita kepada Tuhan, seringkali kita tidak setia. Hati kita mudah berubah. Tidak sedikit yang awal mulanya begitu setia melayani Tuhan, namun seiring berjalannya waktu, kesetiaan itu mulai luntur. Terbentur masalah, kita tidak lagi setia melayani Tuhan. Sepertinya kesetiaan kita keapda Tuhan tergantung 'cuaca'. Ketika hati lagi mendung kita tidak lagi bersemangat; di kala hati lagi cerah kita menggebu-gebu untuk Tuhan. Namun haruslah kita ingat bahwa untuk meraih segala sesuatu (mimpi, cita-cita dan juga harapan) dibutuhkan kesetiaan. Segala sesuatu yang kita kerjakan pasti akan membuahkan hasil secara maksimal apabila kita melakukannya dengan setia.
Firman Tuhan dipenuhi dengan janji-janji Tuhan dan janji itu Ia sediakan bagi umatNya. Ada pun janji Tuhan itu bukan sekedar untuk meninabobokkan kita atau menghibur kita, tapi perlu upaya kita agar dapat dibuktikan dalam kehidupan kita. Tuhan tidak ingin kita hanya diam atau doing nothing sambil menunggu janji Tuhan itu turun dari langit. Tuhan menghendaki adanya tindakan, yaitu kita mau melangkah dengan iman dan untuk meraih janji itu. Memang untuk mencapai perkara-perkara besar tidak gampang, perlu usaha dan kerja keras. Bagi Tuhan tidaklah sulit untuk memulihkan dan memberkati kita, tapi yang ingin Dia lihat adalah sejauh mana kesetiaan kita kepadaNya. Salomo menulis: "Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya;" (Amsal 19:22a).
Dalam segala keadaan mari tetap setia. Kalau kita setia kepada Tuhan kita akan dipercaya oleh Tuhan walaupun harus diawali dari perkara-perkara kecil terlebih dahulu. Tuhan akan menilai seberapa setia kita mengerjakan tugas dan tanggung jawab yang ada. "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10a). Dan kalau kita setia dalam perkara kecil, Tuhan "...akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar." (Matius 25:23a). Kesetiaan juga tidak dapat dipisahkan dari ketekunan dan kesabaran. Tanpa kesetiaan mustahil bagi kita untuk meraih janji-janji Tuhan!
Setialah mulai dari sekarang!
Tuesday, May 10, 2011
Monday, May 9, 2011
SAMUEL: Makin Dewasa Rohani
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Mei 2011 -
Baca: 1 Samuel 2:18-26
"Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia." 1 Samuel 2:26
Ketika seseorang merayakan hari ulang tahun, orang-orang terdekatnya pasti memberikan ucapan selamat, baik itu melalui kartu ucapan, sms atau memberikan ucapan selamat langsung: "Selamat ulang tahun ya, semoga semakin dewasa, semakin sukses dan semakin diberkati Tuhan." Kira-kira itulah ucapannya. Dengan bertambahnya usia seseorang diharapkan semakin dewasa pula ia. Dan semua orang pasti berharap hidupnya mengalami peningkatan demi peningkatan dalam segala hal: hidup makin diberkati, karir makin naik, pelayanan makin maju dan makin dipakai Tuhan, serta makin dewasa secara rohani.
Sesungguhnya inilah rencana Tuhan bagi kehidupan orang percaya: "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," (Ulangan 28:13). Hidup Samuel mengalami peningkatan demi peningkatan. Dikatakan: "Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia." Samuel mengalami pertumbuhan iman yang luar biasa dan makin dewasa rohani. Kedewasaan rohani seseorang seharusnya adalah kedewasaan penuh, artinya ia dewasa di hadapan Tuhan dan juga di hadapan manusia. Ada pun kedewasaan seseorang tidak tergantung pada usia atau berapa tahun dia menjadi Kristen. Mungkin saja seseorang dewasa secara umur, tapi belum tentu ia dewasa secara rohani.
Kedewasaan rohani seseorang berbicara tentang karakter dan buah-buah Roh yang dihasilkan dalam hidupnya. Orang yang dewasa rohani memahami kehendak dan rencana Tuhan dalam hidupnya, serta menyadari bahwa jalan-jalan Tuhan bukanlah jalannya, waktu Tuhan bukanlah waktunya. Oleh karena itu ia percaya bahwa Tuhan "...membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkotbah 3:11), sehingga ia pun mampu memandang segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan, bukan dari sudut pandang manusia. Dampaknya: selalu ada ucapan syukur, tidak mudah mengomel dan mengeluh meski harus melewati berbagai persoalan, karena dia tahu bahwa Tuhan memegang kendali seluruh hidupnya.
Ketika seseorang berada dalam tahap dewasa rohani, ia layak menerima janji-janji Tuhan dalam hidupnya!
Baca: 1 Samuel 2:18-26
"Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia." 1 Samuel 2:26
Ketika seseorang merayakan hari ulang tahun, orang-orang terdekatnya pasti memberikan ucapan selamat, baik itu melalui kartu ucapan, sms atau memberikan ucapan selamat langsung: "Selamat ulang tahun ya, semoga semakin dewasa, semakin sukses dan semakin diberkati Tuhan." Kira-kira itulah ucapannya. Dengan bertambahnya usia seseorang diharapkan semakin dewasa pula ia. Dan semua orang pasti berharap hidupnya mengalami peningkatan demi peningkatan dalam segala hal: hidup makin diberkati, karir makin naik, pelayanan makin maju dan makin dipakai Tuhan, serta makin dewasa secara rohani.
Sesungguhnya inilah rencana Tuhan bagi kehidupan orang percaya: "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," (Ulangan 28:13). Hidup Samuel mengalami peningkatan demi peningkatan. Dikatakan: "Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia." Samuel mengalami pertumbuhan iman yang luar biasa dan makin dewasa rohani. Kedewasaan rohani seseorang seharusnya adalah kedewasaan penuh, artinya ia dewasa di hadapan Tuhan dan juga di hadapan manusia. Ada pun kedewasaan seseorang tidak tergantung pada usia atau berapa tahun dia menjadi Kristen. Mungkin saja seseorang dewasa secara umur, tapi belum tentu ia dewasa secara rohani.
Kedewasaan rohani seseorang berbicara tentang karakter dan buah-buah Roh yang dihasilkan dalam hidupnya. Orang yang dewasa rohani memahami kehendak dan rencana Tuhan dalam hidupnya, serta menyadari bahwa jalan-jalan Tuhan bukanlah jalannya, waktu Tuhan bukanlah waktunya. Oleh karena itu ia percaya bahwa Tuhan "...membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkotbah 3:11), sehingga ia pun mampu memandang segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan, bukan dari sudut pandang manusia. Dampaknya: selalu ada ucapan syukur, tidak mudah mengomel dan mengeluh meski harus melewati berbagai persoalan, karena dia tahu bahwa Tuhan memegang kendali seluruh hidupnya.
Ketika seseorang berada dalam tahap dewasa rohani, ia layak menerima janji-janji Tuhan dalam hidupnya!
Subscribe to:
Posts (Atom)