Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Mei 2011 -
Baca: 1 Samuel 2:18-26
"Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia." 1 Samuel 2:26
Ketika seseorang merayakan hari ulang tahun, orang-orang terdekatnya pasti memberikan ucapan selamat, baik itu melalui kartu ucapan, sms atau memberikan ucapan selamat langsung: "Selamat ulang tahun ya, semoga semakin dewasa, semakin sukses dan semakin diberkati Tuhan." Kira-kira itulah ucapannya. Dengan bertambahnya usia seseorang diharapkan semakin dewasa pula ia. Dan semua orang pasti berharap hidupnya mengalami peningkatan demi peningkatan dalam segala hal: hidup makin diberkati, karir makin naik, pelayanan makin maju dan makin dipakai Tuhan, serta makin dewasa secara rohani.
Sesungguhnya inilah rencana Tuhan bagi kehidupan orang percaya: "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia," (Ulangan 28:13). Hidup Samuel mengalami peningkatan demi peningkatan. Dikatakan: "Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia." Samuel mengalami pertumbuhan iman yang luar biasa dan makin dewasa rohani. Kedewasaan rohani seseorang seharusnya adalah kedewasaan penuh, artinya ia dewasa di hadapan Tuhan dan juga di hadapan manusia. Ada pun kedewasaan seseorang tidak tergantung pada usia atau berapa tahun dia menjadi Kristen. Mungkin saja seseorang dewasa secara umur, tapi belum tentu ia dewasa secara rohani.
Kedewasaan rohani seseorang berbicara tentang karakter dan buah-buah Roh yang dihasilkan dalam hidupnya. Orang yang dewasa rohani memahami kehendak dan rencana Tuhan dalam hidupnya, serta menyadari bahwa jalan-jalan Tuhan bukanlah jalannya, waktu Tuhan bukanlah waktunya. Oleh karena itu ia percaya bahwa Tuhan "...membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkotbah 3:11), sehingga ia pun mampu memandang segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan, bukan dari sudut pandang manusia. Dampaknya: selalu ada ucapan syukur, tidak mudah mengomel dan mengeluh meski harus melewati berbagai persoalan, karena dia tahu bahwa Tuhan memegang kendali seluruh hidupnya.
Ketika seseorang berada dalam tahap dewasa rohani, ia layak menerima janji-janji Tuhan dalam hidupnya!
Monday, May 9, 2011
Sunday, May 8, 2011
APA YANG KITA LIHAT: Mempengaruhi Hati dan Kehidupan (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Mei 2011 -
Baca: Mazmur 123
"Kepada-Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga." Mazmur 123:1
Jika kita senantiasa melatih mata kita untuk melihat dan memandang Tuhan dengan segala kebaikan dan kemahasanggupanNya kita pasti kuat dan mampu bertahan di tengah penderitaan atau kesukaran yang ada. Karenanya mari kita gunakan mata kita dengan bijak untuk melihat hal-hal baik yang telah Tuhan kerjakan, yang membangun iman dan membangkitkan semangat.
Elisa berdoa untuk bujangnya itu, " 'Ya Tuhan: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.' Maka Tuhan membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa." (2 Raja-Raja 6:17). Pengalaman bujang Elisa ini menunjukkan bahwa apa yang kita lihat dapat mempengaruhi dan menentukan hati kita. Ke mana pun mata diarahkan, segala yang terlihat oleh mata itulah yang akan terekam dan akan terpancar kembali.
Di zaman yang serba sulit ini banyak di antara kita mengalami keputuasaan karena mata mereka terfokus pada keadaan di sekitar yang tidak baik dan hal itulah yang membentuk pikiran kita, sehingga ketidakberdayaan dan kemustahilan yang berbicara. Kita mulai ragu akan pertolongan dan janji-janji Tuhan. Itulah yang disukai Iblis! Iblis tahu kalau kita melihat hal-hal yang baik, iman kita menjadi kuat. Karena itu Iblis ingin kita melihat hal-hal yang buruk supaya kehidupan kita makin terpuruk dan hancur. Andai pandangan mata Yusuf hanya terarah pada masalah dan penderitaan yang dialaminya, maka mimpi yang ia terima dari Tuhan hanya tinggal mimpi dan tidak akan pernah jadi kenyataan. Tetapi karena matanya memandang Tuhan dan janji-janjinya, Yusuf beroleh kekuatan menjalani hari-hari yang berat itu dan pada akhirnya janji Tuhan tergenapi dalam hidupnya: ia menjadi penguasa di Mesir. Abraham melihat janji Tuhan dalam hidupnya. " 'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyakya nanti keturunanmu.' " (Kejadian 15:5). Abraham pun menantikan janji Tuhan itu dengan sabar dan "...ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya." (Ibrani 6:15).
Mari kita arahkan pandangan mata kita hanya kepada Tuhan saja. Ibarat jendela dan pintu bagi hati kita, ke mana pun kita mengarahkan, mata akan membentuk hati kita dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita.
Jangan melihat masalah, lihatlah kebesaran dan kuasaNya dengan mata rohani kita!
Baca: Mazmur 123
"Kepada-Mu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga." Mazmur 123:1
Jika kita senantiasa melatih mata kita untuk melihat dan memandang Tuhan dengan segala kebaikan dan kemahasanggupanNya kita pasti kuat dan mampu bertahan di tengah penderitaan atau kesukaran yang ada. Karenanya mari kita gunakan mata kita dengan bijak untuk melihat hal-hal baik yang telah Tuhan kerjakan, yang membangun iman dan membangkitkan semangat.
Elisa berdoa untuk bujangnya itu, " 'Ya Tuhan: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.' Maka Tuhan membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa." (2 Raja-Raja 6:17). Pengalaman bujang Elisa ini menunjukkan bahwa apa yang kita lihat dapat mempengaruhi dan menentukan hati kita. Ke mana pun mata diarahkan, segala yang terlihat oleh mata itulah yang akan terekam dan akan terpancar kembali.
Di zaman yang serba sulit ini banyak di antara kita mengalami keputuasaan karena mata mereka terfokus pada keadaan di sekitar yang tidak baik dan hal itulah yang membentuk pikiran kita, sehingga ketidakberdayaan dan kemustahilan yang berbicara. Kita mulai ragu akan pertolongan dan janji-janji Tuhan. Itulah yang disukai Iblis! Iblis tahu kalau kita melihat hal-hal yang baik, iman kita menjadi kuat. Karena itu Iblis ingin kita melihat hal-hal yang buruk supaya kehidupan kita makin terpuruk dan hancur. Andai pandangan mata Yusuf hanya terarah pada masalah dan penderitaan yang dialaminya, maka mimpi yang ia terima dari Tuhan hanya tinggal mimpi dan tidak akan pernah jadi kenyataan. Tetapi karena matanya memandang Tuhan dan janji-janjinya, Yusuf beroleh kekuatan menjalani hari-hari yang berat itu dan pada akhirnya janji Tuhan tergenapi dalam hidupnya: ia menjadi penguasa di Mesir. Abraham melihat janji Tuhan dalam hidupnya. " 'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyakya nanti keturunanmu.' " (Kejadian 15:5). Abraham pun menantikan janji Tuhan itu dengan sabar dan "...ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya." (Ibrani 6:15).
Mari kita arahkan pandangan mata kita hanya kepada Tuhan saja. Ibarat jendela dan pintu bagi hati kita, ke mana pun kita mengarahkan, mata akan membentuk hati kita dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita.
Jangan melihat masalah, lihatlah kebesaran dan kuasaNya dengan mata rohani kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)