Sunday, May 1, 2011

MANNA: Roti dari Sorga

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Mei 2011 -

Baca:  Keluaran 16

"Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya, sampai mereka tiba di tanah yang didiami orang;  mereka makan manna sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan."  Keluaran 16:35

Di zaman yang serba sulit ini banyak orang mengeluh dan menderita karena masalah ekonomi. Harga semua kebutuhan pokok (pangan) semakin mahal, salah satunya adalah harga cabai yang melangit.  Gara-gara harga cabai yang sangat mahal para ibu rumah tangga berteriak, begitu juga para pemilik usaha makanan atau penjual makanan pasti semakin kelabakan.  Kebutuhan pokok, terutama pangan, adalah kebutuhan mendasar manusia.  Hal utama yang dibutuhkan setiap orang.  Manusia tidak dapat hidup tanpa kebutuhan pokok (pangan) meski ia memiliki fasilitas-fasilitas lain seperti mobil mewah, rumah yang megah dan sebagainya.  Dan bagi orang-orang yang hidup di zaman dahulu (zaman Alkitab), roti dan air adalah kebutuhan pokok mereka.  Jika mereka memiliki kedua-duanya mereka akan hidup.  Ada pun istilah roti sering diartikan sebagai makanan.  Jika tidak ada roti orang akan mengalami kelaparan.  Roti adalah suatu hal yang mendasar.  Jadi manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa makanan.  Ada peribahasa yang mengatakan:  "Sepotong roti bagi seorang yang lapar jauh lebih berharga daripada segala kekayaan lainnya di dunia."

     Ketika berada di padang gurun bangsa Israel tidak pernah berhenti untuk bersungut-sungut.  Yang mereka keluhkan adalah soal makanan:  "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan Tuhan ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang!  Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh jemaat ini dengan kelaparan."  (ayat 3).  Tuhan pun mendengar sungut-sungut mereka dan berfirman,  "Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti;  maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan Allahmu."  (ayat 12).

     Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan sangat memperhatikan kebutuhan hidup mereka.  Juga sekaligus mengingatkan bahwa mereka harus bersandar sepenuhnya kepada Tuhan atas segala sesuatu yang mereka butuhkan.  Saat bangsa Israel kelaparan di padang gurun Tuhan menyediakan makanan yang teramat istimewa, di tempat di mana makanan umumnya tidak mungkin ditemukan, tapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil!

Dia sanggup mengadakan.  Yehovah-Jireh,  "Tuhan menyediakan."  (Kejadian 22:14a)

Saturday, April 30, 2011

MENGAPA PEMBENTUKAN ITU BEGITU LAMA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 April 2011 -

Baca:  Mazmur 95

"Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku:  'Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.' "  Mazmur 95:11

Sebagaimana dibahas dalam renungan beberapa hari lalu, kita tahu bahwa setiap orang percaya pasti mengalami proses pembentukan dari Tuhan.  Kita pun yakin bahwa pembentukan Tuhan itu selalu mendatangkan kebaikan bagi kita.  Namun yang sering membuat kita bertanya tanya: mengapa Tuhan begitu lama membentuk kita?  Kita merasa sudah tidak kuat lagi.

     Sesungguhnya lama tidaknya proses itu sangat bergantung dari respons kita sendiri atau kesediaan kita dibentuk oleh Tuhan.  Contoh:  bangsa Israel harus mengalmai pembentukan dari Tuhan dalam waktu yang sangat lama yaitu 40 tahun.  Bagaimana mungkin?  Apakah Tuhan tidak sanggup membentuk mreka dengan cepat?  Bangsa Israel harus mengalami proses pembentukan yang lama oleh karena kesalahan mereka sendiri:  tidak taat dan memberontak kepada Tuhan.  Jadi akar masalahnya ada pada mereka sendiri.  Alkitab mencatat:  "Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya!  Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.  Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-ku:  'Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku.' "  (Mazmur 95:7b-10).  Bangsa Israel adalah bangsa yang keras hati (tegar tengkuk) padahal mereka telah melihat dan mengalami perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan.  Tidak hanya itu, mereka juga suka bersungut-sungut dan mengeluh.  Dari mulut mereka tidak pernah keluar ucapan syukur.  Itulah sebabnya rasul Paulus memberi nasihat,  "...janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut."  (1 Korintus 10:10).

     Berhentilah bersungut-sungut!  Semakin kita sering bersungut-sungut kita pun akan semakin dalam dibentuk oleh Tuhan, dan pastilah pembentukan itu sakit.  Apa pun yang saat ini terjadi belajarlah mengucap syukur, sebab apa yang dikerjakan Tuhan bagi kita itulah yang terbaik buat kita.  Sadarilah bahwa pembentukan itu membutuhkan waktu, dan ketika kita sabar menantikan waktu Tuhan kita pun akan menerima berkat dan mujizatNya.

Jangan mengeraskan hati dan bersungut-sungut ketika dibentuk Tuhan!