Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 April 2011 -
Baca: Yeremia 18:1-17
"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." Yeremia 18:4
Kehidupan seorang Kristen adalah kehidupan yang berproses, artinya kita harus mengalami pembentukan dari Tuhan. Seperti tanah liat yang berada di tangan tukang periuk, sebelum menjadi sebuah bejana yang indah dan bernilai tinggi, tanah itu harus diproses berulang-ulang sampai menjadi apa yang diinginkan oleh si penjunan.
Jika memperhatikan kehidupan orang-orang di dunia ini, sebagian besar hanya fokus atau berorientasi kepada hasil saja: berharap menjadi orang yang berhasil atau sukses seperti orang lain, tapi tidak mau bekerja keras; ingin memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya, tapi tidak peduli bagaimana cara harta itu diperoleh, bahkan segala cara ditempuhnya tanpa mempedulikan apakah cara itu benar, halal, haram atau melanggar hukum; karena ingin menduduki jabatan yang lebih tinggi, seseorang rela menempuh jalan yang sesat, melakukan suap atau mencari pertolongan kepada paranormal. Ada pula yang 'hantam kromo' demi mendapatkan jodoh atau pasangan hidup, padahal ternyata pasangannya itu sudah beristeri, tidak seiman dan sebagainya. Segala cara ditempuh oleh orang-orang yang ingin mendapatkan segala sesuatu secara cepat tanpa harus mengalami proses. Berhati-hatilah! Ketika seseorang menempuh cara yang tidak berkenan kepada Tuhan, apalagi sampai datang meminta pertolongan kepada Iblis atau kuasa gelap, kelihatannya pertolongan itu cepat datang, tapi Iblis tidak pernah memberikannya dengan gratis, ada harga yang harus dibayar oleh orang itu!
Dalam kehidupan orang percaya ada berkat, pertolongan dan mujizat yang secara pasti disediakan Tuhan bagi kita ketika kita mengikuti aturan-aturan yang ditentukan Tuhan untuk kita kerjakan. Inilah yang disebut proses! Tertulis: "Tetapi carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Artinya jika kita mampu melewati proses yang Tuhan kehendaki dengan benar, berkat-berkat itu telah tersedia bagi kita. Yang pasti semua janji Tuhan adalah ya dan amin; Dia tidak akan pernah mengecewakan umatNya! Pertanyaannya: sudahkah kita berhasil melewati proses yang ditentukan itu? (Bersambung)
Friday, April 15, 2011
Thursday, April 14, 2011
BIMBANG KARENA KENYATAAN YANG ADA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2011 -
Baca: Roma 4
"Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup." Roma 4:19
Kebimbangan seringkali menjadi penghalang bagi umat Tuhan untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita. Mengapa kita sering bimbang terhadap janji Tuhan? Karena kenyataan yang sedang kita hadapi dan alami tidak seperti yang kita harapkan, sepertinya kenyataan sangat bertolak belakang dengan apa yang Tuhan janjikan. Akibatnya yang menjadi fokus dan perhatian kita adalah kenyataan-kenyataan yang ada, bukan mengarahkan mata iman kepada janji Tuhan.
Inilah yang dihadapi oleh Abraham. Tuhan berjanji kepadanya, " 'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.' " (Kejadian 15:5). Tuhan menjanjikan keturunan Abraham seperti bintang-bintang di langit banyaknya! Namun inilah kenyataannya: "...tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup." Tetapi meskipun fakta sepertinyasemakin jauh dari apa yang dijanjikan Tuhan, Abraham tidak menjadi bimbang, "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan mejadi bapa banyak bangsa,..." (Roma 4:18). Abraham tetap memegang teguh janjiNya sehingga imannya tidak menjadi lemah atau goyah, sehingga pada akhirnya ia menerima penggenapan janji Tuhan itu.
Banyak di antara kita tidak bisa menikmati janji Tuhan sekalipun janji Tuhan itu adalah janji yang besar dan luar biasa. Apa sebabnya? Karena kita sendirilah yang tidak konsisten; kita bimbang dan tidak mampu bertahan menghadapi kenyataan yang ada. Mari kita belajar seperti Abraham yang terus membangun imannya kepada Tuhan meski berada di tengah-tengah kemustahilan. Jangan pernah mengukur dan membatasi kuasa Tuhan dengan pikiran dan kekuatan kita yang terbatas, di mana untuk mengalami penggenapan janji Tuhan kita harus membangun iman dan melatih kesabaran, karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita. Kalau kita memegang teguh janji Tuhan janji itulah yang akan menopang dan menguatkan kita pula. Sebaliknya semakin kita larut dalam kenyataan, semakin kita mengalami kesulitan melihat apa yang hendak Tuhan kerjakan dalam hidup kita.
Iman dan kesabaran adalah kunci menantikan janji Tuhan digenapi.
Baca: Roma 4
"Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup." Roma 4:19
Kebimbangan seringkali menjadi penghalang bagi umat Tuhan untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita. Mengapa kita sering bimbang terhadap janji Tuhan? Karena kenyataan yang sedang kita hadapi dan alami tidak seperti yang kita harapkan, sepertinya kenyataan sangat bertolak belakang dengan apa yang Tuhan janjikan. Akibatnya yang menjadi fokus dan perhatian kita adalah kenyataan-kenyataan yang ada, bukan mengarahkan mata iman kepada janji Tuhan.
Inilah yang dihadapi oleh Abraham. Tuhan berjanji kepadanya, " 'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.' Maka firman-Nya kepadanya: 'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.' " (Kejadian 15:5). Tuhan menjanjikan keturunan Abraham seperti bintang-bintang di langit banyaknya! Namun inilah kenyataannya: "...tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup." Tetapi meskipun fakta sepertinyasemakin jauh dari apa yang dijanjikan Tuhan, Abraham tidak menjadi bimbang, "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan mejadi bapa banyak bangsa,..." (Roma 4:18). Abraham tetap memegang teguh janjiNya sehingga imannya tidak menjadi lemah atau goyah, sehingga pada akhirnya ia menerima penggenapan janji Tuhan itu.
Banyak di antara kita tidak bisa menikmati janji Tuhan sekalipun janji Tuhan itu adalah janji yang besar dan luar biasa. Apa sebabnya? Karena kita sendirilah yang tidak konsisten; kita bimbang dan tidak mampu bertahan menghadapi kenyataan yang ada. Mari kita belajar seperti Abraham yang terus membangun imannya kepada Tuhan meski berada di tengah-tengah kemustahilan. Jangan pernah mengukur dan membatasi kuasa Tuhan dengan pikiran dan kekuatan kita yang terbatas, di mana untuk mengalami penggenapan janji Tuhan kita harus membangun iman dan melatih kesabaran, karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita. Kalau kita memegang teguh janji Tuhan janji itulah yang akan menopang dan menguatkan kita pula. Sebaliknya semakin kita larut dalam kenyataan, semakin kita mengalami kesulitan melihat apa yang hendak Tuhan kerjakan dalam hidup kita.
Iman dan kesabaran adalah kunci menantikan janji Tuhan digenapi.
Subscribe to:
Posts (Atom)