Thursday, April 14, 2011

BIMBANG KARENA KENYATAAN YANG ADA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2011 -

Baca:  Roma 4

"Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup."  Roma 4:19

Kebimbangan seringkali menjadi penghalang bagi umat Tuhan untuk mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidup kita.  Mengapa kita sering bimbang terhadap janji Tuhan?  Karena kenyataan yang sedang kita hadapi dan alami tidak seperti yang kita harapkan, sepertinya kenyataan sangat bertolak belakang dengan apa yang Tuhan janjikan.  Akibatnya yang menjadi fokus dan perhatian kita adalah kenyataan-kenyataan yang ada, bukan mengarahkan mata iman kepada janji Tuhan.

     Inilah yang dihadapi oleh Abraham.  Tuhan berjanji kepadanya,  " 'Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.'  Maka firman-Nya kepadanya:  'Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.' "  (Kejadian 15:5).  Tuhan menjanjikan keturunan Abraham seperti bintang-bintang di langit banyaknya!  Namun inilah kenyataannya:  "...tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup."  Tetapi meskipun fakta sepertinyasemakin jauh dari apa yang dijanjikan Tuhan, Abraham tidak menjadi bimbang,  "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan mejadi bapa banyak bangsa,..."  (Roma 4:18).  Abraham tetap memegang teguh janjiNya sehingga imannya tidak menjadi lemah atau goyah, sehingga pada akhirnya ia menerima penggenapan janji Tuhan itu.

     Banyak di antara kita tidak bisa menikmati janji Tuhan sekalipun janji Tuhan itu adalah janji yang besar dan luar biasa.  Apa sebabnya?  Karena kita sendirilah yang tidak konsisten; kita bimbang dan tidak mampu bertahan menghadapi kenyataan yang ada.  Mari kita belajar seperti Abraham yang terus membangun imannya kepada Tuhan meski berada di tengah-tengah kemustahilan.  Jangan pernah mengukur dan membatasi kuasa Tuhan dengan pikiran dan kekuatan kita yang terbatas, di mana untuk mengalami penggenapan janji Tuhan kita harus membangun iman dan melatih kesabaran, karena waktu Tuhan bukanlah waktu kita.  Kalau kita memegang teguh janji Tuhan janji itulah yang akan menopang dan menguatkan kita pula.  Sebaliknya semakin kita larut dalam kenyataan, semakin kita mengalami kesulitan melihat apa yang hendak Tuhan kerjakan dalam hidup kita.

Iman dan kesabaran adalah kunci menantikan janji Tuhan digenapi.

Wednesday, April 13, 2011

MILIKILAH PENUNDUKAN DIRI!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 April 2011 -

Baca:  Yakobus 4:6-10

"Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!"  Yakobus 4:7

Menurut kamus Webster, arti kata penundukan diri adalah: secara sukarela berserah kepada satu sama lain; menyerahkan rencana-rencana atau tujuan seseorang kepada orang lain.  Jadi penundukan diri membawa seseorang berada di bawah kepemimpinan orang lain.  Begitu pula sebagai umat Tuhan kita harus memiliki penundukan diri kepada Tuhan, hidup seturut dengan kehendak Nya serta mau dipimpin olehNya.  Untuk memiliki penundukan diri tidaklah mudah karena membutuhkan kerendahan hati.  Alkitab tegas menyatakan,  "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."  (ayat 6b).  Namun di zaman sekarang ini sulit rasanya menemukan orang yang punya krendahan hati.  kebanyakan orang cenderung menjadi congkak dan suka membanggakan diri sendiri, apalagi kalau ia kaya atau berpangkat.

     Penundukan diri dari kerendahan hati itu 'satu paket', tak terpisahkan.  Ketika kita tunduk kepada Tuhan berarti kita mengikuti jalan-jalanNya dengan setia,  "Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi.  Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela."  (Wahyu 15:4b, 5), serta mau dibentuk dan dikoreksi.  Ketika kita tunduk kepada Tuhan berarti Tuhanlah yang memegang kendali hidup kita sehingga kita pun beroleh kekuatan untuk melewati setiap pencobaan demi pencobaan yang dilepaskan Iblis.  Penundukan diri harus tumbuh dari diri kita dan itu merupakan tindakan nyata setiap hari, bukan hanya waktu-waktu tertentu saja.

     Untuk tunduk kepada Tuhan ada harga yang harus kita bayar!  Kita harus 'mati' terhadap daging,  "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging - karena keduanya bertentangan - ..."  (Galatia 5:17).  Ketika kita mati terhadap daging kita, kehidupan kita akan berdampak bagi orang lain karena kuasa Tuhan akan bekerja dalam kita.  Yesus adalah teladan utama dalam hal penundukan diri; Dia tunduk dan hidup taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa. Dampaknya adalah dalam diri Yesus mengalir kuasa dan otoritas sorga sehingga Dia sanggup melakukan perkara-perkara besar dan ajaib.

Tunduk kepada Tuhan berarti tunduk kepada firmanNya dan melakukan firman itu melalui tindakan nyata, bukan sekedar ucapan!