Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 April 2011 -
Baca: Mazmur 37:12-26
"Tuhan mengetahui hari-hari orang yang saleh, dan milik pusaka mereka akan tetap selama-lamanya;" Mazmur 37:18
Seiring berjalannya waktu keadaan dunia semakin hari semakin berubah secara drastis. Teknologi semakin mutakhir sehingga persaingan antarindividu kian ketat. Oleh karena itu tiap orang harus bisa meng-upgrade dirinya begitu rupa bila tidak ingin tertinggal. Karena tingginya tingkat persaingan yang ada, timbullah ketegangan-ketegangan yang mengakibatkan manusia mulai kehilangan jati dirinya. Banyak orang tidak lagi mengindahkan norma-norma yang ada, yang penting bisa survive! Bahkan tidak sedikit anak Tuhan yang akhirnya terbawa oleh arus dunia ini. Mereka beranggapan apabila tidak mengikuti arus yang ada mereka tidak akan berhasil. Padahal Tuhan menghendaki agar kita berani hidup melawan arus dunia, artinya tidak terbawa arus. Alkitab mengatakan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:..." (Roma 12:2). Jadi kita harus bisa cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Ada yang perlu digarisbawahi, yaitu bahwa kehidupan orang benar ada dalam jaminan Tuhan, sebab "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;" (Mazmur 37:23). Ini berarti hidup mereka diberkati oleh Tuhan. Ingin berbahagia dan diberkati Tuhan? Andalkan Tuhan dalam segala hal dan berharaplah hanya kepadaNya (baca Yeremia 17:7). Oleh karena itu kita tidak perlu takut atau gelisah akan hari esok dan masa depan kita sebab rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan (baca Yeremia 29:11). Bagi orang benar Salomo menegaskan, "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Bukan hanya masa depan kita yang dijamin, Dia juga akan menyertai setiap langkah hidup kita. Dikatakan, "apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya." (Mazmur 37:24).
Jadi wujud penyertaan Tuhan tidak hanya berupa pertolongan pada waktu kita menghadapi persoalan, tetapi Dia juga akan meluputkan kita dari marabahaya. Jangan sekali-sekali berharap dan bergantung pada kekayaan yang kita miliki, karena harta di dunia ini hanya bersifat sementara dan dapat lenyap dalam sekejap.
Asal kita hidup benar, berkat dan penyertaan Tuhan pasti nyata.
Sunday, April 10, 2011
Saturday, April 9, 2011
JANGAN KUATIR: Tuhan Memelihara Kita
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 April 2011 -
Baca: Lukas 12:22-31
"Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?" Lukas 12:25
Siapa pun orangnya, entah itu pria atau wanita, tua atau muda, orang kaya atau miskin, orang berpangkat atau pegawai rendahan, tinggal di kota, desa, di lereng gunung atau di daerah pelosok, semuanya pasti pernah merasa kuatir. Adalah bohong jika ada orang yang berkata, "Seumur hidup aku tidak pernah kuatir.", karena rasa kuatir adalah bagian dari kehidupan manusia. Merasa kuatir itu wajar, tapi kita tidak boleh larut dalam kekuatiran setiap hari atau keterusan hidup dalam kekuatiran.
Lalu bagaimana caranya untuk tidak larut dalam kekuatiran? Caranya ialah membangun kekariban dengan Tuhan setiap hari, karena kehadiranNya melenyapkan kekuatiran dan membuat damai sejahtera. Maka dari ini "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Bila kita tetap larut dalam kekuatiran, hal itu akan merugikan diri kita sendiri. Kita tidak akan bertumbuh dan maju, bahkan keadaan kita akan semakin buruk. Ketika seseorang terus dalam kekuatiran, dalam hidupnya pasti tidak ada ucapan syukur, yang ada hanya keluh kesah dan persungutan. Maka supaya kekuatiran itu lenyap, kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus dan percaya kepadaNya dengan sepenuh hati. Jangan terpaku, yang meski secara kasat mata di perhadapkan pada ujian, kesesakan, penderitaan, aniaya dan sebagainya, tidak larut dalam kekuatiran: "-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7). Perhatikan juga riwayat perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Meski harus melewati padang gurun yang gersang dan panas selama 40 tahun, mereka tidak pernah berkekurangan. Tuhan memelihara mereka dengan caraNya yang ajaib: tiang awan dan tiang api senantiasa menaungi mereka, ketika haus Tuhan menyediakan air, ketika lapar Dia mengirimkan manna (roti sorga) dan juga burung puyuh.
Mungkin saat ini kita sedang mengalami seperti yang dialami oleh bangsa Israel yaitu berada di 'padang gurun'. Ingatlah, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita! Jangan lagi kuatir! Yang terpenting, "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33).
Ketika mengutamakan Tuhan dan kebenarannya, tidak ada hal yang perlu kita kuatirkan!
Baca: Lukas 12:22-31
"Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?" Lukas 12:25
Siapa pun orangnya, entah itu pria atau wanita, tua atau muda, orang kaya atau miskin, orang berpangkat atau pegawai rendahan, tinggal di kota, desa, di lereng gunung atau di daerah pelosok, semuanya pasti pernah merasa kuatir. Adalah bohong jika ada orang yang berkata, "Seumur hidup aku tidak pernah kuatir.", karena rasa kuatir adalah bagian dari kehidupan manusia. Merasa kuatir itu wajar, tapi kita tidak boleh larut dalam kekuatiran setiap hari atau keterusan hidup dalam kekuatiran.
Lalu bagaimana caranya untuk tidak larut dalam kekuatiran? Caranya ialah membangun kekariban dengan Tuhan setiap hari, karena kehadiranNya melenyapkan kekuatiran dan membuat damai sejahtera. Maka dari ini "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Bila kita tetap larut dalam kekuatiran, hal itu akan merugikan diri kita sendiri. Kita tidak akan bertumbuh dan maju, bahkan keadaan kita akan semakin buruk. Ketika seseorang terus dalam kekuatiran, dalam hidupnya pasti tidak ada ucapan syukur, yang ada hanya keluh kesah dan persungutan. Maka supaya kekuatiran itu lenyap, kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus dan percaya kepadaNya dengan sepenuh hati. Jangan terpaku, yang meski secara kasat mata di perhadapkan pada ujian, kesesakan, penderitaan, aniaya dan sebagainya, tidak larut dalam kekuatiran: "-sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7). Perhatikan juga riwayat perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Meski harus melewati padang gurun yang gersang dan panas selama 40 tahun, mereka tidak pernah berkekurangan. Tuhan memelihara mereka dengan caraNya yang ajaib: tiang awan dan tiang api senantiasa menaungi mereka, ketika haus Tuhan menyediakan air, ketika lapar Dia mengirimkan manna (roti sorga) dan juga burung puyuh.
Mungkin saat ini kita sedang mengalami seperti yang dialami oleh bangsa Israel yaitu berada di 'padang gurun'. Ingatlah, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita! Jangan lagi kuatir! Yang terpenting, "...carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33).
Ketika mengutamakan Tuhan dan kebenarannya, tidak ada hal yang perlu kita kuatirkan!
Subscribe to:
Posts (Atom)