Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Maret 2011 -
Baca: Kolose 3:23-25
"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." Kolose 3:23
Ayat nas di atas menasihatkan agar kita melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati, baik itu pekerjaan, pelayanan, studi, hidup berkeluarga, ibadah dan sebagainya, bukan dengan keluh kesah, gerutu atau persungutan. Di tempat kerja ada saja hal yang kita keluhkan, mulai gaji, job description yang tidak jelas, si bos yang bertindak semena-mena dan sebagainya. Akibatnya kita pun mengerjakan setiap tugas atau pekerjaan kita tidak dengan sepenuh hati alias nggrundel (bahasa Jawa) dalam hati, artinya bersungut-sungut. Begitu juga dalam hal pelayanan, kita pun melakukannya sebagai hal yang rutin, biasa-biasa saja tanpa semangat. Sesungguhnya Tuhan Yesus telah memberikan teladan bagi umatNya bagaimana Ia melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati. Apa pun yang menjadi kehendak Bapa dikerjakanNya dengan sepenuh hati meski harus melewati segala penderitaan yang hebat, bahkan sampai harus mati di kayu salib.
Kalau hari ini kita diingatkan oleh firman untuk melakukan seperti yang telah Yesus lakukan dan ajarkan itu berarti kita juga harus melakukannya dengan sepenuh hati, sebab "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Renungkanlah: kalau dalam kehidupan ini kita tidak menghasilkan buah dari apa yang kita lakukan, bisa jadi karena kita melakukannya tidak dengan sepenuh hati. Bila kita melakukan banyak hal tidak dengan sepenuh hati, maka hasil yang kita dapatkan pun tidak akan bisa maksimal.
Mari kita koreksi diri kita masing-masing: sudahkah kita melayani Tuhan dengan sepenuh hati? Ketika memuji dan menyembah Tuhan apakah kita melakukannya dengan sepenuh hati? Jangan pernah merasa bahwa pelayanan dan ibadah yang kita lakukan selama ini sudah lebih dari cukup, atau kita merasa sudah cukup rajin dan setia mengiring Tuhan. Yang dinilai Tuhan bukanlah aktivitas yang terlihat dengan kasat mata tetapi Ia melihat hati kita; kesepenuhhatian kita ketika melayani Dia, itulah yang dikenan Tuhan. Ada upah yang disediakan Tuhan bagi orang-orang yang melayani Tuhan dengan sepenuh hati. Contoh: Kaleb, mengalami penggenapan janji Tuhan dalam hidupnya meski perlu waktu selama 45 tahun.
Kita pun harus percaya bahwa janji firman Tuhan pasti digenapi, dan saat menantikan Tuhan itulah kita harus mengerjakan bagian kita dengan sepenuh hati.
Tuesday, March 22, 2011
Monday, March 21, 2011
MENGALAHKAN KEKUATIRAN: Doa dan Ucapan Syukur
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Maret 2011 -
Baca: Mazmur 55
"Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." Mazmur 55:23
Adalah non sense jika ada orang yang berkata bahwa dirinya tidak pernah merasa kuatir terhadap apa pun juga. Pastilah tak seorang pun manusia di dunia ini yang tidak pernah merasa kuatir! Setiap kita pasti pernah mengalami apa itu kuatir. Daud pun pernah mengalaminya, apalagi jika kita simak perjalanan hidup Daud penuh dengan pergumulan yang berat, kekuatiran pasti bergejolak di dalam hatinya karena hidupnya di bawah ancaman Saul yang hendak membunuhnya. Kondisi yang lebih berat juga harus dialami Ayub, segala harta bendanya lenyap dan anak-anaknya juga mati. Tidak hanya itu, Ayub pun harus menderit sakit borok di sekujur tubuhnya. Dalam kondisi yang demikian, isteri dan sahabat-sahabatnya justru meninggalkan dia. Namun Ayub mengaku bahwa "...yang kutakutkan itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku." (Ayub 3:25).
Rasa kuatir timbul saat seseorang melihat keadaan di sekitarnya tidak lagi dapat memberikan harapan untuk hidup lebih baik. Bukankah di hari-hari ini banyak orang yang kuatir akan masa depannya? Bencana terjadi di mana-mana dan tanpa diduga; harga kebutuhan dapur ibu-ibu terus naik; BBM di beberapa daerah langka; orangtua kuatir tidak mampu membiayai sekolah anaknya dan sebagainya. Rasa kuatir tidak dapat mengurangi beban yang kita alami, sebaliknya akan mengotori pikiran kita dengan berbagai niat yang tidak baik. Contoh: orang akan mengambil jalan pintas untuk bunuh diri, mencuri, menipu, dan banyak hal yang memungkinkan seseorang terjebak dalam dosa. Paulus berpesan, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6).
Jelas bahwa untuk dapat keluar dari rasa kuatir kita harus berdoa dan mengucap syukur. Mengucap syukur adalah bagian yang sangat penting untuk mendatangkan ketenteraman hati, dan saat hati kita tenang kita bisa berdoa kepada Tuhan dengan penuh iman, dan dengan iman itu pula kita mampu mengusir rasa kuatir yang melanda hati dan pikiran kita, serta mempercayakan semua masalah kita kepada Tuhan, sebab Dia yang menjadi jaminan hidup kita.
Jangan kuatir, Tuhan pasti sanggup menolong kita!
Baca: Mazmur 55
"Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." Mazmur 55:23
Adalah non sense jika ada orang yang berkata bahwa dirinya tidak pernah merasa kuatir terhadap apa pun juga. Pastilah tak seorang pun manusia di dunia ini yang tidak pernah merasa kuatir! Setiap kita pasti pernah mengalami apa itu kuatir. Daud pun pernah mengalaminya, apalagi jika kita simak perjalanan hidup Daud penuh dengan pergumulan yang berat, kekuatiran pasti bergejolak di dalam hatinya karena hidupnya di bawah ancaman Saul yang hendak membunuhnya. Kondisi yang lebih berat juga harus dialami Ayub, segala harta bendanya lenyap dan anak-anaknya juga mati. Tidak hanya itu, Ayub pun harus menderit sakit borok di sekujur tubuhnya. Dalam kondisi yang demikian, isteri dan sahabat-sahabatnya justru meninggalkan dia. Namun Ayub mengaku bahwa "...yang kutakutkan itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku." (Ayub 3:25).
Rasa kuatir timbul saat seseorang melihat keadaan di sekitarnya tidak lagi dapat memberikan harapan untuk hidup lebih baik. Bukankah di hari-hari ini banyak orang yang kuatir akan masa depannya? Bencana terjadi di mana-mana dan tanpa diduga; harga kebutuhan dapur ibu-ibu terus naik; BBM di beberapa daerah langka; orangtua kuatir tidak mampu membiayai sekolah anaknya dan sebagainya. Rasa kuatir tidak dapat mengurangi beban yang kita alami, sebaliknya akan mengotori pikiran kita dengan berbagai niat yang tidak baik. Contoh: orang akan mengambil jalan pintas untuk bunuh diri, mencuri, menipu, dan banyak hal yang memungkinkan seseorang terjebak dalam dosa. Paulus berpesan, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur." (Filipi 4:6).
Jelas bahwa untuk dapat keluar dari rasa kuatir kita harus berdoa dan mengucap syukur. Mengucap syukur adalah bagian yang sangat penting untuk mendatangkan ketenteraman hati, dan saat hati kita tenang kita bisa berdoa kepada Tuhan dengan penuh iman, dan dengan iman itu pula kita mampu mengusir rasa kuatir yang melanda hati dan pikiran kita, serta mempercayakan semua masalah kita kepada Tuhan, sebab Dia yang menjadi jaminan hidup kita.
Jangan kuatir, Tuhan pasti sanggup menolong kita!
Subscribe to:
Posts (Atom)