Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Maret 2011 -
Baca: Markus 9:14-29
"Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat." Markus 9:18b
Ayat nas di atas menyatakan bahwa para murid Yesus pernah mengalami kegagalan dalam pelayanannya, yaitu ketika ada seseorang yang membawa kepada mereka anaknya yang menderita sakit ayan dan kerasukan setan. "Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya berkertakan dan tubuhnya menjadi kejang." (ayat 18a). Ternyata mereka (para murid) tidak dapat menyembuhkan anak itu. Mereka gagal mengusir roh jahat yang menyerang anak tersebut. Oleh karena itu ayahnya membawa anak itu langsung kepada Yesus untuk meminta kesembuhan. Maka bertindaklah Yesus: "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!" (ayat 25), dan roh jahat itu pun ke luar dari anak itu. Melihat kejadian itu murid-murid Yesus menjadi sangat tercengang dan terheran-heran melihat bagaimana roh jahat itu ke luar dan meninggalkan anak itu. Padahal mereka sudah melakukan sebelumnya, tapi gagal.
Sebagai murid-murid Yesus mereka menghabiskan banyak waktunya bersama-sama dengan Yesus; ke mana pun Yesus pergi untuk melayani, mereka juga ada di sana. Namun meski demikian belum tentu mereka peka terhadap apa yang dilakukan Yesus selama ini. Seharusnya mereka bertanya dalam hati, "Mengapa pelayanan Yesus begitu luar biasa? Rahasia apa di balik keberhasilanNya?" Ternyata pelayanan Yesus berhasil oleh karena doa-doaNya yang tiada henti. Kehidupan Yesus penuh dengan doa. Alkitab mencatat, ketika Yesus berdoa di taman Getsemani, para murid malah kedapatan sedang tertidur pulas dan Ia pun menegur mereka: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan aku?" (Matius 26:40b)
Ketika sebagai manusia, Yesus sangat bergantung kepada BapaNya. Itulah sebabnya Yesus senantiasa membangun keintiman dengan Bapa karena Ia tidak mempunyai kuasa apa-apa. Kuasa itu ada di tangan BapaNya yang di sorga. Demikian juga kita. Keberhasilan kita dalam pelayanan bukanlah karena kuat dan gagah kita, namun sepenuhnya dari Tuhan melalui doa yang tidak jemu-jemu.
Bila kehidupan kita penuh dengan doa, roh-roh jahat pun dapat kita tundukkan dalam nama Yesus!
Wednesday, March 9, 2011
Tuesday, March 8, 2011
JANGAN SEKALI-KALI BERKOMPROMI!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Maret 2011 -
Baca: 2 Korintus 6:11-18
"Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" 2 Korintus 6:14b
Kepada jemaat di Korintus rasul Paulus dengan tegas menyatakan bahwa antara kebenaran dan kedurhakaan, atau terang dan gelap tidak dapat bersatu atau berjalan beriringan karena satu sama lain saling berlawanan; artinya tidak ada kompromi sedikit pun. Yang Tuhan kehendaki adalah: "Keluarlah kamu dari antara mereka (orang-orang yang tak percaya - Red.), dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (ayat 17).
Sebagai orang percaya kita adalah terang di dalam Tuhan, karena itu kita harus hidup sebagai anak-anak terang. Ingatlah: berkompromi dengan dosa hanya membuahkan kegagalan dan kehancuran! Contohnya seperti yang dialami oleh Yosafat. Alkitab mencatat bahwa Yosafat adalah salah satu raja yang memiliki nama baik, "...karena ia hidup mengikuti jejak yang dahulu dari Daud, bapa leluhurnya, dan tidak mencari Baal-baal, melainkan mencari Allah ayahnya. Ia hidup menurut perintah-perintah-Nya dan tidak berbuat seperti Israel." (2 Tawarikh 17:3-4). Tetapi dalam fase hidupnya dia pernah melakukan kesalahan yang sangat fatal yaitu melakukan kompromi! Dikatakan: "Ketika Yosafat kaya dan sangat terhormat, ia menjadi besan Ahab." (2 Tawarikh 18:1). Yosafat yang percaya kepada Tuhan memiliki besan seperti penyembah berhala.
Semua ini tidak lepas dari upaya Iblis! Memiliki besan seorang penyembah berhala adalah kompromi awal yang dilakukan Yosafat. Berkompromi terhadap hal-hal kecil semakin membawa kita berlanjut pada kompromi pada hal-hal yang lain, yang lebih besar. Yosafat pun mengijinkan tentaranya berkolaborasi dengan tentara Ahab untuk berperang. Apa yang diminta Ahab diiyakan begitu saja tanpa bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu. Ketika perang hendak berkobar Ahab berniat untuk meminta petunjuk kepada nabi baal, tapi Yosafat mencari nabi Tuhan. Meski Mikha bin Yimla (nabi Tuhan) sudah didatangkan, namun firman yang disampaikan oleh Mikha tidak diterimanya.
Banyak yang bisa diteladani dari Yosafat, tapi kesalahannya melakukan kompromi dengan raja yang jahat di mata Tuhan membawanya kepada kesukaran demi kesukaran.
Baca: 2 Korintus 6:11-18
"Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?" 2 Korintus 6:14b
Kepada jemaat di Korintus rasul Paulus dengan tegas menyatakan bahwa antara kebenaran dan kedurhakaan, atau terang dan gelap tidak dapat bersatu atau berjalan beriringan karena satu sama lain saling berlawanan; artinya tidak ada kompromi sedikit pun. Yang Tuhan kehendaki adalah: "Keluarlah kamu dari antara mereka (orang-orang yang tak percaya - Red.), dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu." (ayat 17).
Sebagai orang percaya kita adalah terang di dalam Tuhan, karena itu kita harus hidup sebagai anak-anak terang. Ingatlah: berkompromi dengan dosa hanya membuahkan kegagalan dan kehancuran! Contohnya seperti yang dialami oleh Yosafat. Alkitab mencatat bahwa Yosafat adalah salah satu raja yang memiliki nama baik, "...karena ia hidup mengikuti jejak yang dahulu dari Daud, bapa leluhurnya, dan tidak mencari Baal-baal, melainkan mencari Allah ayahnya. Ia hidup menurut perintah-perintah-Nya dan tidak berbuat seperti Israel." (2 Tawarikh 17:3-4). Tetapi dalam fase hidupnya dia pernah melakukan kesalahan yang sangat fatal yaitu melakukan kompromi! Dikatakan: "Ketika Yosafat kaya dan sangat terhormat, ia menjadi besan Ahab." (2 Tawarikh 18:1). Yosafat yang percaya kepada Tuhan memiliki besan seperti penyembah berhala.
Semua ini tidak lepas dari upaya Iblis! Memiliki besan seorang penyembah berhala adalah kompromi awal yang dilakukan Yosafat. Berkompromi terhadap hal-hal kecil semakin membawa kita berlanjut pada kompromi pada hal-hal yang lain, yang lebih besar. Yosafat pun mengijinkan tentaranya berkolaborasi dengan tentara Ahab untuk berperang. Apa yang diminta Ahab diiyakan begitu saja tanpa bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu. Ketika perang hendak berkobar Ahab berniat untuk meminta petunjuk kepada nabi baal, tapi Yosafat mencari nabi Tuhan. Meski Mikha bin Yimla (nabi Tuhan) sudah didatangkan, namun firman yang disampaikan oleh Mikha tidak diterimanya.
Banyak yang bisa diteladani dari Yosafat, tapi kesalahannya melakukan kompromi dengan raja yang jahat di mata Tuhan membawanya kepada kesukaran demi kesukaran.
Subscribe to:
Posts (Atom)