Sunday, February 27, 2011

BERSUNGUT-SUNGUT atau TETAP BERSUKACITA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Februari 2011 -

Baca:  Keluaran 14:1-14

"Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini?  Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?"  Keluaran 14:11

Dalam kehidupan ini terkadang 'langit tampak cerah dan tak berawan', tapi ada kalaynya 'mendung dan gelap menggelayut di langit';  ada ujian dan rintangan.  Namun kita harus percaya bahwa di balik 'hujan' selalu ada 'pelangi yang indah'.  Bila semuanya diijinkan terjadi, percayalah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dan membiarkan kita bergumul sendirian.  Pemazmur berkata, "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;  apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya."  (Mazmur 37:23-24).  Firman Tuhan yang kita baca hari ini mencontohkan kehidupan bangsa Israel yang tidak pernah mensyukuri kebaikan Tuhan.  Hari-hari mereka dipenuhi dengan ketidakpuasan dan keluh kesah.  Padahal bangsa Israel adalah bangsa yang dicintai, dikasihi dan diberkati Tuhan.  Banyak mujizat yang telah mereka lihat, alami dan rasakan, namun tetap saja mereka bersungut-sungut setiap harinya, dari mulutnya tidak pernah keluar ucapan syukur.  Berbagai mujizat yang terjadi ternyata tidak cukup untuk mengubah sikap hati bangsa Israel untuk tidak bersungut-sungut, tetapi justru semakin menjadi-jadi.

     Ayat nas di atas menunjukkan bahwa bangsa Israel lebih senang hidup dalam perhambaan di Mesir daripada menjadi bangsa yang merdeka.  Bahkan mereka pun berani melawan Tuhan dengan membuat patung anak lembu emas untuk disembah karena tidak sabar menantikan Musa (baca Keluaran 32).  Bukankah kita juga sering tidak sabar menantikan pertolongan dari Tuhan, lalu kita pun bersungut-sungut dan menggerutu setiap hari.  Karena persungutan, kita pun kehilangan sukacita.  Kata sukacita semakin jauh dari kamus hidup kita.  Perhatikanlah:  sukacita itu sesungguhnya diawali dari iman yang telah diberikan Tuhan kepada kita.  Tidak hanya itu, Tuhan juga melengkapinya dengan pengharapan, dan pengharapan itu tidak mengecewakan (baca Roma 5:5).  Karena imanlah maka segala ketakutan, kecemasan dan kekuatiran akan hilang.

Tidak selayaknya kita bersungut-sungut kepada Tuhan; seharusnya hati kita senantiasa bersukacita karena kasih dan kebaikanNya melimpah atas kita.

Saturday, February 26, 2011

MANA YANG KAUPILIH: Berkat Atau Kutuk?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Februari 2011 -

Baca:  Ulangan 11:8-32

"...aku memperhadapkan kepadamu pada hai ini berkat dan kutuk:  berkat, apabila kamu mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;  dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu,..."  Ulangan 11:26-28

Semua manusia di dunia ini, tanpa terkecuali, pasti ingin memiliki kehidupan yang diberkati, sehat dan penuh sukacita.  Semua perkara yang mengacu pada hal-hal yang baik, itulah yang disebut berkat.  Sebaliknya, tak seorang pun juga yang ingin hidup menderita, miskin, sakit-sakitan dan sebagainya.  Semua perkara yang mengacu pada hal-hal yang buruk, itulah yang disebut kutuk.  Berkat adalah lawan dari kutuk.  Jarak antara berkat dan kutuk hanya dibatasi oleh satu kata, yaitu ketaatan.  Mana yang kaupilih?  Berkat atau kutuk?  Pasti dengan serempak dan spontan kita akan menjawab,  "Berkat!"

     Bila kita renungkan ayat demi ayat, sebenarnya Tuhan memberi kebebasan kepada kita seluas-luasnya untuk membuat pilihan hidup.  Mana yang akan kita jalani?  Apakah kita memilih untuk menaati semua perintah Tuhan dan melakukannya dengan setia, sehingga kita pun menolak untuk hidup taat kepada Tuhan, lebih memilih hidup menurut keinginan sendiri dan menyenangkan daging, tetapi pada akhirnya kita akan menerima kutuk sebagai konsekuensi dari ketidaktaatan kita sendiri?  Mungkin kita berkata,  "Mustahil kita bisa hidup taat kepada Tuhan selama kita masih hidup di dunia ini."

     Tuhan sangat tahu kelemahan dan kekuarangan kita, dan karena itulah Dia menasihatkan,  "Berjaga-jagalah dan bedoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan:  roh memang penurut, tetapi daging lemah."  (Matius 26:41).  Kita diingatkan bahwa roh memang penurut tetapi daging lemah;  ini adalah kenyataan hidup manusia yang sudah Tuhan ketahui.  Namun, itu bukanlah alasan bagi kita untuk hidup dalam ketidaktaatan.  KematianNya di atas kayu salib adalah bukti kasih dan kepedulian Tuhan kepada kita.  OlehNya segala kutuk dosa (sakit-penyakit, kemiskinan, kelemahan dan sebagainya) telah ditanggungNya.  Tuhan juga telah mengutus Roh Kudus untuk menolong kita sehingga kita dimampukan untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan.  Jika kita ingin menikmati berkat-berkat dari Tuhan, hanya ada satu pilihan yaitu taat! 

Keputusan sepenuhnya ada di tangan kita.  Mana yang Saudara pilih?