Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2011 -
Baca: Mazmur 20:1-10
"Kiranya diberikan-Nya kepadamu apa yang kau kehendaki dan dijadikan-Nya berhasil apa yang kaurancangkan." Mazmur 20:5
Dalam Yeremia 29:11 jelas dikatakan bahwa rancangan Tuhan bagi orang percaya adalah rancangan damai sejahtera dan masa depan yang penuh harapan. Namun janji Tuhan ini Ia sediakan bagi orang-orang yang hidupnya benar dan berkenan kepadaNya. Oleh karena itu kita harus memiliki iman bahwa jika kita hidup dalam Tuhan dengan benar dan kudus, keberhasilan akan menjadi milik kita, bahkan apa saja yang kita perbuat pasti berhasil.
Jika sampai saat ini kita lebih banyak mengalami kegagalan daripada keberhasilan, atau sepertinya janji Tuhan itu serasa menjauh dari kehidupan kita, adalah bijak bila kita segera mengoreksi diri sendiri terlebih dahulu sebelum kita bersungut-sungut, mengeluh lalu menyalahkan Tuhan. Sudahkah kita memiliki persekutuan yang karib dengan Tuhan serta beribadah kepadaNya dengan sungguh? Setiakah kita mengerjakan apa yang dipercayakan Tuhan? Sudahkah kita meninggalkan kehidupan lama kita, sebagaimana tertulis dalam 1 Petrus 2:1 ("Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.") Yang pasti, keberhasilan adalah rancangan Tuhan bagi orang percaya yang senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala hal dan memiliki kehidupan yang seturut dengan firmanNya.
Keberhasilan apakah itu? Dikatakan, "Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mazmur 1:3). Inilah janji Tuhan bagi orang benar: apa saja yang diperbuat atau kerjakan, pasti berhasil. Amin! Dalam hal apa pun kita akan mengalami peningkatan dari hari ke hari: toko makin diberkati, karir makin naik, studi berhasil dan lain-lain. Bila kita diberkati maka dipastikan "...lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:10). Semakin diberkati semakin kita menjadi berkat bagi orang lain! Semakin diberkati berarti kita memiliki banyak kesempatan berbuat baik, menolong yang lemah dan miskin, serta mendukung pelayanan pekabaran Injil. Jadi, "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu..." (Amsal 3:9).
Keberhasilan senantiasa mengikuti perjalanan hidup orang percaya, asal kita dengan sungguh-sungguh mengasihi Dia dan hidup berkenan kepadaNya!
Monday, February 14, 2011
Sunday, February 13, 2011
HATI YANG MELAYANI SEPERTI YESUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2011 -
Baca: Yohanes 13:1-20
"sebab Aku telah memberikan suatu teladan seperti kamu, supaya kamu juga berbuat yang sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." Yohanes 13:1
Alkitab mencatat: "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan seperti manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:6-8). Dia adalah Yesus Kristus, "...nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi," (Filipi 2:9-10). Pribadi Yesus tidak dapat dibandingkan dengan siapa pun di dunia ini. Seberapa pun terhormatnya seseorang dengan titel yang berlapis-lapis atau seberapa hebat dia, sungguh tidak sebanding dengan kebesaran dan keagungan Yesus Kristus, karena Dia adalah Raja di atas segala raja, Tuhan segala tuhan. Namun Yesus tetap rendah hati dan rela melayani manusia. Bahkan Ia memberikan satu teladan yang luar biasa: rela membasuh kaki para muridNya, padahal Dia adalah Tuhan dan Guru Agung.
Lalu, siapakah kita ini? Kita hanyalah orang yang tak berarti. Dapatkah kita belajar dari teladan Yesus, mau melayani keluarga, kerabat, teman atau orang lain dengan kerendahan hati dan tanpa pamrih sepertinya? Ketika melihat ada saudara kita yang lapar, sudikah kita mengulurkan tangan dan memberinya makan? Sewaktu melihat saudara kita tertimpa musibah, relakah kita menolongnya? Itulah yang dinamakan kasih, yaitu melihat kebutuhan orang lain sebagai kewajiban diri sendiri. Sesungguhnya pelayanan itu sangatlah sederhana! Tetapi dalam prakteknya, pelayanan juga tidak semudah diucapkan. Banyak orang melayani tapi enggan menanggalkan keakuannya; mau melayani tapi sulit melepaskan kehormatan atau kedudukannya. Melayani berarti rela menjadi hamba! Itulah pelayanan yang dilakukan Yesus! Tertulis: "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;" (Matius 20:26a-27). Maukah kita? Bukankah banyak orang mau melayani dengan harapan makin dikenal orang dan dihormati?
Mari kita memiliki hati seperti Yesus, rela melayani jiwa-jiwa dengan motivasi tulus dan benar!
Baca: Yohanes 13:1-20
"sebab Aku telah memberikan suatu teladan seperti kamu, supaya kamu juga berbuat yang sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." Yohanes 13:1
Alkitab mencatat: "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan seperti manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:6-8). Dia adalah Yesus Kristus, "...nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi," (Filipi 2:9-10). Pribadi Yesus tidak dapat dibandingkan dengan siapa pun di dunia ini. Seberapa pun terhormatnya seseorang dengan titel yang berlapis-lapis atau seberapa hebat dia, sungguh tidak sebanding dengan kebesaran dan keagungan Yesus Kristus, karena Dia adalah Raja di atas segala raja, Tuhan segala tuhan. Namun Yesus tetap rendah hati dan rela melayani manusia. Bahkan Ia memberikan satu teladan yang luar biasa: rela membasuh kaki para muridNya, padahal Dia adalah Tuhan dan Guru Agung.
Lalu, siapakah kita ini? Kita hanyalah orang yang tak berarti. Dapatkah kita belajar dari teladan Yesus, mau melayani keluarga, kerabat, teman atau orang lain dengan kerendahan hati dan tanpa pamrih sepertinya? Ketika melihat ada saudara kita yang lapar, sudikah kita mengulurkan tangan dan memberinya makan? Sewaktu melihat saudara kita tertimpa musibah, relakah kita menolongnya? Itulah yang dinamakan kasih, yaitu melihat kebutuhan orang lain sebagai kewajiban diri sendiri. Sesungguhnya pelayanan itu sangatlah sederhana! Tetapi dalam prakteknya, pelayanan juga tidak semudah diucapkan. Banyak orang melayani tapi enggan menanggalkan keakuannya; mau melayani tapi sulit melepaskan kehormatan atau kedudukannya. Melayani berarti rela menjadi hamba! Itulah pelayanan yang dilakukan Yesus! Tertulis: "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;" (Matius 20:26a-27). Maukah kita? Bukankah banyak orang mau melayani dengan harapan makin dikenal orang dan dihormati?
Mari kita memiliki hati seperti Yesus, rela melayani jiwa-jiwa dengan motivasi tulus dan benar!
Subscribe to:
Posts (Atom)