Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Februari 2011 -
Baca: Yohanes 13:1-20
"sebab Aku telah memberikan suatu teladan seperti kamu, supaya kamu juga berbuat yang sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." Yohanes 13:1
Alkitab mencatat: "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan seperti manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:6-8). Dia adalah Yesus Kristus, "...nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi," (Filipi 2:9-10). Pribadi Yesus tidak dapat dibandingkan dengan siapa pun di dunia ini. Seberapa pun terhormatnya seseorang dengan titel yang berlapis-lapis atau seberapa hebat dia, sungguh tidak sebanding dengan kebesaran dan keagungan Yesus Kristus, karena Dia adalah Raja di atas segala raja, Tuhan segala tuhan. Namun Yesus tetap rendah hati dan rela melayani manusia. Bahkan Ia memberikan satu teladan yang luar biasa: rela membasuh kaki para muridNya, padahal Dia adalah Tuhan dan Guru Agung.
Lalu, siapakah kita ini? Kita hanyalah orang yang tak berarti. Dapatkah kita belajar dari teladan Yesus, mau melayani keluarga, kerabat, teman atau orang lain dengan kerendahan hati dan tanpa pamrih sepertinya? Ketika melihat ada saudara kita yang lapar, sudikah kita mengulurkan tangan dan memberinya makan? Sewaktu melihat saudara kita tertimpa musibah, relakah kita menolongnya? Itulah yang dinamakan kasih, yaitu melihat kebutuhan orang lain sebagai kewajiban diri sendiri. Sesungguhnya pelayanan itu sangatlah sederhana! Tetapi dalam prakteknya, pelayanan juga tidak semudah diucapkan. Banyak orang melayani tapi enggan menanggalkan keakuannya; mau melayani tapi sulit melepaskan kehormatan atau kedudukannya. Melayani berarti rela menjadi hamba! Itulah pelayanan yang dilakukan Yesus! Tertulis: "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;" (Matius 20:26a-27). Maukah kita? Bukankah banyak orang mau melayani dengan harapan makin dikenal orang dan dihormati?
Mari kita memiliki hati seperti Yesus, rela melayani jiwa-jiwa dengan motivasi tulus dan benar!
Sunday, February 13, 2011
Saturday, February 12, 2011
TUHAN SANGAT MEMBENCI PERCERAIAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2011 -
Baca: Maleakhi 2:10-16
"Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel - juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman Tuhan semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!" Maleakhi 2:16
Perceraian di kalangan para artis atau selebritas adalah hal biasa. Ada yang menikah hanya dalam hitungan bulan, setelah itu mereka bercerai dengan alasan klise: merasa tidak cocok satu sama lain! Bagaimana bisa ya? Sungguh menyedihkan!
Tuhan sangat membenci dosa perceraian. Pernikahan bukanlah suatu hal yang harus kita jalani dengan keadaan terpaksa. Dalam sebuah hubungan pernikahan, kasih tak bersyarat adalah sebuah keputusan. Jika kasih Tuhan ada dalam diri kita, kita akan dapat memutuskan untuk membiarkan kasih itu terus mengalir. Mengapa perceraian dibenci Tuhan? Karena perceraian merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang di dalamnya melibatkan Tuhan. Ketika dua orang yaitu laki-laki dan perempuan (bukan laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan) dipersatukan dalam sebuah lembaga pernikahan, Tuhan menjadi pihak ketiga dalam perjanjian yang mereka buat.
Perceraian menyerang dan mempengaruhi benih-benih Ilahi. Hal terburuk yang mungkin kita lihat dalam kasus perceraian adalah anak-anak yang menjadi korban, padahal Tuhan memiliki rancangan yang indah dalam keluarga-keluarga Kristen. Jika setiap terjadi konflik dalam rumah tangga kita sering menyerukan kata-kata cerai terhadap pasangan, berhati-hatilah! Karena kita menabur benih perceraian dalam pernikahan, benih itu akan tumbuh karena Iblis menyuburkannya. Banyak kasus kenakalan remaja terjadi, dan salah satu penyebabnya dalah karena masalah keluarga (broken home). Anak-anak memberontak dan mencari kedamaian di luar karena suasana di rumah yang tidak lagi kondusif. Anak-anak kita adalah hasil dari apa yang terjadi di dalam rumah tangga. Perceraian yang menimpa orangtua seringkali membuat anak-anak menjadi trauma, sehingga ketika beranjak dewasa timbul ketakutan dan kekuatiran dalam diri mereka untuk menikah. Takut jika mereka harus mengalami rasa sakit yang sama.
Pernikahan Kristen adalah pernikahan sekali seumur hidup. Tidak ada istilah cerai dalam kehidupan kekristenan karena itu adalah kebencian Tuhan!
"Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Matius 19:6
Baca: Maleakhi 2:10-16
"Sebab Aku membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel - juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman Tuhan semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!" Maleakhi 2:16
Perceraian di kalangan para artis atau selebritas adalah hal biasa. Ada yang menikah hanya dalam hitungan bulan, setelah itu mereka bercerai dengan alasan klise: merasa tidak cocok satu sama lain! Bagaimana bisa ya? Sungguh menyedihkan!
Tuhan sangat membenci dosa perceraian. Pernikahan bukanlah suatu hal yang harus kita jalani dengan keadaan terpaksa. Dalam sebuah hubungan pernikahan, kasih tak bersyarat adalah sebuah keputusan. Jika kasih Tuhan ada dalam diri kita, kita akan dapat memutuskan untuk membiarkan kasih itu terus mengalir. Mengapa perceraian dibenci Tuhan? Karena perceraian merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan yang di dalamnya melibatkan Tuhan. Ketika dua orang yaitu laki-laki dan perempuan (bukan laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan) dipersatukan dalam sebuah lembaga pernikahan, Tuhan menjadi pihak ketiga dalam perjanjian yang mereka buat.
Perceraian menyerang dan mempengaruhi benih-benih Ilahi. Hal terburuk yang mungkin kita lihat dalam kasus perceraian adalah anak-anak yang menjadi korban, padahal Tuhan memiliki rancangan yang indah dalam keluarga-keluarga Kristen. Jika setiap terjadi konflik dalam rumah tangga kita sering menyerukan kata-kata cerai terhadap pasangan, berhati-hatilah! Karena kita menabur benih perceraian dalam pernikahan, benih itu akan tumbuh karena Iblis menyuburkannya. Banyak kasus kenakalan remaja terjadi, dan salah satu penyebabnya dalah karena masalah keluarga (broken home). Anak-anak memberontak dan mencari kedamaian di luar karena suasana di rumah yang tidak lagi kondusif. Anak-anak kita adalah hasil dari apa yang terjadi di dalam rumah tangga. Perceraian yang menimpa orangtua seringkali membuat anak-anak menjadi trauma, sehingga ketika beranjak dewasa timbul ketakutan dan kekuatiran dalam diri mereka untuk menikah. Takut jika mereka harus mengalami rasa sakit yang sama.
Pernikahan Kristen adalah pernikahan sekali seumur hidup. Tidak ada istilah cerai dalam kehidupan kekristenan karena itu adalah kebencian Tuhan!
"Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Matius 19:6
Subscribe to:
Posts (Atom)