Monday, February 7, 2011

SAAT TEDUH: Wujud Disiplin Rohani

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Februari 2011 -

Baca:  Lukas 22:39-46 

"Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun."   Lukas 22:39a

Berapa lama Saudara selalu menyediakan waktu secara rutin untuk bersekutu dengan Tuhan (berdoa) setiap harinya?  Ada yang menjawab,  "Saya selalu berdoa selama 1 jam di pagi hari sebelum melakukan aktivitas apa pun.";  "Saya tidak sempat berdoa karena harus buru-buru berangkat ke kantor, tapi pada malam hari sebelum tidur saya sempatkan berdoa sebentar selama 15 menit.";  "Maaf saya tidak ada waktu untuk berdoa, seharian harus menjaga toko, pulang ke rumah sudah sangat capai dan mengatuk.";  dan sebagainya.

     Adalah tidak mudah membiasakan diri untuk berdoa secara kontinyu.  Banyak sekali tantangan dan godaannya.  Seringkali kita mengemukakan alasan-alasan atau dalih untuk membela diri karena kita tidak mau bila disebut sebagai orang Kristen yang malas berdoa.  Padahal kenyataannya kita memang jarang berdoa dan tidak memiliki kedisiplinan untuk berdoa.  Ayat nas di atas jelas menyatakan bahwa Yesus selalu menyediakan waktu untu berdoa.  Kata  'sebagaimana biasa'  menunjukkan suatu tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang atau rutin.  Jadi Yesus selalu menyediakan waktu secara rutin untuk berdoa.  Inilah yang disebut bersaat teduh.

     Saat teduh adalah waktu yang secara rutin kita sisihkan setiap hari supaya kita bisa bersekutu secara pribadi dengan Tuhan.  Ketika bersaat teduh kita memberikan pujian dan penyembahan kepada Tuhan, berdoa dan juga mendengarkan Dia berbicara melalui firmanNya yang kita baca.  Membiasakan diri untuk bersaat teduh setiap hari adalah tindakan bagi kita untuk membangun fondasi kehidupan rohani yang kokoh.  Alkitab menyatakan,  "Setiap orang yang mendengarkan perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu."  (Matius 7:24-25).  Ada pun hakekat utama dari saat teduh adalah mendengar dan melakukan firman Tuhan.  Tertulis bahwa  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Maka dari itu kita harus menjadikan saat teduh atau waktu pribadi setiap hari bersama Tuhan sebagai prioritas utama dalam agenda harian kita. 

Bersaat teduh sangatlah penting bagi orang percaya!  Sudahkah kita mempraktekkan itu?

Sunday, February 6, 2011

JANGAN PERNAH PUTUS ASA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2011 -

Baca:  Mazmur 43:1-5 

"Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?  Berharaplah kepada Allah!  Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!"   Mazmur 43:5

Karena tekanan hidup yang kian berat dan permasalahan yang dialami, banyak orang menjadi putus asa dan frustasi.  Mengapa bisa terjadi?

     Rasa putus asa muncul ketika seseorang mengalami jalan buntu.  Celah inilah yang digunakan Iblis untuk menanamkan rasa putus asa dalam diri seseorang, sehingga dalam dirinya timbul rasa mengasihani diri sendiri (self pity) dan merasa sudah tidak ada pertolongan lagi.  Kita  tidak lagi mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan mulai meragukan kuasaNya.  Dengan kata lain kita putus asa dan menjadi tawar, merasa bahwa Tuhan tidak sanggup melakukan perkara besar dalam kehidupan kita, padahal firman Tuhan menegaskan bahwa  "...semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia.  Dan inilah kemenangan atau pun rasa putus asa dimulai dari hati kita.  Tertulis:  "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  (Amsal 24:10).

     Rasa putus asa bukanlah karakter anak-anak Tuhan!  Kita adalah lebih dari pemenang karena Tuhan selalu ada di pihak orang percaya.  Daud, ketika berhadapan dengan Goliat, tak sedikit pun merasa takut dan gentar, apalagi putus asa.  Dengan penuh iman Daud siap berperang melawannya.  Bahkan kemenangan itu sudah ada di hati Daud sebelum peperangan itu terjadi.  Hal ini bisa terlihat dari perkataan Daud di hadapan Goliat, orang Filistin itu:  "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.  Hari ini juga Tuhan akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu;"  (1 Samuel 17:45-46a).  Seberat apa pun masalah yang kita hadapi, jangan putus asa, serahkan semuanya kepada Tuhan.  Jangan buang waktu dan tenaga pada hal-hal yang membuat kita putus asa dan lemah.  Mari kita lebih lagi melekat kepada Tuhan.   

Jika Tuhan ada di hati kita, kita tidak akan takut dan putus asa dalam keadaan apa pun, karena tidak pernah ditinggalkanNya orang-orang benar!