Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Februari 2011 -
Baca: Mazmur 43:1-5
"Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!" Mazmur 43:5
Karena tekanan hidup yang kian berat dan permasalahan yang dialami, banyak orang menjadi putus asa dan frustasi. Mengapa bisa terjadi?
Rasa putus asa muncul ketika seseorang mengalami jalan buntu. Celah inilah yang digunakan Iblis untuk menanamkan rasa putus asa dalam diri seseorang, sehingga dalam dirinya timbul rasa mengasihani diri sendiri (self pity) dan merasa sudah tidak ada pertolongan lagi. Kita tidak lagi mengarahkan pandangan kepada Tuhan dan mulai meragukan kuasaNya. Dengan kata lain kita putus asa dan menjadi tawar, merasa bahwa Tuhan tidak sanggup melakukan perkara besar dalam kehidupan kita, padahal firman Tuhan menegaskan bahwa "...semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan atau pun rasa putus asa dimulai dari hati kita. Tertulis: "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." (Amsal 24:10).
Rasa putus asa bukanlah karakter anak-anak Tuhan! Kita adalah lebih dari pemenang karena Tuhan selalu ada di pihak orang percaya. Daud, ketika berhadapan dengan Goliat, tak sedikit pun merasa takut dan gentar, apalagi putus asa. Dengan penuh iman Daud siap berperang melawannya. Bahkan kemenangan itu sudah ada di hati Daud sebelum peperangan itu terjadi. Hal ini bisa terlihat dari perkataan Daud di hadapan Goliat, orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga Tuhan akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu;" (1 Samuel 17:45-46a). Seberat apa pun masalah yang kita hadapi, jangan putus asa, serahkan semuanya kepada Tuhan. Jangan buang waktu dan tenaga pada hal-hal yang membuat kita putus asa dan lemah. Mari kita lebih lagi melekat kepada Tuhan.
Jika Tuhan ada di hati kita, kita tidak akan takut dan putus asa dalam keadaan apa pun, karena tidak pernah ditinggalkanNya orang-orang benar!
Sunday, February 6, 2011
Saturday, February 5, 2011
BERMULA DARI HAL KECIL
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Februari 2011 -
Baca: Lukas 16:10-13
"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar." Lukas 16:10a
Seorang pendaki bisa mencapai puncak gunung diawali oleh pijakan pertama. Seorang pelari mampu mencapai garis finis dan menjadi juara juga bermula dari langkah awal yang baik. Segala sesuatu yang besar bermula dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Pohon nangka yang besar dan berbuah lebat serta tampak rindang di belakang rumah kita pun juga berasal dari satu biji nangka yang kecil. Coba renungkanlah itu.
Dalam perumpamaan tentang biji sesawi Tuhan Yesus berkata, "Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya." (Matius 13:32). Karena itu jangan pernah meremehkan perkara-perkara kecil yang tampaknya sederhana. Untuk menjadi besar kita harus bersedia memulai sesuatu dari perkara yang kecil. Perkara yang kecil bermula dari apa yang ada pada kita saat ini. Apa yang kita miliki adalah permulaan dari segala sesuatu yang akan kita miliki di masa yang akan datang: pekerjaan atau profesi yang kita jalani, pelayanan yang dipercayakan kepada kita, talenta, harta yang kita miliki dan lain-lain. Jangan sampai kita seperti orang yang memiliki satu talenta, yang hanya menyimpan talentanya itu di dalam tanah dan tidak mengembangkannya (baca Matius 25:24-30). Mari kita kerjakan dengan setia apa pun yang dikaruniakan Tuhan bagi kita, supaya pada saatnya, perkara-perkara besar atau hal-hal yang tidak terpikirkan, akan disediakanNya bagi kita. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9).
Yesus juga memulai pelayananNya dari bawah. Karena kesetiaan dan ketaatanNya pada Bapa dari hal-hal kecil, akhirnya Yesus menjadi yang terbesar dan "...Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama," (Filipi 2:9). Yusuf, sebelum menjadi the second man di Mesir, terlebih dulu setia dan tekun melakukan perkara-perkara kecil, sehingga pada saatnya ia beroleh kepercayaan terhadap hal-hal yang besar.
Apa pun yang Tuhan percayakan kepada kita, mari kita kerjakan dengan setia, karena ini adalah permulaan dari perkara-perkara besar.
Baca: Lukas 16:10-13
"Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar." Lukas 16:10a
Seorang pendaki bisa mencapai puncak gunung diawali oleh pijakan pertama. Seorang pelari mampu mencapai garis finis dan menjadi juara juga bermula dari langkah awal yang baik. Segala sesuatu yang besar bermula dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Pohon nangka yang besar dan berbuah lebat serta tampak rindang di belakang rumah kita pun juga berasal dari satu biji nangka yang kecil. Coba renungkanlah itu.
Dalam perumpamaan tentang biji sesawi Tuhan Yesus berkata, "Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya." (Matius 13:32). Karena itu jangan pernah meremehkan perkara-perkara kecil yang tampaknya sederhana. Untuk menjadi besar kita harus bersedia memulai sesuatu dari perkara yang kecil. Perkara yang kecil bermula dari apa yang ada pada kita saat ini. Apa yang kita miliki adalah permulaan dari segala sesuatu yang akan kita miliki di masa yang akan datang: pekerjaan atau profesi yang kita jalani, pelayanan yang dipercayakan kepada kita, talenta, harta yang kita miliki dan lain-lain. Jangan sampai kita seperti orang yang memiliki satu talenta, yang hanya menyimpan talentanya itu di dalam tanah dan tidak mengembangkannya (baca Matius 25:24-30). Mari kita kerjakan dengan setia apa pun yang dikaruniakan Tuhan bagi kita, supaya pada saatnya, perkara-perkara besar atau hal-hal yang tidak terpikirkan, akan disediakanNya bagi kita. "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9).
Yesus juga memulai pelayananNya dari bawah. Karena kesetiaan dan ketaatanNya pada Bapa dari hal-hal kecil, akhirnya Yesus menjadi yang terbesar dan "...Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama," (Filipi 2:9). Yusuf, sebelum menjadi the second man di Mesir, terlebih dulu setia dan tekun melakukan perkara-perkara kecil, sehingga pada saatnya ia beroleh kepercayaan terhadap hal-hal yang besar.
Apa pun yang Tuhan percayakan kepada kita, mari kita kerjakan dengan setia, karena ini adalah permulaan dari perkara-perkara besar.
Subscribe to:
Posts (Atom)