Monday, January 24, 2011

ORANG MUDA YANG TAKUT AKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Januari 2011 -

Baca:  Amsal 22:1-16

"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."  Amsal 22:6

Memperhatikan perkembangan zaman yang pesat saat ini, hampir semua orangtua was-was dengan apa yang mungkin diperbuat anak-anaknya:  dengan siapa bergaul, apa yang dikerjakan sepulang sekolah bersama temanya, apa isi inbox di handphonenya, info apa yang di browse saat di warnet;  semuanya benar-benar harus menjadi perhatian serius para orangtua.  Tidak dapat dipungkiri, anak muda sekarang selalu up date terhadap tren yang ada, positif maupun negatif.  Kita harus berhati-hati karena pengaruh pergaulan di luar rumah sangat kuat bagi anak muda.  Terutama bagi anak-anak muda Kristen, perhatikan hidupmu dengan sungguh-sungguh.  Jangan sampai engkau terjerumus kepada pergaulan sesat, sebab  "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33), dan masa depanmu dipengaruhi oleh apa yang kaulakukan pada masa muda.

     Tuhan ingin agar anak-anak muda tetap berjalan dalam kebenaran.  Pergaulan memang dibutuhkan, tetapi mereka harus tetap berada dalam pergaulan yang sehat dan positif.  Dengan siapa anak muda bergaul, seperti itulah mereka akan terbentuk.  Jika mereka bergaul dengan teman-teman yang cerdas, takut akan Tuhan, rajin beribadah, aktif pelayanan di gereja atau kegiatan positif lainnya seperti olah raga, maka anak muda itu akan menjadi seperti teman-temannya.  Sebaliknya, jika anak muda bergaul dengan teman-teman yang punya kebiasaan buruk:  merokok, suka bolos, nongkrong tiap malam, bergaul bebas, pemakai narkoba, maka tinggal menunggu waktu saja mereka akan menjadi sama dengan teman-temannya itu.  Pengkotbah memperingatkan dengan keras,  "Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!"  (Pengkotbah 11:9).

     Supaya anak-anak muda kita memiliki rasa takut akan Tuhan kita harus menanamkan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan sedari kecil, karena firman Tuhan adalah perisai dan filter paling ampuh untuk dapat tetap berada dalam pergaulan positif (baca  Mazmur 119:9).

Mengajarkan firman Tuhan dan mengawasi pergaulannya adalah langkah awal membangun masa depan anak muda!

Sunday, January 23, 2011

KISAH YAIRUS: Pertolongan yang Sempat Tertunda

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Januari 2011 -

Baca:  Markus 5:21-43

"Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?"  Markus 5:35

Alkitab menyatakan,  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1).  Artinya kita percaya meski belum melihat hasil.  Ketika kita beriman kepada Tuhan berarti kita percaya kepada Tuhan bahwa Dia berkuasa untuk melakukan mujizat.  Beriman kepada Tuhan juga berarti kita memiliki penyerahan penuh kepada Dia.  Berserah bukanlah suatu tindakan yang nekat, bukan pula suatu tindakan yang diambil karena kita sudah menemui jalan buntu.  Akan tetapi, berserah adalah tindakan yang lahir dari pergumulan yang positif karena menyadari bahwa Tuhan tidak akan mengecewakan orang yang berharap kepadaNya.  Tertulis:  "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita."  (Roma 5:5).  Penyerahan diri kepada Tuhan adalah sebuah keputusan yang beresiko.

     Inilah yang dialami Yairus yang sedang terjepit pada suatu keadaan yang beresiko.  Ketika anaknya sedang sakit keras dan hampir mati, Yairus justru mengambil keputusan beresiko dengan meninggalkan anaknya itu dan pergi mencari Yesus yang diyakini dapat menyembuhkan anaknya.  Ketika sudah bertemu dengan Yesus dan hendak menuju rumahnya, di tengah jalan ada seorang wanita yang mengalami pendarahan selama 12 tahun sedang menjamah jubah Yesus, sehingga langkah Yesus pun jadi terhenti.  Tentunya kejadian ini membuat Yairus bertambah panik karena keadaan anaknya sangat kritis.  Meskipun demikian Yairus tetap setia menunggu, bukti bahwa ia sangat peduli akan penderitaan anaknya.  Namun datang kabar dari keluarganya bahwa anaknya akhirnya mati.  Maka bisa saja Yairus marah dan kecewa kepada Tuhan Yesus, karena Ia tidak dapat segera datang ke rumahnya.  Tapi Yairus sama sekali tidak terpengaruh dengan berita buruk yang didengarnya (ayat nas), ia tetap berharap dan menantikan Yesus bertindak.

     Seringkali berita-berita negatif membuat kita goyah dan tidak lagi berserah penuh kepada Tuhan.  Maka karena kesabarannya menantikan Tuhan, keluarga Yairus mengalami mujizat yaitu anaknya disembuhkan.

Jangan berhenti berharap pada Tuhan;  pada saat yang tepat Dia pasti bertindak.  Sungguh,  "Semua orang yang menantikan Engkau takkan mendapat malu;"  (Mazmur 25:3a).