Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Januari 2011 -
Baca: Yosua 14:10-15
"Jadi sekarang, sesungguhnya Tuhan telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya." Yosua 14:10a
Banyak orang suka sekali membangga-banggakan dan memegahkan diri sendiri, entah itu tentang prestasinya, keberhasilan usahanya, keluarganya, harta kekayaannya, mobilnya yang mewah, anak-anaknya dan sebagainya. Firman Tuhan tegas menyatakan, "Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan;" (Yesaya 2:11-11a). Tidak seharusnya kita bermegah tentang diri kita sendiri, "tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia,..." (Yeremia 9:24).
Inilah yang dilakukan Kaleb: ia menceritakan tentang Tuhan, bukan keberhasilan dan kesuksesannya. Kaleb tidak membanggakan kehebatan masa lalunya, tapi ia senantiasa mengarahkan pandangannya pada kesetiaan dan kasih Tuhan dalam hidupnya. Selama 45 tahun Kaleb mengalamai pemeliharaan Tuhan, sejak ia masih muda hingga di masa tuanya. Kaleb berkata, "pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk." (Yosua 14:11). Tuhan sangat menghargai orang yang senantiasa menceritakan pribadiNya. Memuliakan nama Tuhan dan menceritakan perbuatan-perbuatanNya yang besar adalah tugas dan komitmen kita sebagai orang percaya. Fokus hidup Kaleb mengacu pada janji Tuhan dan dia percaya bahwa "...Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan." (Roma 4:21). Yosua benar-benar bangga terhadap iman Kaleb, dan atas nama Tuhan Yosua memberkati Kaleb. Ini sebagai upah dari ketekunan dan kesetiaan Kaleb selama ini.
Kehidupan Kaleb ini menjadi sumber inspirasi bagi siapa pun kita. Usia bukanlah penghalang bagi seseorang untuk melayani Tuhan. Hal ini sudah ditunjukkan Kaleb; di usia yang tidak muda lagi ia tidak menjadi lemah melainkan tetap semangat melayani Tuhan. Jadi tidak ada batas usia atau istilah pensiun dalam hal melayani Tuhan. Oleh karena ketekunan dan kesetiaannya Tuhan juga menyatakan kasih setianya kepada Kaleb. Tuhan memberikan apa yang dijanjikanNya kepada Kaleb.
"Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." (Kolose 3:24a), asal kita setia kepada Tuhan!
Friday, January 14, 2011
Thursday, January 13, 2011
EZRA: Kepercayaan Raja
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Januari 2011 -
Baca: Ezra 7:1-28a
"Ia (Ezra) adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan Tuhan, Allah Israel." Ezra 7:6b
Siapakah Ezra? Dia adalah salah satu dari orang-orang Israel yang dibuang di Babel. Menjadi orang buangan tidak selamanya hopeless, ada saatnya di mana Tuhan sanggup mengangkat dan memulihkan, "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18).
Ezra, dari seorang buangan menjadi orang kepercayaan raja. Ia dipercaya dan diutus oleh raja Artahsasta untuk membangun Bait Allah di Yerusalem. Apakah tidak ada orang lain yang lebih terhormat yang bisa diutus raja? Tentunya raja Artahsasta tidak salah pilih. Kalau tidak memiliki reputasi yang baik mustahil raja mengutus Ezra. Mengapa Ezra begitu istimewa di mata raja Artahsasta? Meski sebagai orang buangan di Babel ia memiliki kehidupan yang berbeda, seorang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Bahkan orang-orang di seluruh Babel mengenalnya sebagai orang yang ahli dalam hal Taurat Tuhan. Itulah sebabnya "...raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan Tuhan, Allahnya, melindungi dia." (Ezra 7:6c).
Memiliki hidup yang berbeda seperti Ezra adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Ketika orang-orang buangan lain mungkin sedang merenungi nasib dan mengasihani diri sendiri, Ezra malah bertekun meneliti dan merenungkan Taurat Tuhan itu siang malam. Disebut sebagai ahli Taurat Tuhan karena ketekunannya meneliti Taurat itu (Ezra 7:11,12, 21). Tidak hanya itu, ia tekun mengajar dan mendidik orang-orang buangan di Babel tentang Taurat Tuhan. Ketika diutus ke Yerusalem ia pun membawa juga sebuah kitab Taurat sebagai sumber pengajaran iman. Kehidupan Ezra benar-benar menjadi berkat/kesaksian bagi bangsanya. Karena itu ia dipercaya melaksanakan mandat sang raja. Ezra juga menerima kuasa penatalayanan (Ezra 7:17) dan dapat mempertanggungjawabkan setiap tugas yang dipercayakan kepadanya.
Kisah ini menunjukkan bahwa Ezra seorang yang takut akan Tuhan; tidak hanya mahir tentang Taurat Tuhan secara teori, tapi juga setia melakukan Taurat Tuhan itu dalam kehidupannya sehari-hari.
Baca: Ezra 7:1-28a
"Ia (Ezra) adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan Tuhan, Allah Israel." Ezra 7:6b
Siapakah Ezra? Dia adalah salah satu dari orang-orang Israel yang dibuang di Babel. Menjadi orang buangan tidak selamanya hopeless, ada saatnya di mana Tuhan sanggup mengangkat dan memulihkan, "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18).
Ezra, dari seorang buangan menjadi orang kepercayaan raja. Ia dipercaya dan diutus oleh raja Artahsasta untuk membangun Bait Allah di Yerusalem. Apakah tidak ada orang lain yang lebih terhormat yang bisa diutus raja? Tentunya raja Artahsasta tidak salah pilih. Kalau tidak memiliki reputasi yang baik mustahil raja mengutus Ezra. Mengapa Ezra begitu istimewa di mata raja Artahsasta? Meski sebagai orang buangan di Babel ia memiliki kehidupan yang berbeda, seorang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Bahkan orang-orang di seluruh Babel mengenalnya sebagai orang yang ahli dalam hal Taurat Tuhan. Itulah sebabnya "...raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan Tuhan, Allahnya, melindungi dia." (Ezra 7:6c).
Memiliki hidup yang berbeda seperti Ezra adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Ketika orang-orang buangan lain mungkin sedang merenungi nasib dan mengasihani diri sendiri, Ezra malah bertekun meneliti dan merenungkan Taurat Tuhan itu siang malam. Disebut sebagai ahli Taurat Tuhan karena ketekunannya meneliti Taurat itu (Ezra 7:11,12, 21). Tidak hanya itu, ia tekun mengajar dan mendidik orang-orang buangan di Babel tentang Taurat Tuhan. Ketika diutus ke Yerusalem ia pun membawa juga sebuah kitab Taurat sebagai sumber pengajaran iman. Kehidupan Ezra benar-benar menjadi berkat/kesaksian bagi bangsanya. Karena itu ia dipercaya melaksanakan mandat sang raja. Ezra juga menerima kuasa penatalayanan (Ezra 7:17) dan dapat mempertanggungjawabkan setiap tugas yang dipercayakan kepadanya.
Kisah ini menunjukkan bahwa Ezra seorang yang takut akan Tuhan; tidak hanya mahir tentang Taurat Tuhan secara teori, tapi juga setia melakukan Taurat Tuhan itu dalam kehidupannya sehari-hari.
Subscribe to:
Posts (Atom)