Thursday, January 13, 2011

EZRA: Kepercayaan Raja

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Januari 2011 -

Baca:  Ezra 7:1-28a

"Ia (Ezra) adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan Tuhan, Allah Israel."  Ezra 7:6b

Siapakah Ezra?  Dia adalah salah satu dari orang-orang Israel yang dibuang di Babel.  Menjadi orang buangan tidak selamanya hopeless, ada saatnya di mana Tuhan sanggup mengangkat dan memulihkan,  "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."  (Amsal 23:18).

     Ezra, dari seorang buangan menjadi orang kepercayaan raja.  Ia dipercaya dan diutus oleh raja Artahsasta untuk membangun Bait Allah di Yerusalem.  Apakah tidak ada orang lain yang lebih terhormat yang bisa diutus raja?  Tentunya raja Artahsasta tidak salah pilih.  Kalau tidak memiliki reputasi yang baik mustahil raja mengutus Ezra.  Mengapa Ezra begitu istimewa di mata raja Artahsasta?  Meski sebagai orang buangan di Babel ia memiliki kehidupan yang berbeda, seorang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati.  Bahkan orang-orang di seluruh Babel mengenalnya sebagai orang yang ahli dalam hal Taurat Tuhan.  Itulah sebabnya  "...raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan Tuhan, Allahnya, melindungi dia."  (Ezra 7:6c).

     Memiliki hidup yang berbeda seperti Ezra adalah kehendak Tuhan bagi orang percaya:  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah:  apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).  Ketika orang-orang buangan lain mungkin sedang merenungi nasib dan mengasihani diri sendiri, Ezra malah bertekun meneliti dan merenungkan Taurat Tuhan itu siang malam.  Disebut sebagai ahli Taurat Tuhan karena ketekunannya meneliti Taurat itu (Ezra 7:11,12, 21).  Tidak hanya itu, ia tekun mengajar dan mendidik orang-orang buangan di Babel tentang Taurat Tuhan.  Ketika diutus ke Yerusalem ia pun membawa juga sebuah kitab Taurat sebagai sumber pengajaran iman.  Kehidupan Ezra benar-benar menjadi berkat/kesaksian bagi bangsanya.  Karena itu ia dipercaya melaksanakan mandat sang raja.  Ezra juga menerima kuasa penatalayanan (Ezra 7:17) dan dapat mempertanggungjawabkan setiap tugas yang dipercayakan kepadanya.

Kisah ini menunjukkan bahwa Ezra seorang yang takut akan Tuhan;  tidak hanya mahir tentang Taurat Tuhan secara teori, tapi juga setia melakukan Taurat Tuhan itu dalam kehidupannya sehari-hari.

Wednesday, January 12, 2011

SAUL: Merosot dan Hancur

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Januari 2011 -

Baca:  1 Samuel 28:1-20

"Dan Saul bertanya kepada Tuhan, tetapi Tuhan tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi."  1 Samuel 28:6

Tuhan menyediakan berkat dan pemulihan bagi anak-anakNya, dan secara terperinci berkat-berkat itu bisa kita baca dalam Ulangan 28:1-14, salah satunya adalah:  "Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,..."  (Ulangan 28:13).  Banyak orang Kristen yang mengklaim janji Tuhan ini tanpa memperhatikan lebih dahulu kelanjutan ayatnya:  "...apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia, dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya."  (Ulangan 28:13-14).

     Saul adalah salah satu contoh orang yang justru menglami kemunduran atau kemerosotan dalam hidupnya.  Sebelumnya, Saul adalah seorang raja Israel yang diurapi Tuhan.  Tapi sayang, pemerintahannya tidak langgeng.  Penyebabnya adalah ketidaktaatan Saul sendiri;  ia telah menyimpang dari kehendak Tuhan sehingga Tuhan pun menolak dia sebagai raja, dan RohNya pun undur dari dia.  Akibatnya tidak ada lagi penyertaan dan perlindungan Tuhan dalam kehidupan Saul.  Terlebih lagi hati Saul telah berpaling dari Tuhan. Pada saat melihat bahwa tentara Filistin berkumpul di dekat Sunem untuk menyerang Israel, Saul menjadi sangat takut dan gemetar.  Lalu ia berdoa dan bertanya kepada Tuhan tetapi Tuhan tidak menjawab.  Saul menjadi sangat panik, apalagi Samuel sudah meninggal dunia sehingga tidak ada petunjuk dari Tuhan untuk menghadapi orang Filistin tersebut.  Di tengah kekalutannya Saul mengambil jalan pintas dengan bertanya kepada dukun agar dipanggilkan arwah.  Saul tidak sabar menantikan Tuhan bertindak.  Jelas bahwa apa yang dilakukan Saul ini merupakan kekejian bagi Tuhan!  Akibatnya, perlahan tapi pasti, hidup Saul semakin merosot dan menjadi hancur.

     Bukankah banyak orang Kristen yang juga tidak sabar menantikan jawaban dari Tuhan dan mengambil jalan pintas mencari pertolongan kepada manusia (dukun atau paranormal)?  Bila Saudara tidak ingin mengalami nasib tragis seperti Saul, mari segera bertobat!

Jangan sampai Tuhan murka, lalu Dia meninggalkan kita untuk selama-lamanya.