Sunday, January 2, 2011

UPAH KETAATAN: Penyertaan dan Pembelaan Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Januari 2011 -

Baca:  2 Raja-Raja 18:1-8

"Maka Tuhan menyertai dia (Hizkia-Red.) ke mana pun juga ia pergi berperang, ia beruntung.  Ia memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk kepadanya."   2 Raja-Raja 18:7

Hizkia adalah raja Yehuda.  "Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem."  (ayat 2a).  Meski terhitung masih muda Hizkia memiliki hati yang takut akan Tuhan.  Artinya taat melakukan kehendak Tuhan, hidup benar seperti bapa leluhurnya (Daud).  Ketaatan dan kesungguhan hati Hizkia kepada Tuhan terlihat jelas.  Ia "...menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Neustan."  (ayat 4).  Sebagaimana  "...setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal,"  (Ibrani 2:2b), maka ketaatan dan kesungguhan seseorang kepada Tuhan pasti juga mendapatkan upah atau balasan.

     Karena ketaatannya Hizkia senantiasa disertai Tuhan ke mana pun ia pergi.  Meski begitu bukan berarti perjalanan hidupNya bebas dari masalah atau pencobaan.  Dalam masa pemerintahannya Hizkia harus menghadapi ujian berat.  Suatu ketika  "...datanglah Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda.  Ia mengepung kota-kota berkubu, dan berniat merebutnya."  (2 Tawarikh 32:1).  Mengapa Tuhan mengijinkan hal ini terjadi?  Ingat!  Selalu ada rencanaNya yang indah di balik setiap peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan orang percaya, seperti tertulis:  "...Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,"  (Roma 8:28a).

     Melalui peristiwa itu Hizkia dan seluruh rakyat Yehuda memiliki pengalaman rohani bersama Tuhan.  Ketika mereka  "...berpaut kepada Tuhan, dan tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan ia berpegang pada perintah-perintah Tuhan yang telah diperintahkan-Nya kepada Musa."  (2 Raja-Raja 18:6), apa saja yang mereka perbuat dijadikanNya berhasil dan beruntung.  Inilah kunci kemenangan Hizkia!  Hari-hari ke depan di tahun 2011 tidak semakin mudah, tantangan dan ujian akan semakin berat.  Namun tidak ada alasan bagi kita menjadi lemah, apalagi putus asa.

Sebagai anak-anakNya kita akan dijaga dan dipelihara Tuhan seperti biji mataNya sendiri, asal kita mengerjakan bagian kita yaitu hidup taat seperti Hizkia!

Saturday, January 1, 2011

2011. Kunci Mengalami dan Menikmati Janji Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Januari 2011 -

Baca:  Yakobus 5:7-11

"Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi."   Yakobus 5:7b

Puji Tuhan!  Hari ini kita masih diberi kesempatan oleh Tuhan menikmati cerahnya mentari pagi.  Ya...langkah kaki kita telah menapaki hari pertama di tahun yang baru, 2011.  Selamat tinggal tahun 2010, kita sambut tahun baru 2011!  Hingar-bingar pesta kembang api telah usai.  Lembaran tahun 2010 telah kita tutup dan hari ini kita mulai membuka lembaran baru tahun 2011.  Adalah percuma meratapi kegagalan-kegagalan kemarin.  Kini saatnya kita mengarahkan pandangan ke depan dan menata langkah baru seperti yang dilakukan Paulus.  "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah,"  (Filipi 3:13b, 14a).  Mari jadikan tahun 2011 sebagai tahun di mana kita akan mengalami dan menikmati janji Tuhan dalam kehidupan kita.

     Ada hal-hal yang harus kita perhatikan untuk meraih janjinya itu:  Pertama, kita harus punya kesabaran.  Dikatakan,  "Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!"  (Yakobus 5:8).  Sabar berarti tidak lagi mengomel atau bersungut-sungut, apa pun keadaannya.  Kita bisa belajar dari petani,  "...ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi."  Para petani harus sabar menunggu hingga musim panen tiba.  Dalam masa penantian itu bukan berarti petani diam dan berpangku tangan saja.  Sebaliknya mereka tetap bekerja, bahkan lebih keras lagi:  mengairi tanaman, memberi pupuk membersihkan gulma dan juga memberantas hama.  Panas terik, hujan lebat, petir atau halilintar tidak menyurutkan semangatnya!  Ini berbicara tentang keteguhan hati.  Teguh berarti setia, artinya tidak goyah dan tetap fokus pada janji Tuhan, karena pada saatnya kita akan menuai.

     Kedua, kita harus bertekun seperti  "...mereka yang telah bertekun;"  (Yakobus 5:11).  Perhatikan hidup Ayub, meski mengalami ujian dan penderitaan yang hebat dan berat, hatinya tetap berpaut kepada Tuhan karena dia tahu bahwa ujian terhadap iman  "...menghasilkan ketekunan."  (Yakobus 1:3).  Karena ketekunannya hidup Ayub dipulihkan secara luar biasa (baca Ayub 42:10).

Mari kita jalani hari-hari di tahun 2011 ini dengan sabar dan tekun, yakinlah Dia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya.