Thursday, December 30, 2010

HARGA ITU ADALAH KOMITMEN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Desember 2010 -

Baca: Lukas 9:22-27

"Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya;  tetapi barngsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya."  Lukas 9:24

Rasul Paulus menulis:  "Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah;  yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.  Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia."  (2 Timotius 2:20-21).  Segala sesuatu yang memiliki nilai guna tinggi pasti berharga sangat mahal;  sesuatu yang berkualitas juga pasti sangat mahal harganya.  Sebaliknya, sesuatu yang murah kualitasnya pasti sangat diragukan.  Apa pun itu, baik perabot rumah tangga, perhiasaan atau aksesoris, atau pun suatu jabatan (profesi) dan lain-lain.

     Begitu juga dalam pengiringan kita kepada Tuhan, ada harga yang harus kita bayar.  Memang kita telah menerima keselamatan dari Tuhan secara gratis, tanpa bayar.  Tetapi untuk mengikuti Dia dan melayaniNya kita harus mau membayar segala sesuatunya.  Tuhan Yesus berkata,  "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku."  (Lukas 9:23).  Harga itu adalah penyangkalan diri.  Penyangkalan diri berarti rela mengesampingkan segala sesuatu yang merebut hati kita dari Tuhan;  mau mengutamakan Tuhan lebih dari segalanya.  Bila selama ini kita masih berkompromi dengan dosa, lebih mengasihi dunia ini, berarti kita belum mampu membayar harga itu.  Harga dari keselamatan adalah kerelaan untuk menempatkan Yesus sebagai yang terutama dalam hidup kita.

     Menjadi orang Kristen harganya adalah komitmen.  Mengesampingkan kepentingan diri sendiri dan lebih mengutamakan Tuhan adalah bukti suatu komitmen.  Inilah yang disebut pikul salib.  Banyak orang ingin menjadi serupa dengan Kristus tapi hanya dalam hal melakukan mujizat, supaya namanya dikenal banyak orang.

Menjadi seperti Yesus berarti mau hidup seperti Yesus hidup:  taat kepada kehendak Bapa sepenuhnya, senantiasa tekun berdoa dan rela menderita bagi Injil Kristus!

Wednesday, December 29, 2010

IMAN: Sudah Menerima Jawaban Doa

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Desember 2010 -

Baca: Markus 11:20-26

"apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu."  Markus 11:24

Di dalam Ibrani 11:1 dikatakan,  "Iman adalah dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  Diperjelas pula bahwa  "...tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah."  (Ibrani 11:6a).

     Dengan demikian, sebagai orang percaya kita harus hidup dalam iman, karena tanpa iman kita tidak berkenan kepada Tuhan.  Oleh sebab itu saat kita berdoa memohon sesuatu kepada Tuhan, kita harus melakukannya dengan sungguh.  Kita pun harus percaya bahwa Tuhan telah mendengar dan menjawab doa kita meski, secara kasat mata, jawaban itu belum kita terima, tapi kita harus mengimaninya.  Doa dengan iman memang tidak mudah merupakan suatu tantangan, karena yang kita harapkan dan kenyataan yang kita hadapi terkadang sangat bertolak belakang.  Seringkali kita gagal dalam hal ini.  Kita gagal menerima jawaban doa atau janji Tuhan karena iman kita goyah dan ketekunan kita berhenti di tengah jalan setelah melihat situasi yang tidak menunjang, atau menanti terlalu lama dan kita kurang sabar menunggu waktu Tuhan.

     Di sisi lain kita juga banyak mendengar saudara-saudara kita mengalami pertolongan Tuhan yang ajaib dan heran.  Mereka beroleh jawaban karena mereka tekun dan berdoa dengan penuh iman.  Tertulis demikian:  "Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"  (Markus 9:23b).  Bila kita perhatikan setiap kali hendak menyembuhkan orang sakit atau melakukan sesuatu kepada orang lain, Yesus terlebih dahulu melihat iman dalam diri orang tersebut, contoh:  menyembuhkan hamba seorang perwira Kapernaum (Matius 8:10), orang yang lumpuh (Matius 9:2b), orang buta dicelikkan (Matius 9:29), perempuan yang sakit pendarahan selama 12 tahun (Markus 5:34) dan sebagainya.  Begitu juga dengan Abraham, imannya tidak goyah meski harus menunggu lama sampai akhirnya janji Tuhan itu benar-benar digenapi dalam hidupnya.  Itulah sebabnya Abraham disebut sebagai bapa segala orang yang beriman.

     Bila saat ini kita sedang memiliki pergumulan doa yang belum dijawab, jangan putus asa!  Bangkitkan iman Saudara dengan membaca dan merenungkan firman Tuhan, karena iman timbul dari pendengaran akan firmanNya (baca Roma 10:17).

Percayalah dengan iman bahwa janjiNya pasti digenapi!