Sunday, December 19, 2010

HARUS BERDOA: Hal Rumah Doa

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Desember 2010 -

Baca:  Matius 21:12-17
 
"Ada tertulis:  Rumahku akan disebut rumah doa.  Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."  Matius 21:13

Suatu ketika Yesus masuk ke Bait Allah di Yerusalem.  Betapa terkejutnya Dia saat melihat bahwa Bait itu telah disalahfungsikan.  Bait Allah adalah tempat di mana hadiratNya hadir, tempat di mana orang-orang bersekutu untuk memuji dan juga mendengarkan firmanNya;  tetapi telah disalahfungsikan untuk berdagang atau berjual beli.

     Melihat penyalahgunaan BaitNya Yesus sangat marah, sehingga  "Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati"  (ayat 12b) dan mengusir mereka semua.  Dengan keras Yesus menegur mereka dengan berkata,  "Rumahku akan disebut romah doa.  Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."  Namun ternyata teguran Tuhan Yesus itu justru membuat para imam kepala dan ahli-ahli Taurat menjadi tersinggung sehingga mereka berusaha mencari jalan untuk membinasakan Yesus (baca Markus 11:18).  Seharusnya mereka bersyukur menerima teguran Yesus ini, tapi reaksi mereka malah sebaliknya:  marah dan membenci Dia.  Hal ini menunjukkan bahwa mereka (para imam kepala dan ahli Taurat) tidak sungguh-sungguh melakukan firman Tuhan.  Mereka adalah orang-orang yang munafik, mengerti kebenaran tapi tidak melakukannya.  Bait Tuhan sudah selayaknya menjadi rumah doa, bukan dijadikan sarang penyamun atau untuk perkara-perkara dosa.  FirmanNya menegaskan bahwa  "...bait Allah adalah kudus dan baik Allah itu ialah kamu."  (1 Korintus 3:17b).  Jadi tubuh kita ini adalah baitNya yang kudus.  Tuhan menghendaki agar tubuh kita selalu dalam keadaan kudus dan menjadi rumah doa!

     Sudahkah kita menggunakan tubuh kita sebagai rumah doa?  Seringkali kita merasa tidak punya waktu untuk berdoa.  Kita merasa letih atau capai, dan terlalu sibuk.  Kalau pun berdoa kita melakukannya dengan terburu-buru, bila perlu saja dan ala kadarnya untuk formalitas.  Doa memang mudah untuk diucapkan, tetapi tidak semua orang sanggup melakukannya dengan setia dan tekun sehingga seolah kita tidak ada waktu untuk berdoa.  Melalui renungan hari ini kita diingatkan:  marilah menghargai tubuh kita karena tubuh kita adalah rumah doa.

Jangan membawa tubuh kita kepada hal-hal yang najis atau dosa, karena barangsiapa membinasakan bait Tuhan, Tuhan akan membinasakan dia (baca 1 Korintus 3:16-17).

Saturday, December 18, 2010

MUSUH HARUS KITA KASIHI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Desember 2010 -

Baca: Matius 5:38-48
 
"Tetapi Aku berkata kepadamu:  Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menaganiaya kamu."  Matius 5:44

Dunia mengajar kita untuk membalas setiap perbuatan jahat yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita.  Siapa pun yang menyakiti dan melukai kita harus dibalas dengan setimpal.  Kalau bisa, pembalasan itu lebih kejam dari pada perbuatan.  Mereka kita anggap sebagai musuh!  Tetapi sebagai orang percaya kita diajar untuk mengasihi musuh kita.  Tuhan mengajar kita untuk berbuat baik dan mendoakan orang-orang yang menganiaya dan membenci kita.  Dikatakan,  "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.  Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu."  (ayat 39-40).

     Tentang hal mengasihi musuh ini kita bisa belajar dari Daud.  Mari kita perhatikan bagaimana reaksi Daud saat mendapat kabar bahwa Saul dan Yonatan telah mati terbunuh di medan perang.  "...Daud memegang pakaiannya dan mengoyakkannya;  dan semua orang yang bersama-sama dengan dia berbuat demikian juga."  (2 Samuel 1:11).  Daud pun mengungkapkan demikian,  "Saul dan Yonatan, orang-orang yang dicintai dan yang ramah, dalam hidup dan matinya tidak terpisah.  Mereka lebih cepat dari burung rajawali, mereka lebih kuat dari singa."  (2 Samuel 1:23).  Luar biasa!  Daud menyebut Saul sebagai orang yang banyak dicintai (termasuk oleh Daud) dan ramah, padahal Saul adalah seorang yang sangat membenci Daud.  Hidup Daud menjadi tidak tenang dan menderita karena terus dikejar-kejar oleh Saul yang menginginkan kematiannya.  Tetapi Daud tidak pernah membalas perbuatan jahat yang dilakukan Saul terhadapnya;  ia tetap mengasihi Saul.  Bahkan kematian Saul dan Yonatan benar-benar telah meninggalkan duka yang mendalam bagi Daud.

     Seringkali kita menganggap teman sekantor yang suka memfitnah, rekan sepelayanan yang suka menyaingi kita, tetangga yang menjengkelkan atau orang lain yang berbeda status dan juga ras, sebagai musuh kita.  Bila menjadi pengikut Kristus, mengasihi musuh adalah tindakan penyangkalan diri.  Adakalanya Tuhan memakai orang-orang yang "menjengkelkan" sebagai cara untuk membentuk dan mempersiapkan kita menggenapi rencanaNya di dalam hidup kita.

Jika hal ini kita sadari, maka tindakan mengasihi musuh adalah sesuatu yang mutlak kita kerjakan!