Friday, December 17, 2010

KRITERIA CALON UTUSAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Desember 2010 -

Baca: Maleakhi 2:1-9
 
"Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan Tuhan semesta alam."  Maleakhi 2:7

Kata 'Maleakhi' berarti 'utusanKu'.  Tuhan memberi nama ini untuk Maleakhi bukan tanpa maksud dan tujuan, tetapi dari awal ada rencanaNya yang indah yaitu supaya ia menjadi hamba Tuhan yang menyampaikan kebenaran firmanNya.  Tuhan berkata,  "Lihat, Aku menyuruh utusanKu, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu!"  (Maleakhi 3:1a).

     Untuk menjadi utusan Tuhan atau orang yang dipercaya olehNya kita pun harus memenuhi kriteria yang dikehendakiNya, seperti kata Rasul Paulus,  "Demikianlah hendaknya orang memandang kami:  sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah."  (1 Korintus 4:1).  Rasul Paulus merasa sangat tersanjung karena telah dipilih dan dipercaya untuk menyatakan rahasia Allah.  Ini adalah anugerah dan kemurahan Tuhan semata.

     Ada pun kriteria untuk menjadi seorang utusan Tuhan adalah:  1.  Memiliki hati yang takut akan Tuhan.  "...ia (Lewi) takut kepadaKu dan gentar terhadap namaKu."  (Maleakhi 2:5).  Takut akan Tuhan adalah mutlak, artinya calon untuk utusan Tuhan (yaitu menjadi pelaku firman);  berpikir benar dan bertindak benar, artinya pikiran dan tindakannya berjalan seirama.  Ini berbicara tentang integritas!  Sebagai utusan Tuhan, Rasul Paulus  "...senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati yang murni di hadapan Allah dan manusia."  (Kisah 24:16).  2.  Menyatakan kebenaran.  "Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya (Lewi) dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya."  (Maleakhi 2:6a).  Calon pelayan yang benar selalu menjaga setiap perkataan atau ucapannya.  Yang ia sampaikan adalah kebenaran, tidak ada rekayasa atau kompromi sedikit pun dengan dosa.  3.  Senantiasa berjalan bersama Tuhan,  "Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia (Lewi)  mengikuti Aku..."  (Maleakhi 2:6b).  Ia senantiasa karib dengan Tuhan dan ini menghasilkan kepekaan rohani dalam dirinya, artinya mampu memahami dan merespons setiap kegerakan Roh Kudus sehingga ia menjadi seorang yang teachable (rela diajar dan dikoreksi).  4.  Membawa orang lain kembali kepada Tuhan (bertobat).  "...banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan."  (Maleakhi 2:6c).

Hidup seorang utusan Tuhan sudah seharusnya menjadi teladan atau berdampak bagi orang lain, sehingga ia mampu menuntun orang datang kepada Tuhan  (Yakobus 5:19-20).

Thursday, December 16, 2010

BENIH ILALANG DI ANTARA GANDUM

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Desember 2010 -

Baca: Matius 13:36-43
 
"Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis."  Matius 13:39a

Dalam perumpamaan tentang lalang dan gandum Tuhan Yesus menjelaskan,  "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia;  ladang ialah dunia.  Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat."  (ayat 38).  Setiap penaburan selalu bertujuan untuk melipatgandakan atau reproduksi sehingga pada saatnya akan menghasilkan tuaian sebagaimana pada awal penciptaan, ketika Allah memerintahkan Adam dan Hawa:  "Beranakcuculah dan bertambah banyak;  penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."  (Kejadian 1:28).  Ada pun maksud Allah memberkati mereka adalah supaya bumi ini dipenuhi oleh orang-orang yang serupa dan segambar dengan Allah.

     Berbicara tentang benih, siapa pun orangnya, pasti akan menaburkan benih-benih yang baik di ladangnya.  Tetapi dalam perumpamaan ini ternyata adalah lalang yang juga tumbuh di antara gandum.  Dari manakah lalang itu?  Tuhan Yesus menjelaskan bahwa ada musuh yang menabur lalang di ladang tuannya.  Yang dimaksud ladang tuan di sini adalah ladang pelayanan.  Sedangkan benih itu adalah Injil kebenaran.  Benih kebenaran telah ditaburkan oleh Tuhan Yesus, dan kemudian pekerjaan 'menabur' ini dilanjutkan oleh murid-muridNya dan juga para Rasul yang telah menerima amanat agung dari Tuhan:  "...pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu."  (Matius 28:19-20a).  Ternyata Iblis yang juga tidak mau ketinggalan, ia menaburkan benih lalang ke dalam hati Yudas Iskariot;  ini adalah benih lalang perdana dalam ladang pelayanan.

     Di akhir zaman ini para penyesat bekerja ekstra untuk menaburkan benih lalang seperti yang dikemukakan oleh Rasul Yohanes,  "Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia.  Itu adalah si penyesat dan antikristus."  (2 Yohanes 7).  Karena itu kita harus berhati-hati dan selalu waspada agar kita tidak hanyut oleh ajaran-ajaran sesat yang saat ini sedang marak.

Adalah tanggung jawab kita sebagai pekerja-pekerja Tuhan untuk menaburkan benih yang benar (Injil) supaya banyak jiwa diselamatkan, karena pada saatnya lalang itu akan dibakar!