Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Desember 2010 -
Baca: Ayub 2:1-13
"Tetapi jawab Ayub kepadanya (isterinya - Red.): 'Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." Ayub 2:10
Adalah sangat mudah mengucap syukur ketika keadaan selalu baik dan semuanya normal saja. Tetapi jika keadaan berbalik 180 derajat, ada kesesakan, penderitaan, sakit-penyakit dan sebagainya, masih bisakah kita menaikkan pujian syukur kepada Tuhan? Atau mungkin kita akan bersikap seperti isteri Ayub? Ketika Ayub mengalami masalah dan penderitaan yang bertubi-tubi, hingga semua yang dimilikinya ludes, isterinya berkata kepada Ayub, "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" (ayat 9).
Mengarungi lautan kehidupan di dunia ini tidak selalu mulus dan tenang, kadang ada riak-riak kecil, deburan ombak, hembusan angin, bahkan gelombang yang besar dan sangat ganas. Orang dunia bilang bahwa hidup ini seperti roda yang berputar, kadang di atas kadang di bawah, ada suka ada duka. Dalam hal ini Ayub berkata, "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Seringkali kita menuntut Tuhan untuk melakukan apa yang kita mau/kehendaki, sehingga ketika terjadi sesuatu dalam kehidupan kita yang tidak seperti yang kita inginkan kita langsung marah dan kecewa kepada Tuhan. Iman kita mulai goyah dan kita mulai malas berdoa, malas beribadah dan sebagainya. Kemudian kita mulai mereka-reka jalan sendiri yang menurut pemikiran kita baik, padahal belum tentu baik dan sesuai dengan kehendak Tuhan. Mari kita belajar dari Ayub, yang meski harus mengalami ujian berat masih bisa menyikapinya dengan pikiran yang positif: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21). Belajarlah menerima keadaan apa pun, karena Tuhan tahu yang terbaik bagi kita.
Bila saat ini kita sedang mengalami hal-hal buruk, berhentilah mengomel. Rasul Petrus juga menasihati, "...kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7b). Jangan sampai hal-hal buruk ini dimanfaatkan Iblis untuk merampas damai sejahtera kita. Mohon pertolongan Roh Kudus supaya kita diberi kekuatan untuk menjalaninya.
Tuhan berkata, "Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering." Yesaya 41:18b
Saturday, December 11, 2010
Friday, December 10, 2010
JANGAN KECEWA MENERIMA TEGURAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Desember 2010 -
Baca: Amsal 3:1-12
"Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihiNya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi." Amsal 3:12
Tak satu pun orangtua di dunia ini yang menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang gagal atau menderita di kemudian hari. Semuanya berharap anak-anaknya menjadi orang yang berhasil dalam studi, karir dan juga rumah tangga. Itulah sebabnya orangtua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, bahkan mereka pun rela mengorbankan apa saja demi anak. Kasih, perhatian, perlindungan dan terkadang juga teguran diberikan orangtua kepada anak.
Dalam kehidupan rohani, Tuhan pun bertindak demikian. Di satu sisi Tuhan senantiasa melimpahkan kasih, kemurahan, pemeliharaan, penyertaan dan pertolongan kepada kita; di sisi lain Dia juga akan memberikan teguran atau hajaran kepada kita bila kita melakukan pelanggaran atau dosa di hadapanNya. Tujuan teguran itu adalah agar kita menjadi jera dan tidak lagi mengulangi kesalahan sehingga kita dapat bertumbuh ke arah yang benar sesuai dengan kehendakNya. Teguran Tuhan kepada kita dapat berupa masalah atau persoalan: sakit penyakit, krisis keuangan, masalah keluarga dan sebagainya. Tuhan mengijinkan hal itu terjadi agar kita segera menyadari kesalahan dan berbalik ke jalanNya yang benar. Oleh sebab itu "...janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya." (ayat 11). Daud pernah melakukan pelanggaran besar di hadapan Tuhan, berzinah dengan Betsyeba. Kemudian Tuhan memakai Natan untuk menegur Daud. Akhirnya Daud pun menyesal dan bertobat, katanya, " 'Aku sudah berdosa kepada Tuhan.' Dan Natan berkata kepada Daud: 'Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista Tuhan, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.' " (2 Samuel 12:13-14).
Kunci utama ketika kita menerima teguran dari Tuhan adalah bertobat. Pengakuan diri kita telah melakukan dosa di hadapan Tuhan itu sangat penting dan itu adalah kunci untuk mengalami pemulihan dan berkat dari Tuhan. Jadi bila kita mendapat teguran dari Tuhan jangan menjadi kecewa atau marah, ini berarti Tuhan sangat mengasihi kita. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" (Ibrani 12:7).
Bersyukurlah bila kita ditegur Tuhan, karena hal itu mendatangkan kebaikan bagi kita.
Baca: Amsal 3:1-12
"Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihiNya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi." Amsal 3:12
Tak satu pun orangtua di dunia ini yang menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang gagal atau menderita di kemudian hari. Semuanya berharap anak-anaknya menjadi orang yang berhasil dalam studi, karir dan juga rumah tangga. Itulah sebabnya orangtua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, bahkan mereka pun rela mengorbankan apa saja demi anak. Kasih, perhatian, perlindungan dan terkadang juga teguran diberikan orangtua kepada anak.
Dalam kehidupan rohani, Tuhan pun bertindak demikian. Di satu sisi Tuhan senantiasa melimpahkan kasih, kemurahan, pemeliharaan, penyertaan dan pertolongan kepada kita; di sisi lain Dia juga akan memberikan teguran atau hajaran kepada kita bila kita melakukan pelanggaran atau dosa di hadapanNya. Tujuan teguran itu adalah agar kita menjadi jera dan tidak lagi mengulangi kesalahan sehingga kita dapat bertumbuh ke arah yang benar sesuai dengan kehendakNya. Teguran Tuhan kepada kita dapat berupa masalah atau persoalan: sakit penyakit, krisis keuangan, masalah keluarga dan sebagainya. Tuhan mengijinkan hal itu terjadi agar kita segera menyadari kesalahan dan berbalik ke jalanNya yang benar. Oleh sebab itu "...janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatanNya." (ayat 11). Daud pernah melakukan pelanggaran besar di hadapan Tuhan, berzinah dengan Betsyeba. Kemudian Tuhan memakai Natan untuk menegur Daud. Akhirnya Daud pun menyesal dan bertobat, katanya, " 'Aku sudah berdosa kepada Tuhan.' Dan Natan berkata kepada Daud: 'Tuhan telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati. Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista Tuhan, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati.' " (2 Samuel 12:13-14).
Kunci utama ketika kita menerima teguran dari Tuhan adalah bertobat. Pengakuan diri kita telah melakukan dosa di hadapan Tuhan itu sangat penting dan itu adalah kunci untuk mengalami pemulihan dan berkat dari Tuhan. Jadi bila kita mendapat teguran dari Tuhan jangan menjadi kecewa atau marah, ini berarti Tuhan sangat mengasihi kita. "Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?" (Ibrani 12:7).
Bersyukurlah bila kita ditegur Tuhan, karena hal itu mendatangkan kebaikan bagi kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)