Wednesday, December 8, 2010

SETIA DARI PERKARA YANG KECIL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Desember 2010 -

Baca: Mazmur 18:21-30
 
"Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela,"  Mazmur 18:26

Penulis sering mendengar keluhan dari banyak anak muda Kristen perihal pelayanan mereka di gereja.  Keluh mereka, "Pelayanan di gereja cuma begitu-begitu saja, tidak ada peningkatan.  Sudah capai melayani, yang hadir cuma sedikit.  Malas ah jadi singer terus."  Kemalasan seringkali melanda anak-anak Tuhan, apalagi bila disinggung tentang pelayanan.  Kita ogah-ogahan dan tidak setia terhadap tugas yang dipercayakan.  Kita inginnya melayani Tuhan dalam skala yang lebih besar, langsung di atas mimbar atau terlibat dalam pelayanan yang besar dan spektakuler sehingga banyak orang mengenal siapa kita.  Benar apa kata Alkitab bahwa tidak mudah menemukan orang yang setia sebagaimana juga dikatakan oleh Salomo, "Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya."  (Amsal 20:6).

     Harus kita ketahui bahwa setiap hal yang besar akan datang dari hal-hal yang kecil.  Ketika kita setia dalam perkara yang kecil, yang mungkin tidak berarti di mata manusia, itu sebenarnya adalah proses memperkuat kapasitas diri kita untuk dapat dipercaya mengemban tugas dan tanggungjawab yang lebih besar.  Contoh tak asing bagi kita adalah perumpamaan tentang talenta: ada 3 orang hamba yang dipercayakan harta oleh tuannya.  Yang pertama diberi 5 talenta, kedua diberi 2 talenta dan yang ketiga diberi 1 talenta sesuai dengan kesanggupan mereka masing-masing (baca Matius 25:15).  Hamba pertama dan kedua dengan setia mengembangkan talenta yang dipercayakan kepada mreka, dan beroleh laba.  Ketika tuannya datang mereka beroleh pujian: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.  Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."  (Matius 25:23).

     Tidak demikian dengan hamba yang ketiga.  Dia tidak mau mengembangkan talenta yang dipercayakan kepadanya walaupun jumlahnya kecil, sehingga ketika tuannya datang, apa yang diberikan kepada hamba itu diambil darinya.  Dan hamba yang tidak setia itu akhirnya dicampakkan "...ke dalam kegelapan yang paling gelap.  Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."  (Matius 25:30).

Apakah kita sudah cukup setia dengan apa yang saat ini Tuhan percayakan kepada kita?

Tuesday, December 7, 2010

PERCAYA PENUH PADA KASIH SETIA TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Desember 2010 -

Baca: Mazmur 13:1-6
 
"...kepada kasih setiaMu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatanMu."  Mazmur 13:6a

Berita tentang berbagai macam masalah dan kesusahan setiap hari menjadi menu utama di berbagai media massa dan televisi.  Semua hal yang buruk itu tidak hanya terjadi di negara kita tetapi melanda semua negara di dunia ini.  Dampak dari semua keadaan itu begitu luar biasa.  Orang 'kecil' kian menjerit karena krisis ekonomi, dan hampir semua orang dilanda kesusahan dan ketakutan karena bencana alam dan terorisme.  Keadaan manusia kian tertekan dan terjepit.  Lalu, bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghadapi kondisi yang tidak baik ini?

     Adalah manusiawi jika banyak orang menjadi takut dan kuatir.  Hari ini firman Tuhan menasihatkan agar kita bisa menjaga sikap hati dengan benar.  Jangan bersikap seperti orang dunia yang terus dihinggapi rasa takut dan kuatir karena Tuhan berjanji untuk menopang dan memlihara umatNya dari kesukaran yang ada.  JanjiNya adalah ya dan amin, "Janji Tuhan adalah janji yag murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah."  (Mazmur 12:7).  Mari kita mencontoh Daud.  Mazmur pasal 13 ini merupakan ungkapan isi hati Daud saat ia mengalami pergumulan yang sangat berat.  Hari-hari Daud penuh kegelisahan karena ia terus dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhya.  Bisa dibayangkan betapa tidak tenangnya perasaan Daud karena dihantui oleh bahaya kematian.  Selain itu Daud juga harus menghadapi bani Amalek, suatu bangsa yang menjadi musuh bangsa Israel.  Daud benar-benar dalam tekanan yang hebat.  Wajar bila Daud sempat putus asa dan mengeluh kepada Tuhan, "Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus?  Berapa lama lagi Kausembunyikan wajahMu terhadap aku?  Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?  Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?"  (Mazmur 13:2-3).

     Kita pun pasti pernah mengalami seperti yang dialami Daud.  Tap, apakah kita juga bisa bertindak seperti Daud yang selalu mengingat-ingat segala perbuatan baik Tuhan?  Atau, ketika masalah datang kita malah kian menjauh dari Tuhan dengan perasaan kecewa?  Meski sempat mengeluh Daud tetap yakin bahwa Tuhan sanggup melepaskan dia dan itu telah terbukti.

Oleh sebab itu  "Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak;"  Mazmur 37:5