Wednesday, December 1, 2010

BAGAIKAN RAJAWALI: Hal Didikan Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Desember 2010 -

Baca: Ulangan 32:9-13
 
"Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya,"  Ulangan 32:11a

Ayat di atas menggambarkan tentang perhatian dan kasih Tuhan kepada umat Israel yang diumpamakan seperti induk rajawali dengan anaknya.

     Mungkin banyak yang tidak mengetahui kehidupan burung rajawali.  Burung rajawali suka sekali membongkar-bongkar sarangnya dan membiarkan anak-anaknya terjun bebas.  Kisahnya demikian: bila waktunya sudah sangat tepat, induk rajawali akan melatih anak-anaknya untuk terbang.  Dibongkarnya sarangnya lapis demi lapis sampai tersisa lapisan yang kasar dan keras.  Lalu induk rajawali akan menerjunkan anaknya, memaksa mereka mengembangkan sayap dan melatih ototnya untuk terbang.  Tentu saja anak-anak rajawali itu tidak langsung bisa terbang, berkali-kali mereka akan meluncur dengan cepat ke tanah dan seolah-olah si induk membiarkan mereka untuk jatuh dan mati.  Namun sebelum menyentuh tanah, si induk segera menyambar dan membawanya naik kembali.  Inilah proses yang harus dialami anak-anak rajawali.  Lambat laun mereka menjadi terlatih dan dapat terbang bebas tanpa merasa takut lagi.

     Itulah yang juga Tuhan kerjakan dalam kehidupan anak-anakNya.  Adakalanya Ia memproses dan membentuk kita, dibongkarnya semua 'sarang' yang selama ini membuat kita merasa nyaman.  Bukan berarti Tuhan bertindak kejam terhadap kita.  Dia membongkar semua kenyamanan yang ada karena kasihNya kepada kita, bukan karena Dia tega terhadap kita.  Kenyamanan seringkali membuat seseorang menjadi malas dan terlena: malas berdoa, malas melayani Tuhan, malas beribadah dan sebagainya.  Bila kenyamanan itu dibiarkan bisa mengakibatkan kematian rohani.

     Seperti induk rajawali yang menyelamatkan anaknya sebelum terbentur ke tanah, lebih-lebih lagi Tuhan terhadap kita.  Saat tertentu Ia ijinkan kita mengalami kondisi yang tidak baik dan sangat menyesakkan yang menurut kita itu sangat tidak enak.  Acapkali kita marah, bersungut-sungut, mengeluh, menyalahkan Tuhan serta berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan kita, padahal tak sedetik pun Tuhan melepaskan pandanganNya terhadap kita.  Dia sangat tahu kapan saat yang tepat untuk menolong dan melepaskan kita.  Itu adalah bentuk didikan Tuhan dan semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita.  (Bersambung)

Tuesday, November 30, 2010

ROH KUDUS SEBAGAI ROH YANG KUDUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 November 2010 -

Baca: Roma 6:15-23
 
"Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan."  Roma 6:19b

Roh kudus selalu bersedih, berdukacita dan meratapi dosa yang kita perbuat.  Alkitab sendiri memperingatkan agar setiap orang percaya tidak mendukakan Roh kudus, "Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan."  (Efesus 4:30).  Tuhan menghendaki agar kita hidup kudus yaitu kekudusan yang meliputi seluruh aspek kehidupan kita, karena Tuhan tidak pernah berkompromi dengan dosa.  Oleh karenanya kita dituntut suatu tanggung jawab untuk menjaga kekudusan pribadi dan gereja secara utuh.  Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan dan telah berubah status -bukan lagi sebagai hamba dosa tetapi hamba kebenaran, yang kini disebut sebagai anak-anak Allah- tidak ada alasan kita untuk berbuat dosa.

     Perhatikan satu kisah dalam Perjanjian Lama yaitu tentang Akhan.  Akhan mencuri dan menyimpan barang-barang jarahan dari bangsa lain yang dikhususkan bagi Allah, dan menyembunyikan di bawah kemahnya.  Allah sangat membenci tindakan Akhan itu, lalu Ia menyuruh orang Israel untuk mengumpulkan dan membakar barang-barang yang disembunyikannya serta seluruh hartanya termasuk ternak dan keluarganya, bahkan Dia memerintahkan mereka untuk melemparinya dengan batu sampai mati.

     Tuhan tidak membenci Akhan karena ia menyimpan barang-barang yang indah dan berharga, tetapi perbuatan mencuri dan menyembunyikan barang-barang yang sebenarnya dikhususkan bagi Tuhan itulah yang Dia benci karena hal itu mencemarkan kekudusanNya (baca Yosua 7).  Mungkin Akhan punya motivasi yang baik dalam hatinya dan bermaksud hendak membagi-bagikan barang-barang itu kepada orang-orang yang membutuhkan, atau mungkin ia akan menyumbangkannya untuk pembangunan Bait Suci; tetapi apa pun alasannya, perbuatan Akhan itu merupakan kekejian di mata Tuhan.  Maka karena perbuatan Akhan seluruh keluarganya pun turut menanggung akibatnya.

Tuhan tidak pernah berkompromi dengan dosa, karena Dia adalah kudus!