Tuesday, November 23, 2010

BEGITU PENTINGKAH DOA BAGI KITA?

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 November 2010 -

Baca:  Mazmur 141:1-10

"Biarlah doaku adalah bagiMu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang."  Mazmur 141:2

Setiap kita pasti berharap agar doa-doa yang kita panjatkan selalu didengar dan dijawab Tuhan.  Kenyataannya tidak semua doa kita itu dijawab Tuhan.  Akibatnya banyak orang Kristen yang menjadi kecewa, mogok melayani, dan tidak lagi mau berdoa.  Sangat menyedihkan lagi ada juga yang akhirnya putar haluan, lari mencari pertolongan di luar kuasa Tuhan.

     Doa adalah nafas hidup orang percaya.  Ketika kita dalam masalah atau pergumulan yang berat, yang kita butuhkan adalah doa.  Baik itu doa yang kita panjatkan sendiri kepada Tuhan atau melalui dukungan doa dari saudara kita seiman lainnya.  Begitu pentingkah doa itu bagi kita?  Doa lahir karena kita menyadari akan keterbatasan dan ketidak berdayaan kita dalam mengatasi setiap permasalahan yang ada.  Karena itu kita sangat membutuhkan pertolongan dari Tuhan melalui doa kita.  Dalam Yakobus 5:16b dikatakan:  "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya."  Jadi, di dalam doa terkandung mujizat yang luar biasa bagi orang percaya.  Karena itu jangan malas untuk berdoa!  Sesibuk apa pun, berdisiplinlah menyediakan waktu untuk berdoa.  Keberhasilan kita dalam rumah tangga, pekerjaan dan juga pelayanan sangat ditentukan oleh ketekunan kita dalam doa.  Pelayanan pekerjaan Tuhan (penginjilan) di atas muka bumi ini tidak akan berhasil jika tidak didahului oleh para pendoa syafaat yang siang malam mengetuk pintu hati Tuhan melalui doa-doa mereka.  Ketahuilah bahwa Tuhan Yesus sendiri tidak pernah lalai untuk berdoa dan membangun kekariban dengan Bapa di sorga.  Itulah kunci keberhasilan pelayanan Yesus saat Ia berada di bumi.  Mengapa Yesus perlu berdoa keapda BapaNya?  Karena Yesus hendak memberikan teladan kepada kita bahwa dalam wujudNya sebagai manusia Dia bergantung sepenuhnya kepada kuasa dari Bapa, bukan mengandalkan kekuatanNya sendiri.

     Seberapa sering kita berdoa?  Atau malah kita berkata, "Mana sempat, keburu telat!".  Untuk kegiatan lain saja kita sempat-sempatkan, apakah untuk berdoa saja kita tidak punya waktu?

"Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat!"  Yesaya 55:6

Monday, November 22, 2010

KASIH SEJATI: Dasar Ketaatan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 November 2010 -

Baca:  Roma 5:1-11

"Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa."   Roma 5:8

Karena terlalu beratnya penderitaan yang harus Ia tanggung, sampai-sampai Yesus berdoa sebanyak tiga kali dengan kata-kata yang sama yaitu, "Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."  (Matius 26:39).  Oleh karena ketaatanNya, Yesus menyerahkan bebanNya sepenuhnya ke dalam tangan Bapa.  Dan karena ketaatanNya, Yesus beroleh peninggian dari Bapa: dikaruniai nama di atas segala nama dan diberikan padaNya kuasa, baik di bumi maupun di sorga.  Taat berarti kita memegang erat firman itu, menaruhnya dalam hati dan menjadikannya bagian dalam hidup kita.  Dengan kata lain kita menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.  Allah menyatakan, "...hendaklah kamu mejadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri."  (Yakobus 1:22).

     Mengapa kita harus taat?  Ketaatan sejati dimulai dari kasih Tuhan kepada kita;  Tuhan tidak menuntut kita taat terlebih dahulu, namun Dialah yang mengasihi kita lebih dulu dan rela mati untuk kita ketika kita masih berdosa (ayat nas).  Suatu anugerah yang luar biasa!  Inilah yang harus menjadi dasar ketaatan kita kepada Tuhan.  Kita taat kepada Tuhan bukan karena terpaksa, tapi karena kita menyadari betapa Dia sangat mengasihi kita, bahkan rela mengorbankan nyawaNya untuk kita.  Dunia juga mempraktekkan ketaatan, tetapi ketaatan yang di dalamnya ada unsur keterpaksaan, orang taat karena beroleh imbalan atau upah.  Tetapi sebagai orang percaya kita harus taat kepada Tuhan apa pun kondisinya.  Jangan sampai hanya karena masalah, sakit, penderitaan atau kesesakan yang terjadi, kita berubah sikap tidak lagi taat kepadaNya.

     Selalu ada upah untuk setiap ketaatan kita kepada Tuhan, "...supaya sukacitaKu ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh."  (Yohanes 15:11).   Ketika kita taat kepada Tuhan kita akan tinggal dalam kasihNya yang sejati, berarti ada jaminan pemeliharaan, dan janji penyertaanNya dinyatakan sempurna atas kita hari lepas hari! 

Bila kita sadar betapa besar kasih Tuhan kepada kita, maka diri kita akan dipenuhi kasih yang sejati dan itu akan membuat kita hidup dalam ketaatan.