Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 November 2010 -
Baca: Roma 5:1-11
"Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." Roma 5:8
Karena terlalu beratnya penderitaan yang harus Ia tanggung, sampai-sampai Yesus berdoa sebanyak tiga kali dengan kata-kata yang sama yaitu, "Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39). Oleh karena ketaatanNya, Yesus menyerahkan bebanNya sepenuhnya ke dalam tangan Bapa. Dan karena ketaatanNya, Yesus beroleh peninggian dari Bapa: dikaruniai nama di atas segala nama dan diberikan padaNya kuasa, baik di bumi maupun di sorga. Taat berarti kita memegang erat firman itu, menaruhnya dalam hati dan menjadikannya bagian dalam hidup kita. Dengan kata lain kita menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Allah menyatakan, "...hendaklah kamu mejadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:22).
Mengapa kita harus taat? Ketaatan sejati dimulai dari kasih Tuhan kepada kita; Tuhan tidak menuntut kita taat terlebih dahulu, namun Dialah yang mengasihi kita lebih dulu dan rela mati untuk kita ketika kita masih berdosa (ayat nas). Suatu anugerah yang luar biasa! Inilah yang harus menjadi dasar ketaatan kita kepada Tuhan. Kita taat kepada Tuhan bukan karena terpaksa, tapi karena kita menyadari betapa Dia sangat mengasihi kita, bahkan rela mengorbankan nyawaNya untuk kita. Dunia juga mempraktekkan ketaatan, tetapi ketaatan yang di dalamnya ada unsur keterpaksaan, orang taat karena beroleh imbalan atau upah. Tetapi sebagai orang percaya kita harus taat kepada Tuhan apa pun kondisinya. Jangan sampai hanya karena masalah, sakit, penderitaan atau kesesakan yang terjadi, kita berubah sikap tidak lagi taat kepadaNya.
Selalu ada upah untuk setiap ketaatan kita kepada Tuhan, "...supaya sukacitaKu ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh." (Yohanes 15:11). Ketika kita taat kepada Tuhan kita akan tinggal dalam kasihNya yang sejati, berarti ada jaminan pemeliharaan, dan janji penyertaanNya dinyatakan sempurna atas kita hari lepas hari!
Bila kita sadar betapa besar kasih Tuhan kepada kita, maka diri kita akan dipenuhi kasih yang sejati dan itu akan membuat kita hidup dalam ketaatan.
Monday, November 22, 2010
Sunday, November 21, 2010
KASIH SEJATI: Dasar Ketaatan (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 November 2010 -
Baca: Yohanes 15:9-11
"Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya." Yohanes 15:10
Dari pembacaan firman Tuhan hari ini ada tiga unsur penting yang terkandung di dalamnya yaitu kasih, ketaatan dan sukacita. Berbicara tentang kasih erat hubungannya dengan kekristenan. Ayat 9 berbicara tentang kasih Allah kepada AnakNya yang tunggal yaitu Yesus Kristus, kasih Yesus Kristus kepada Bapa dan juga kasih Yesus Kristus kepada umatNya.
Kasih yang bagaimana? Dunia mengenal kasih tapi bukan kasih yang sejati, melainkan kasih yang bersyarat. Banyak orang berkata, "Aku mengasihi kamu karena kamu mengasihi aku. Aku akan berbuat baik kepadamu karena selama ini kamu berbuat baik padaku." dan sebagainya. Prinsip dunia: mengasihi setelah memperoleh imbalan; memberi setelah menerima. Itulah praktek kasih menurut pola dunia. Jadi, di manakah kita dapat menemukan kasih yang sejati itu? Kasih sejati timbul atau berasal dari sumber kasih itu sendiri yaitu Allah. Kasih sejati yang dimaksud bukan sekedar luapan emosi, tapi merupakan suatu pribadi. Jadi kasih itu bukanlah sekedar sifat atau bentuk emosi tertentu dari Allah, tetapi kasih adalah eksistensi Allah itu sendiri yang dinyatakan secara total melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib, mati untuk menebus dosa kita. Ada tertulis: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16).
Bagaimana suypaya kita dapat mengalami atau hidup di dalam kasih Tuhan? Dikatakan demikian: "Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya." (Yohanes 15:10). Untuk dapat hidup di dalam kasih Tuhan kita harus menuruti perintah Tuhan dan taat kepada kehendakNya. Kasih itu berkaitan dengan ketaatan. Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan kepada kita dalam hal ketaatan. Sejauh mana ketaatan Tuhan Yesus terhadap Bapa? Ketaatan Tuhan Yesus terhadap Bapa adalah sampai kematianNya di atas kayu salib (baca Filipi 2:5-11). Secara manusia Yesus tidak sanggup menghadapi pergumulan yang sedang Ia jalani yaitu harus mengalami penderitaan yang berat, bahkan sampai mati di atas kayu salib demi menanggung dosa kita. (Bersambung)
Baca: Yohanes 15:9-11
"Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya." Yohanes 15:10
Dari pembacaan firman Tuhan hari ini ada tiga unsur penting yang terkandung di dalamnya yaitu kasih, ketaatan dan sukacita. Berbicara tentang kasih erat hubungannya dengan kekristenan. Ayat 9 berbicara tentang kasih Allah kepada AnakNya yang tunggal yaitu Yesus Kristus, kasih Yesus Kristus kepada Bapa dan juga kasih Yesus Kristus kepada umatNya.
Kasih yang bagaimana? Dunia mengenal kasih tapi bukan kasih yang sejati, melainkan kasih yang bersyarat. Banyak orang berkata, "Aku mengasihi kamu karena kamu mengasihi aku. Aku akan berbuat baik kepadamu karena selama ini kamu berbuat baik padaku." dan sebagainya. Prinsip dunia: mengasihi setelah memperoleh imbalan; memberi setelah menerima. Itulah praktek kasih menurut pola dunia. Jadi, di manakah kita dapat menemukan kasih yang sejati itu? Kasih sejati timbul atau berasal dari sumber kasih itu sendiri yaitu Allah. Kasih sejati yang dimaksud bukan sekedar luapan emosi, tapi merupakan suatu pribadi. Jadi kasih itu bukanlah sekedar sifat atau bentuk emosi tertentu dari Allah, tetapi kasih adalah eksistensi Allah itu sendiri yang dinyatakan secara total melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib, mati untuk menebus dosa kita. Ada tertulis: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16).
Bagaimana suypaya kita dapat mengalami atau hidup di dalam kasih Tuhan? Dikatakan demikian: "Jikalau kamu menuruti perintahKu, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah BapaKu dan tinggal di dalam kasihNya." (Yohanes 15:10). Untuk dapat hidup di dalam kasih Tuhan kita harus menuruti perintah Tuhan dan taat kepada kehendakNya. Kasih itu berkaitan dengan ketaatan. Tuhan Yesus sendiri telah memberikan teladan kepada kita dalam hal ketaatan. Sejauh mana ketaatan Tuhan Yesus terhadap Bapa? Ketaatan Tuhan Yesus terhadap Bapa adalah sampai kematianNya di atas kayu salib (baca Filipi 2:5-11). Secara manusia Yesus tidak sanggup menghadapi pergumulan yang sedang Ia jalani yaitu harus mengalami penderitaan yang berat, bahkan sampai mati di atas kayu salib demi menanggung dosa kita. (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)