Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 November 2010 -
Baca: Yeremia 17:5-8
"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan." Yeremia 17:5
Untuk menjadi orang yang sukses atau berhasil di segala bidang kehidupan dibutuhkan kerja keras atau usaha yang tidak mudah. Kita harus tekun dan tidak mudah putus asa. Namun banyak orang yang tidak menyadari akan hal ini sehingga mereka berusaha mencari jalan yang mudah atau instan untuk meraih suatu kesuksesan atau keberhasilan.
Alkitab menegaskan bahwa kesuksesan atau keberhasilan yang diraih secara instan atau gampang pada akhirnya tidak akan mendatangkan berkat bagi seseorang, seperti dikatakan Salomo, "Milik yang diperoleh dengan cepat pada mulanya, akhirnya tidak diberkati." (Amsal 20:21). Orang yang mencari pertolongan kepada manusia, dukun, orang pintar dan sebaginya adalah orang yang ingin mendapatkan berkat secara cepat dan instan. Ini tidak dibenarkan firman Tuhan. Mengandalkan manusia dan menaruh pengharapan kepadanya adalah perbuatan yang terkutuk (baca ayat nas). Itu berarti kita tidak mempercayai kuasa Tuhan yang tak terbatas itu, artinya kita sedang merendahkan atau melecehkan kuasa Tuhan. Tuhan menghendaki agar kita mengandalkan Dia dalam segala hal. Ditegaskan, "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!" (Yeremia 17:7). Sudah seharusnya kita menaruh pengharapan sepenuhnya kepada Tuhan karena hanya Dia yang Mahakuasa!
Janganlah sekali-kali menggantungkan harapan kepada manusia, karena Tuhan telah memperlengkapi kita masing-masing dengan akal budi dan juga keahlian (bakat). Potensi yang ada dalam diri harus kita maksimalkan. Oleh karena itu kita harus mau bekerja dan berusaha. Tidak ada istilah berpaku tangan atau menanti uluran tangan orang lain. Dengan bekerjalah manusia menemukan dirinya sebagai manusia yang segambar dengan Allah karena Allah juga bekerja, seperti dikatakan oleh Tuhan Yesus, "BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Bahkan dengan kerja Rasul Paulus menentang orang yang tidak mau bekerja, yang hidupnya menggantungkan harapan kepada orang lain, "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." (2 Tesalonika 3:10b). Jangan sia-siakan potensi yang Tuhan beri dan andalkan Dia senantiasa.
"Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap?" Yesaya 2:22
Friday, November 19, 2010
Thursday, November 18, 2010
KESATUAN HATI MENDATANGKAN KUASA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 November 2010 -
Baca: Mazmur 133:1-3
"Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun." Mazmur 133:1
Kita patut berbangga menjadi bagian dari bangsa yang besar yaitu bangsa Indonesia, yang sangat menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa. Perihal persatuan dan kesatuan ini pun tercantum dalam sila ke-3 Pancasila, dasar negara kita. Ada pepatah Jawa yang mengatakan, "Cara agawe bubrah, rukun agawe santosa". Ungkapan ini menggambarkan betapa pentingnya persatuan atau kesatuan hati itu. Alkitab juga menegaskan ada keuntungan atau berkat jika ada kesatuan hati.
Mengapa kesatuan hati itu sangat penting dan bagaimana cara untuk mewujudkannya? Kesatuan hati memiliki nilai istimewa di penilaian Tuhan. Bagi Tuhan, kesatuan hati itu sesuatu yang baik dan sangat indah. Daud melukiskannya demikian: "Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion." (ayat 2-3a). Jadi, kesatuan hati adalah sesuatu yang dapat mengerakkan hati Tuhan untuk memberikan apa yang kita minta. Dikatakan, "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di sorga." (Matius 18:19). Terlebih lagi jika kesatuan hati terjalin di antara anak-anak Tuhan atau sesama anggota tubuh Kristus, pasti akan mendatangkan kuasa yang dahsyat! Sebaliknya, pertikaian dan perselisihan di antara anak Tuhan hanya akan membuat Iblis bersorak-sorai, karena pekerjaan Iblis hanyalah untuk memecah-belah sehingga berkat Tuhan pun terhambat turun.
Bagaimana caranya supaya kita dapat bersatu? Kesatuan hati akan terwujud bila kita tidak melihat perbedaan yang ada. Setiap orang pasti memiliki perbedaan-perbedaan, baik dari segi fisik, sifat, hobi atau minat, pola pikir dan sebagainya. Namun perbedaan itu tidak boleh membuat kita merasa tidak memerlukan orang lain. Kita juga harus dapat melihat kesamaan-kesamaan yang ada. Di dalam Kristus kita adalah satu; satu baptisan, satu Allah dan Bapa (baca Efesus 4:5). Mari kita bangun kesatuan hati di antara orang-orang percaya dan jangan mau diperalat Iblis!
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah," Efesus 2:19.
Baca: Mazmur 133:1-3
"Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun." Mazmur 133:1
Kita patut berbangga menjadi bagian dari bangsa yang besar yaitu bangsa Indonesia, yang sangat menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa. Perihal persatuan dan kesatuan ini pun tercantum dalam sila ke-3 Pancasila, dasar negara kita. Ada pepatah Jawa yang mengatakan, "Cara agawe bubrah, rukun agawe santosa". Ungkapan ini menggambarkan betapa pentingnya persatuan atau kesatuan hati itu. Alkitab juga menegaskan ada keuntungan atau berkat jika ada kesatuan hati.
Mengapa kesatuan hati itu sangat penting dan bagaimana cara untuk mewujudkannya? Kesatuan hati memiliki nilai istimewa di penilaian Tuhan. Bagi Tuhan, kesatuan hati itu sesuatu yang baik dan sangat indah. Daud melukiskannya demikian: "Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion." (ayat 2-3a). Jadi, kesatuan hati adalah sesuatu yang dapat mengerakkan hati Tuhan untuk memberikan apa yang kita minta. Dikatakan, "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh BapaKu yang di sorga." (Matius 18:19). Terlebih lagi jika kesatuan hati terjalin di antara anak-anak Tuhan atau sesama anggota tubuh Kristus, pasti akan mendatangkan kuasa yang dahsyat! Sebaliknya, pertikaian dan perselisihan di antara anak Tuhan hanya akan membuat Iblis bersorak-sorai, karena pekerjaan Iblis hanyalah untuk memecah-belah sehingga berkat Tuhan pun terhambat turun.
Bagaimana caranya supaya kita dapat bersatu? Kesatuan hati akan terwujud bila kita tidak melihat perbedaan yang ada. Setiap orang pasti memiliki perbedaan-perbedaan, baik dari segi fisik, sifat, hobi atau minat, pola pikir dan sebagainya. Namun perbedaan itu tidak boleh membuat kita merasa tidak memerlukan orang lain. Kita juga harus dapat melihat kesamaan-kesamaan yang ada. Di dalam Kristus kita adalah satu; satu baptisan, satu Allah dan Bapa (baca Efesus 4:5). Mari kita bangun kesatuan hati di antara orang-orang percaya dan jangan mau diperalat Iblis!
"Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah," Efesus 2:19.
Subscribe to:
Posts (Atom)