Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 November 2010 -
Baca: Ibrani 12:25-29
"...karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepadaNya, dengan hormat dan takut," Ibrani12:28
Keadaan dunia saat ini sungguh tidak bertambah baik. Banyak sekali kejadian-kejadian yag mengejutkan, entah itu bencana, krisis atau fenomena alam yang menyimpan misteri. Goncangan terjadi di segala bidang kehidupan. Akibatnya banyak orang tergoncang karena keadaan yang tidak baik ini. Ketakutan, kekuatiran atau rasa putus asa menyerang pikiran semua orang. Hal ini tidak hanya dialami oleh orang-orang di luar Tuhan saja, tapi orang percaya (orang Kristen) pun tidak luput dari goncangan yang ada.
Sebagai anak-anak Tuhan janganlah kita terkejut bila mendengar berita atau melihat kejadian-kejadian yang menggoncangkan ini. Hal ini bukanlah berita baru sebab Alkitab sudah menyatakannya. Kita sebagai anak-anaknya tidak seharusnya menjadi takut dan putus asa, sebab ada jaminan pemeliharaan Tuhan bagi kita. Di dalam Yesus Kristus kita akan menerima kerjaaan yang tidak tergoncangkan. Untuk dapat tinggal di dalam area kerajaanNya yang tidak tergoncangkan ini kita harus mengarahkan pandangan kita hanya kepada Yesus. Jadi, "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, ...Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa." (ayat 2-3). Mengapa orang Kristen mudah stres dan tergoncang ketika ada masalah? Karena fokus kita hanya tertumpu pada masalah dan situasi yang ada, bukan mengarahkan pandangan kepada Tuhan yang dahsyat.
Mari kita belajar mengaktifkan 'mata iman' supaya kita dapat melihat pekerjaanNya yang ajaib di tengah goncangan. Bila kita berjalan dengan 'mata iman', kita akan menyadari bahwa ada Roh Tuhan di dalam kita seperti tertulis: "...Alah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7). dan RohNya itu "...lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia." (1 Yohanes 4:4).
Dunia boleh saja bergoncang hebat. Asal kita tetap melekat kepada Tuhan dan mengandalkanNya dalam segala hal, maka kita berada di dalam kerajaanNya yang tidak tergoncangkan.
Tuesday, November 16, 2010
Monday, November 15, 2010
PERSEMBAHAN ASAL-ASALAN: Dibenci Tuhan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 November 2010 -
Baca: Maleakhi 1:6-14
"Kamu membawa roti cemar ke atas mezbahKu, tetapi berkata: 'Dengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?' Dengan cara menyangka: 'Meja Tuhan boleh dihinakan!' " Maleakhi 1:7
Bagaimanakah cara kita memberi sesuatu kepada Tuhan? Baik itu persembahan waktu, tenaga dan juga materi (uang). Ketika kolektan berkeliling dengan kantong persembahan, sudahkah kita menyiapkan persembahan terbaik? Apakah kita hanya menaruh sedikit uang ke dalam kantong tanpa banyak berpikir, dengan lembaran uang yang paling lusuh dan kotor pula? Ataukah kita hanya menulis sehelai cek untuk Tuhan pada tanggal tertentu setiap bulan dan membayar Dia seperti kita melunasi tagihan-tagihan lainya?
Cara kita memberi merupakan perhatian mendalam bagi Tuhan. Dia sangat peduli pada cara kita mempersembahkan sesuatu kepadaNya. Dia tidak akan menerima pemberian yang tidak didasari hati yang tulus, apalagi persembahan yang diberikan dengan asal-asalan. Tuhan jijik dan akan menolak persembahan semacam itu. Seperti perbuatan umat Israel. Memang mereka membawa persembahan kepada Tuhan, tapi yang mereka persembahkan bukanlah yang terbaik, tapi bisa dikatakan persembahan 'sisa-sisa'. Tertulis: "Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? Firman Tuhan semesta alam" (ayat 8). Bangsa Israel membawa persembahan kepada Tuhan berupa hewan-hewan yang sakit, cacat, timpang, anak lembu buta dan terluka yang tidak bermanfaat bagi mereka. Itu sangat menyakitkan hati Tuhan dan Dia pun berkata, "Aku tidak suka kepada kamu,...dan Aku tidak berkenan menerima persembahan dari tanganmu." (ayat 10b).
Bagaimana dengan kita? Marilah menaruh hormat kepada Tuhan! Tidak sedikit orang Kristen yang masih hitung-hitungan jika hendak memasukkan rupiah ke kantong kolekte. Rasanya kita tidak rela merogoh kocek lebih untuk Tuhan. Tapi kalau untuk makan di restoran mahal dengan teman-teman? Nah, bukankah berkat yang kita terima itu berasal dari Tuhan? Juga dalam hal waktu, Tuhan hanya kita beri sisa-sisa; waktu kita habis untuk pekerjaan dan hobi!
Dalam segala hal kita harus belajar memberi yang terbaik bagi Tuhan. Ini wujud penyembahan kita kepada Tuhan!
Baca: Maleakhi 1:6-14
"Kamu membawa roti cemar ke atas mezbahKu, tetapi berkata: 'Dengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?' Dengan cara menyangka: 'Meja Tuhan boleh dihinakan!' " Maleakhi 1:7
Bagaimanakah cara kita memberi sesuatu kepada Tuhan? Baik itu persembahan waktu, tenaga dan juga materi (uang). Ketika kolektan berkeliling dengan kantong persembahan, sudahkah kita menyiapkan persembahan terbaik? Apakah kita hanya menaruh sedikit uang ke dalam kantong tanpa banyak berpikir, dengan lembaran uang yang paling lusuh dan kotor pula? Ataukah kita hanya menulis sehelai cek untuk Tuhan pada tanggal tertentu setiap bulan dan membayar Dia seperti kita melunasi tagihan-tagihan lainya?
Cara kita memberi merupakan perhatian mendalam bagi Tuhan. Dia sangat peduli pada cara kita mempersembahkan sesuatu kepadaNya. Dia tidak akan menerima pemberian yang tidak didasari hati yang tulus, apalagi persembahan yang diberikan dengan asal-asalan. Tuhan jijik dan akan menolak persembahan semacam itu. Seperti perbuatan umat Israel. Memang mereka membawa persembahan kepada Tuhan, tapi yang mereka persembahkan bukanlah yang terbaik, tapi bisa dikatakan persembahan 'sisa-sisa'. Tertulis: "Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? Firman Tuhan semesta alam" (ayat 8). Bangsa Israel membawa persembahan kepada Tuhan berupa hewan-hewan yang sakit, cacat, timpang, anak lembu buta dan terluka yang tidak bermanfaat bagi mereka. Itu sangat menyakitkan hati Tuhan dan Dia pun berkata, "Aku tidak suka kepada kamu,...dan Aku tidak berkenan menerima persembahan dari tanganmu." (ayat 10b).
Bagaimana dengan kita? Marilah menaruh hormat kepada Tuhan! Tidak sedikit orang Kristen yang masih hitung-hitungan jika hendak memasukkan rupiah ke kantong kolekte. Rasanya kita tidak rela merogoh kocek lebih untuk Tuhan. Tapi kalau untuk makan di restoran mahal dengan teman-teman? Nah, bukankah berkat yang kita terima itu berasal dari Tuhan? Juga dalam hal waktu, Tuhan hanya kita beri sisa-sisa; waktu kita habis untuk pekerjaan dan hobi!
Dalam segala hal kita harus belajar memberi yang terbaik bagi Tuhan. Ini wujud penyembahan kita kepada Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)