Monday, November 15, 2010

PERSEMBAHAN ASAL-ASALAN: Dibenci Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 November 2010 -

Baca: Maleakhi 1:6-14

"Kamu membawa roti cemar ke atas mezbahKu, tetapi berkata: 'Dengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?' Dengan cara menyangka: 'Meja Tuhan boleh dihinakan!' "  Maleakhi 1:7

Bagaimanakah cara kita memberi sesuatu kepada Tuhan?  Baik itu persembahan waktu, tenaga dan juga materi (uang).  Ketika kolektan berkeliling dengan kantong persembahan, sudahkah kita menyiapkan persembahan terbaik?  Apakah kita hanya menaruh sedikit uang ke dalam kantong tanpa banyak berpikir, dengan lembaran uang yang paling lusuh dan kotor pula?  Ataukah kita hanya menulis sehelai cek untuk Tuhan pada tanggal tertentu setiap bulan dan membayar Dia seperti kita melunasi tagihan-tagihan lainya?

     Cara kita memberi merupakan perhatian mendalam bagi Tuhan.  Dia sangat peduli pada cara kita mempersembahkan sesuatu kepadaNya.  Dia tidak akan menerima pemberian yang tidak didasari hati yang tulus, apalagi persembahan yang diberikan dengan asal-asalan.  Tuhan jijik dan akan menolak persembahan semacam itu.  Seperti perbuatan umat Israel.  Memang mereka membawa persembahan kepada Tuhan, tapi yang mereka persembahkan bukanlah yang terbaik, tapi bisa dikatakan persembahan 'sisa-sisa'.  Tertulis: "Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat?  Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat?  Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik?  Firman Tuhan semesta alam"  (ayat 8).  Bangsa Israel membawa persembahan kepada Tuhan berupa hewan-hewan yang sakit, cacat, timpang, anak lembu buta dan terluka yang tidak bermanfaat bagi mereka.  Itu sangat menyakitkan hati Tuhan dan Dia pun berkata, "Aku tidak suka kepada kamu,...dan Aku tidak berkenan menerima persembahan dari tanganmu."  (ayat 10b).

     Bagaimana dengan kita?  Marilah menaruh hormat kepada Tuhan!  Tidak sedikit orang Kristen yang masih hitung-hitungan jika hendak memasukkan rupiah ke kantong kolekte.  Rasanya kita tidak rela merogoh kocek lebih untuk Tuhan.  Tapi kalau untuk makan di restoran mahal dengan teman-teman?  Nah, bukankah berkat yang kita terima itu berasal dari Tuhan?  Juga dalam hal waktu, Tuhan hanya kita beri sisa-sisa; waktu kita habis untuk pekerjaan dan hobi!

Dalam segala hal kita harus belajar memberi yang terbaik bagi Tuhan.  Ini wujud penyembahan kita kepada Tuhan!

Sunday, November 14, 2010

MEMUJI TUHAN: Gaya Hidup Orang Benar

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 November 2010 -

Baca: Mazmur 132:1-18

"Biarlah imam-imamMu berpakaian kebenaran, dan bersorak-sorai orang-orang yang Kaukasihi!"  Mazmur 132:9

Tuhan menciptakan kita untuk kemuliaan namaNya, artinya melalui kehidupan kita, kita dapat meninggikan dan memuliakan nama Tuhan.  Jadi kita diciptakan untuk memuji Dia.  Banyak orang Kristen yang tidak mengerti akan hal ini.  Contoh sederhana: saat ibadah di gereja ada yang malas memuji Tuhan, malu mengangkat tangan dan mulut pun terasa terkunci.  Takut dikatakan fanatik!  Justru mereka yang tidak sungguh-sungguh memuji Tuhan dan mengolok-olok teman lain dengan kata fanatik, dialah yang harus bertobat.

     Mari perhatikan.  Pujian adalah bidang kehidupan orang percaya.  Alkitab menegaskan, "Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan!  Haleluya!"  (Mazmur 150:6).  Hanya orang mati saja yang tidak dapat memuji Tuhan.  Selama kita masih bernafas kita harus menggunakan setiap nafas kita untuk memuji Tuhan.  Atau mungkin kita berkata, "Ah, memuji Tuhan itu tidak harus bersuara atau bersorak-sorai.  Cukup di dalam hati saja."  Memuji Tuhan di dalam hati saja tidak cukup.  Kita harus memiliki pujian di mulut kita seperti kata Daud, "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepadaNya tetap di dalam mulutku."  (Mazmur 34:2).  Jadi kita tak dapat bersorak-sorai dan berdiam diri sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

     Pujian dapat menggerakkan kuasa sorga dinyatakan dalam kehidupan kita.  Saat pujian dinaikkan, saat itu pula kemuliaan Tuhan melawat kita, karena "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel."  (Mazmur 22:4).  Kita harus berusaha menyingkirkan semua hambatan yang membuat kita merasa canggung atau enggan memuji Tuhan, serta mempersilahkan Roh Kudus bekerja melalui diri kita.  Ketika kita bersemangat dan memiliki totalitas saat memuji Tuhan kita akan tampak asing, dianggap aneh atau bahkan diejek dan direndahkan oleh orang-orang yang tidak mengerti kebenaran firman Tuhan.  Sebaliknya kita patut bersyukur karena kita akan tampak indah di hadapan Tuhan.

     Karena itu pujilah Tuhan di setiap waktu, jangan hanya saat berada di gereja atau di persekutuan, tetapi dijam-jam pribadi kita di rumah dan di mana pun kita berada.  Latihlah mulut dan hati kita untuk memuji Tuhan karena kita diciptakan untuk tujuan itu.

"Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya Tuhan, mereka hidup dalam cahaya wajahMu;"  Mazmur 89:16