Saturday, November 13, 2010

BERGAUL DENGAN ORANG YANG TEPAT

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 November 2010 -

Baca: 1 Korintus 5:9-13

"Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul."  1 Korintus 5:9


Kepada jemaat di Korintus Rasul Paulus menasihatkan:  "Janganlah kamu sesat:  Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."  (1 Korintus 15:33).  Alasannya ialah pergaulan yang buruk akan merusak pribadi kita.

     Dengan siapa kita bergaul atau membangun hubungan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kehidupan rohani kita.  Bersekutu atau bersahabat dengan orang-orang yang rohani akan turut mempercepat kita menuju kepada kedewasaan iman dan membawa kita kepada kemenangan.  Sebaliknya, bila kita lebih banyak menghabiskan waktu berhubungan dengan orang-orang yang tidak rohani, kita akan tersesat semakin jauh dari Tuhan dan kita akan terjun bebas menuju kekalahan.  Itulah sebabnya Alkitab memberikan penjelasan tentang pentingnya membina hubungan dengan orang-orang yang tepat bagi kita.

     Tuhan menghendaki agar kita memisahkan diri dari dunia ini.  "Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu."  (2 Korintus 6:17).  Kita diperintahkan untuk memisahkan diri dari pergaulan dunia.  Ini tidak berbicara tentang pelayanan pekabaran Injil.  Tuhan Yesus sendiri melayani orang-orang yang berdosa.  Justru kita harus berbaur dengan mereka: bersaksi, melayani dan berdoa bagi mereka.  Tetapi yang dimaksud di sini adalah tentang orang-orang yang kita pilih untuk menjadi orang terdekat atau sahabat kita.  Jika kita ingin bertumbuh dalam perkara-perkara rohani, pilihlah orang-orang yang mengasihi Tuhan dan memiliki komitmen untuk hidup benar sesuai dengan firman Tuhan, karena "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."  (Amsal 27:17).  Janganlah memilih teman atau sahabat yang perkataan dan perbuatannya tidak rohani dan cenderung membawa kita semakin jauh dari Tuhan.  Karena semakin kita bergaul dengan mereka, semakin kita membuka diri terhadap godaan Iblis.  Kita akan semakin akrab dengan dosa dan bisa dipastikan dalam waktu singkat kita akan terjerumus ke dalamnya.

     Oleh karena itu pilihlah teman atau sahabat kita dengan bijaksana, jangan semborono.

Salomo memperingatkan.  "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."  (Amsal 13:20)

Friday, November 12, 2010

WUJUD KASIH GEMBALA YANG BAIK

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 November 2010 -

Baca: Yehezkiel 34:1-31

"Kamu adalah domba-dombaKu, domba gembalaanKu, dan Aku adalah Allahmu, demikianlah firman Tuhan Allah."  Yehezkiel 34:31

Andaikan kita menjadi gembala dan suatu saat kita harus diperhadapkan dengan suatu pilihan yang berat:  melindungi domba kita dari binatang buas tapi kita harus mati, atau kita membiarkan domba itu mati asal kita selamat, mana yang kita pilih?  Jujur sebagai manusia kita pasti memilih menyelamatkan diri sendiri daripada harus berkorban nyawa hanya demi domba-domba kita.  Gembala upahan pun melakukan hal yang sama, di mana "...ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu."  (Yohanes 10:12).

     Semua orang pasti tidak mau mati demi seekor domba, karena nyawa domba itu tidak sebanding dengan nyawa manusia.  Tetapi Tuhan Yesus justru datang dengan tujuan mati untuk domba-dombaNya.  Kalau manusia saja tidak pantas mati bagi domba, maka sangat tidak layak Raja di atas raja mau mati bagi manusia; namun Tuhan Yesus melakukan hal yang tidak lazim itu.  Inilah yang disebut anugerah.  Dan melalui perumpamaan dalam Lukas 15:1-7 Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Dia Allah rela turun dari sorga untuk mencari domba yang hilang, walaupun hanya seekor saja yang hilang, padahal ia masih punya sembilan puluh sembilan ekor yang lain.  Apalah artinya seekor dibanding dengan sembilan puluh sembilan ekor?

     Satu domba yang tersesat adalah gambaran dari manusia yang berdosa dan tersesat.  Orang lain mungkin melupakan atau membuang kita, tetapi Tuhan tetap peduli;  Ia mencari dan menyelamatkan kita walau kita sebenarnya adalah orang-orang yang tidak layak dicari, bahkan sebaliknya layak dibuang.  Namun kasih Tuhan begitu besar, bahkan Dia rela menderita dan mati di kayu salib.  Ini bukti bahwa Dia adalah gembala yag baik.  Tidak hanya itu, Dia menuntun domba-dombanya masuk ke kandang dan membawanya ke padang rumput hijau dengan tongkat dan gadanya.  Dia pun mengenal kita secara pribadi, seperti tertulis:  "...Aku mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu."  (Yohanes 10:14).  Ini menunjukkan suatu hubungan yang intim, penuh cinta kasih.  Bukan sekedar mengenal, tapi Dia tahu segala penderitaan dan pergumulan kita.

Tuhan Yesus adalah gembala kita yang sejati, yang mengenal kita.