Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 November 2010 -
Baca: Mazmur 79:1-13
"Maka kami ini, umatMu, dan kawanan domba gembalaanMu, akan bersyukur kepadaMu untuk selama-lamanya, dan akan memberitakan puji-pujian untukMu turun-temurun." Mazmur 79:13
Alkitab menggambarkan hubungan antara umat dengan Tuhan sebagai domba dan sang gembala. Suatu hubungan yang sangat karib.
Mengapa kita digambarkan sebagai domba, bukan yang lain? Pasti ada kebenaran yang terkandung di dalamnya. Domba merujuk pada: kelemahan, kerentanan dan ketidakberdayaan kita sebagai manusia. Hal ini untuk menegaskan ketergantungan mausia kepada Tuhan, dan Tuhan sebagai gembala adalah satu-satunya Pribadi yang dapat membimbing dan meuntun kita ke jalan yang benar. Daud berkata, "Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya." (Mazmur 23:2b-3). Tanpa pertolongan dari sang gembala, kita adalah domba-domba yang mudah terhilang. Adalah tepat bila keberadaan kita sebagai manusia digambarkan sebagai domba yang lemah, bodoh, tak berdaya dan mudah tersesat. Karena itu kita sangat membutuhkan seorang gembala yang baik untuk menuntun dan menyertai perjalanan hidup kita.
Syukur bagi Tuhan, oleh karena anugerahNya semakin kita memiliki gembala yang baik yaitu Tuhan Yesus seperti yang dikatakanNya, "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;" (Yohanes 10:11). Apa artinya? 'Akulah' menyatakan bahwa Dia adalah satu-satunya Pribadi Ilahi sebagaimana Ia menyatakan diri kepada Musa, "Aku adalah Aku." (Keluaran 3:14a). Tidak ada gembala yang baik selain Dia. Sedangkan di dalam kata 'gembala' terkandung: kasih, perhatian dan juga kesabaran. Selain itu gembala juga berbicara tentang otoritas atau kedaulatan atas umat. Di dalam konteks Tuhan, Ia memiliki kedaulatan penuh atas hidup kita karena kita adalah domba-dombaNya dan Dia adalah gembala pemilik. Bukti bahwa Yesus adalah gembala yang baik adalah Ia rela memberikan nyawaNya untuk kita. Ini berbeda dengan gembala upahan yang hanya punya tujuan mencari keuntungan diri sendiri. Tuhan Yesus tidak demikian.
Ia berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10b).
Thursday, November 11, 2010
Wednesday, November 10, 2010
PENABUR DAN BENIHNYA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 November 2010 -
Baca: Lukas 8:11-15
"Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah." Lukas 8:11
Dalam perumpamaan ini ada beberapa jenis tanah atau hati yaitu: 1. Pinggir jalan: gambaran tentang jenis hati yang sangat keras. Ketika firman disampaikan ia tidak memberikan respons yang benar; masih suka mengabaikan, meremehkan atau bahkan menolak dan tidak percaya kepada firman itu. Orang semacam ini sulit menerima teguran, nasihat, dan cenderung suka memberontak. Mereka masih hidup menurut keinginannya sendiri, bukan tunduk kepada pimpinan Tuhan; hidup dalam hawa nafsu daging. Alkitab menegaskan, "...barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,..." (Galatia 6:8).
2. Tanah berbatu-batu. Benih itu memang tumbuh, tapi tidak mampu menghadapi tantangan yang ada. Ini berbicara tentang tumbuhan yang saat panas terik akan mati, ia tidak berakar kuat karena ada batu-batu penghalang. Benih akan tumbuh berakar kuat apabila batu-batu itu dibuang. Diambilkan peralatan berkebun, batu-batunya disingkirkan, tanahnya diolah, kemudian baru ditaburkan benihnya, pasti bisa tumbuh. Pada awalnya ia sangat semangat menerima firman, tetapi firman itu tidak mampu berakar kuat, hanya bertahan sebentar saja sehingga ketika masalah, penderitaan atau ujian menerpa, segera ia kecewa dan meninggalkan Tuhan (murtat). Karena itulah kita harus mau berubah meski itu sakit. Mohon pertolongan Roh Kudus untuk memampukan kita sehingga kita menjadi manusia baru. "Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dan syukur." (Kolose 2:7).
3. Semak duri. Benih bisa saja tumbuh, tapi terhimpit oleh semak belukar, akibatnya tanaman itu akan mati. Ini gambaran seorang Kristen yang masih terikat dengan hal-hal yang bersifat duniawi; masih mencintai dan bersahabat dengan dunia ini. Mereka dapat saja terlihat seperti orang yang rohani, tapi kekuatiran dunia ini tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak bertumbuh.
4. Tanah yang baik. Karena tanahnya baik dan subur, maka benih itu tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah. Ialah seseorang yang mendengar firman kebenaran dan menyambutnya dengan sukacita, percaya dan mempraktekkannya, sekaligus menunjukkan pertumbuhan rohani yang baik sehingga ada buah-buah pertobatan yang dihasilkan.
Bagaimana respons kita terhadap benih firman Tuhan? Sudah baikkah tanah hati kita?
Baca: Lukas 8:11-15
"Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah." Lukas 8:11
Dalam perumpamaan ini ada beberapa jenis tanah atau hati yaitu: 1. Pinggir jalan: gambaran tentang jenis hati yang sangat keras. Ketika firman disampaikan ia tidak memberikan respons yang benar; masih suka mengabaikan, meremehkan atau bahkan menolak dan tidak percaya kepada firman itu. Orang semacam ini sulit menerima teguran, nasihat, dan cenderung suka memberontak. Mereka masih hidup menurut keinginannya sendiri, bukan tunduk kepada pimpinan Tuhan; hidup dalam hawa nafsu daging. Alkitab menegaskan, "...barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya,..." (Galatia 6:8).
2. Tanah berbatu-batu. Benih itu memang tumbuh, tapi tidak mampu menghadapi tantangan yang ada. Ini berbicara tentang tumbuhan yang saat panas terik akan mati, ia tidak berakar kuat karena ada batu-batu penghalang. Benih akan tumbuh berakar kuat apabila batu-batu itu dibuang. Diambilkan peralatan berkebun, batu-batunya disingkirkan, tanahnya diolah, kemudian baru ditaburkan benihnya, pasti bisa tumbuh. Pada awalnya ia sangat semangat menerima firman, tetapi firman itu tidak mampu berakar kuat, hanya bertahan sebentar saja sehingga ketika masalah, penderitaan atau ujian menerpa, segera ia kecewa dan meninggalkan Tuhan (murtat). Karena itulah kita harus mau berubah meski itu sakit. Mohon pertolongan Roh Kudus untuk memampukan kita sehingga kita menjadi manusia baru. "Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dan syukur." (Kolose 2:7).
3. Semak duri. Benih bisa saja tumbuh, tapi terhimpit oleh semak belukar, akibatnya tanaman itu akan mati. Ini gambaran seorang Kristen yang masih terikat dengan hal-hal yang bersifat duniawi; masih mencintai dan bersahabat dengan dunia ini. Mereka dapat saja terlihat seperti orang yang rohani, tapi kekuatiran dunia ini tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak bertumbuh.
4. Tanah yang baik. Karena tanahnya baik dan subur, maka benih itu tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah. Ialah seseorang yang mendengar firman kebenaran dan menyambutnya dengan sukacita, percaya dan mempraktekkannya, sekaligus menunjukkan pertumbuhan rohani yang baik sehingga ada buah-buah pertobatan yang dihasilkan.
Bagaimana respons kita terhadap benih firman Tuhan? Sudah baikkah tanah hati kita?
Subscribe to:
Posts (Atom)