Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 November 2010 -
Baca: Matius 13:3-9
"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" Matius 13:9
Pengajaran dengan memakai perumpamaan adalah pelayanan khusus Yesus kepada muridNya. Tuhan Yesus menggunakan bentuk perumpamaan untuk menjelaskan rahasia Kerajaan Allah, suatu bentuk pengajaran yang mengambil contoh kehidupan sehari-hari untuk menjelaskan sebuah kebenaran rohani. Kebenaran tentang kerajaan Allah diberitakan dalam bentuk perumpamaan sehingga tidak semua orang dapat memahaminya, hanya dapat dimengerti oleh murid sejati. Terlebih bagi yang menolak kebenaran itu, mereka hanya bisa mendengar namun tidak akan mengerti. Hal itu ditujukan kepada bangsa Yahudi yang menolak kehadiran Kristus sebagai Juruselamat, walaupun tanda-tanda itu sebenarnya sudah lebih dari cukup.
Dalam perumpamaan yang kita baca hari ini diceritakan tentang seorang penabur dan benih yang ditaburnya. Seorang penabur menaburkan benihnya dan benih itu jatuh di berbagai jenis tanah. Benih pertama jatuh di pinggir jalan. Artinya, benih jatuh di tanah yang keras dan tidak akan bertahan lama karena segera datang burung-burung dan memakannya sampai habis. Benih kedua jatuh di tanah yang berbatu-batu, tidak banyak tanahnya. Benih itu memang tumbuh namun akan cepat layu dan menjadi kering kena terik matahari, juga karena lapisan tanahnya tipis sehingga benih tak mampu berakar dengan kuat. Benih ketiga jatuh di tengah semak berduri. Semak yang tumbuh semakin besar kian menghimpit pertumbuhan benih itu sehingga ia pun mati. Benih keempat jatuh di tanah yang baik dan benih itu pun bertumbuh dan dapat berbuah lebat. Ada yang 100x lipat, 60x lipat dan juga 30x lipat. Apakah arti perumpamaan ini? Benih berbicara tentang firman Tuhan (Injil). Sedangkan penabur yang dimaksud adalah para pelayan Tuhan, orang-orang yang dipercaya untuk menaburkan firman Tuhan atau memberitakan Injil Kerajaan Allah. Ada pun jenis-jenis tanah yang ditaburi benih itu menggambarkan keadaan hati setiap orang. Perbedaan jenis tanah menunjukkan perbedaan respons masing-masing orang terhadap firman yang mereka terima, sehingga keadaan tanah hati kita sangat menentukan apakah ada dampak dari firman yang kita terima.
Maka dari itu "Bukalah bagimua tanah baru, sebab sudah waktunya untuk mencari Tuhan," (Hosea 10:12b). Begitu pentingnya hati sehingga Salomo pun menasihatkan, "Jangalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). (Bersambung)
Tuesday, November 9, 2010
Monday, November 8, 2010
TAK MAMPU MEMBAYAR UTANG DOSA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 November 2010 -
Baca: Lukas 7:36-50
"Dosanya (perempuan berdosa) yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih." Lukas 7:47
Suatu waktu, Simon (orang Farisi) mengundang Tuhan Yesus untuk makan di rumahnya. KedatanganNya ke rumah Simon itu didengar oleh seorang perempuan yang terkenal sebagai orang berdosa. Ia datang dengan membawa buli-buli pualam yang berisi minyak wangi dan berharga sangat mahal. Lalu, "Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kakiNya, lalu membasahi kakiNya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kakinya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu." (ayat 38).
Perempuan itu tidak punya keberanian di hadapan Yesus sebab ia sadar ia berlumuran dosa. Ia (perempuan itu) hanya bisa menangis saat bertemu dengan Yesus. Menangis adalah ungkapan kesedihan yang mendalam, dukacita atau pun ungkapan hati yang remuk dan hancur. Hal itu menggerakkan hati Yesus. Dalam Mazmur 34:19 dikatakan, "Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." Kehadiran perempuan 'berdosa' itu sangat tidak disenangi Simon, dan Tuhan Yesus pun tahu apa yang sedang berkecamuk di hati Simon. Karena itu Ia menyampaikan suatu perumpamaan: Ada dua orang berhutang kepada seorang pelepas uang masing-masing 500 dinar dan 50 dinar. Karena mereka tidak sanggup membayar, si pelepas uang pun membebaskan hutang kedua orang itu. Tanya Yesus pada Simon, "Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia (si pelepas)?' Jawab Simon: 'Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya, 'Betul pendapatmu itu.' " (Lukas 7:42b-43). Begitu juga dengan perempuan itu, ia menyadari betapa hina dan besar dosanya. Dengan air mata, perempuan itu membasuh kaki Yesus dan menyeka dengan rambutnya. Bahkan tiada henti ia mencium kaki Yesus dan meminyaki kepalaNya dengan minyak. Tetapi Simon tidak melakukan hal itu.
Melalui perumpamaan ini sebenarnya Tuhan Yesus sedang menyindir Simon, orang Farisi, yang penuh dengan kepura-puraan merasa dirinya lebih suci. Pikirnya ia tidak seperti perempuan itu. Sesungguhnya, orang berhutang yang tidak bisa membayar itu adalah gambaran dari kita. Untuk membayar hutang dosa, apa pun caranya, kita tidak akan bisa.
Hanya melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib dosa-dosa kita diampuni dan hutang dosa itu lunas terbayar.
Baca: Lukas 7:36-50
"Dosanya (perempuan berdosa) yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih." Lukas 7:47
Suatu waktu, Simon (orang Farisi) mengundang Tuhan Yesus untuk makan di rumahnya. KedatanganNya ke rumah Simon itu didengar oleh seorang perempuan yang terkenal sebagai orang berdosa. Ia datang dengan membawa buli-buli pualam yang berisi minyak wangi dan berharga sangat mahal. Lalu, "Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kakiNya, lalu membasahi kakiNya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kakinya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu." (ayat 38).
Perempuan itu tidak punya keberanian di hadapan Yesus sebab ia sadar ia berlumuran dosa. Ia (perempuan itu) hanya bisa menangis saat bertemu dengan Yesus. Menangis adalah ungkapan kesedihan yang mendalam, dukacita atau pun ungkapan hati yang remuk dan hancur. Hal itu menggerakkan hati Yesus. Dalam Mazmur 34:19 dikatakan, "Tuhan itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." Kehadiran perempuan 'berdosa' itu sangat tidak disenangi Simon, dan Tuhan Yesus pun tahu apa yang sedang berkecamuk di hati Simon. Karena itu Ia menyampaikan suatu perumpamaan: Ada dua orang berhutang kepada seorang pelepas uang masing-masing 500 dinar dan 50 dinar. Karena mereka tidak sanggup membayar, si pelepas uang pun membebaskan hutang kedua orang itu. Tanya Yesus pada Simon, "Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia (si pelepas)?' Jawab Simon: 'Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya, 'Betul pendapatmu itu.' " (Lukas 7:42b-43). Begitu juga dengan perempuan itu, ia menyadari betapa hina dan besar dosanya. Dengan air mata, perempuan itu membasuh kaki Yesus dan menyeka dengan rambutnya. Bahkan tiada henti ia mencium kaki Yesus dan meminyaki kepalaNya dengan minyak. Tetapi Simon tidak melakukan hal itu.
Melalui perumpamaan ini sebenarnya Tuhan Yesus sedang menyindir Simon, orang Farisi, yang penuh dengan kepura-puraan merasa dirinya lebih suci. Pikirnya ia tidak seperti perempuan itu. Sesungguhnya, orang berhutang yang tidak bisa membayar itu adalah gambaran dari kita. Untuk membayar hutang dosa, apa pun caranya, kita tidak akan bisa.
Hanya melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib dosa-dosa kita diampuni dan hutang dosa itu lunas terbayar.
Subscribe to:
Posts (Atom)