Sunday, November 7, 2010

STATUS KITA ADALAH SEORANG HAMBA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 November 2010 -

Baca: Lukas 17:7-10

"Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan."  Lukas 17:10b

Tidak ada ceritanya seorang hamba yang baru menyelesaikan tugas atau pekerjaannya memerintah tuannya agar ia disediakan makanan.  Yang ada sebaliknya: secapai-capainya hamba bekerja, apabila si tuan memintanya untuk menyediakan makanan, hamba itu pun pergi melakukan apa yang diperintahkan tuannya itu.  Bila si tuan sudah selesai makan barulah hamba itu boleh makan.  Ditanyakan juga:  "Adakah ia (tuan) berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?"  (ayat 9).  Tidak.  Itu sudah menjadi tugas dan tanggung jawab seorang hamba, yaitu melakukan apa pun yang diperintahkan tuannya meski dalam keadaan lelah.  Jadi, seorang hamba tidak punya hak untuk menuntut tuannya.

     Dalam hal ini Tuhan Yesus sendiri telah meninggalkan teladan bagi kita, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:6-8).  Dia datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.

     Seorang hamba haruslah memiliki kerendahan hati.  Ada seorang perempuan dari Siro-Fenisia yang datang keapda Yesus karena anaknya dirasuk setan.  Tetapi Tuhan Yesus berkata, "...tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya keapda anjing."  (Markus 7:27).  Meski perkataan Tuhan sangat 'pedas', perempuan itu tidak tersinggung atau sakit hati, sebab ia sadar siapa dirinya, seorang hamba yang rendah.  Ia pun menjawab, "Benar, Tuhan.  Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak." (Markus 7:28).  Maka karena ia memiliki kerendahan hati, Tuhan Yesus menunjukkan belas kasihNya dan terjadinya mujizat: anaknya dipulihkan.

     Begitu pula kita sebagai hamba Tuhan, tidak ada yang patut dibanggakan.  Tugas kita hanyalah melakukan apa kehendak Tuan kita yaitu Tuhan Yesus.  Dalam hal ini tidak ada istilah hamba Tuhan besar atau hamba Tuhan kecl; semuanya sama, kita adalah hambaNya.

Mari lakukan dengan setia hal sekecil apa pun yang dipercayakan Tuhan kepada kita sampai Dia datang kembali.

Saturday, November 6, 2010

PRAJURIT-PRAJURIT KRISTUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 November 2010 -

Baca: 2 Timotius 2:3-4

"Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus."  2 Timotius 2:3

Rasul Paulus tahu benar potensi dalam diri Timotius.  Itulah sebabnya Paulus dengan sungguh-sungguh mempercayakan pemberitaan Injil itu kepada Timotius.  Dan tak henti-hentinya Paulus mengobarkan semangat Timotius agar karunia rohani yang dari Tuhan itu dimaksimalkannya.

     Paulus mengingatkan betapa indahnya Injil itu.  Sesuai rencanaNya yang rahmani, bukan karena perbuatan kita, Tuhan telah menyelamatkan kita, seperti tertulis:  "Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Krsitus Yesus..."  (2 Timotius 1:9).  Tidak seharusnya Timotius menjadi lemah dan putus asa karena penderitaan yang harus dialami oleh karena memberitakan Injil.  Sebaliknya Paulus menasihati, "...anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus."  (2 Timotius 2:1).  Artinya: dalam keadaan apa pun kita harus tetap kuat karena ada jaminan pertolongan di dalam Kristus Yesus, karena seorang pemberita Injil itu laksana seorang prajurit yang sedang berada di medan pertempuran.

     Jadi, sebagai orang percaya kita semua adalah prajurit-prajurit Kristus.  Seorang prajurit harus memiliki semangat juang yang tinggi.  Kalimat 'ikutlah menderita' berarti seorang prajurit juga dituntut untuk melepaskan haknya: tidak memusingkan diri dengan soal-soal penghidupannya dan mau melepaskan segala hak-hak keduniawiannya; juga harus menunjukkan pengabdian penuh kepada komandannya.  Siapakah komandan kita?  Tuhan Yesus Kristus.  Apa pun yang diamanatkan oleh Tuhan Yesus tidak ada kata tidak di dalamnya, harus kita laksanakan, karena Dia adalah komandan kita.

     Kesimpulannya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seorang prajurit Kristus: a. Memiliki hati yang rela, bukan karena terpaksa; b. Hidup dalam kebenaran; c. Memperlengkapi diri dengan senjata rohani, seperti tertulis: "...ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu."  (Efesus 6:13)); d. Siap sedia dalam segala situasi untuk menjalankan tugasnya; e. Tahan dalam semua medan.

Jadilah prajurit Kristus yang baik.  Teruslah berjuang hingga mencapai garis akhir sebagai pemenang!