Thursday, November 4, 2010

HIDUP YANG BERPADANAN DENGAN INJIL (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 November 2010 -

Baca: Filipi 2:12-18

"supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda; sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia,"  Filipi 2:15

Kedua, Paulus memiliki kerendahan hati.  Kunci dari kehidupan yang berpadanan dengan Injil Kristus adalah kerendahan hati.  Untuk menjadi orang yang rendah hati kita harus tunduk kepada Tuhan.  Kita tidak lagi mementingkan diri sendiri atau mencari pujian dari orang lain, "Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;"  (Filipi 2:6-7).  Lebih baik kita rendah hati dari pada direndahkan atau dipermalukan.

     Ketiga, hidup Paulus menjadi kesaksian bagi dunia.  Paulus menuntut supaya orang percaya di Filipi memberi respon yang benar pekerjaan kita atau kebaikan kita, semuanya itu semata-mata oleh kasih karuniaNya.  Tuhan Yesus berkata, "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman."  (Yohanes 6:44).  Oleh karena itu jangan pernah meremehkan kasih karunia Tuhan ini.  Sebaliknya mari kita kerjakan keselamatan yang telah kita terima itu dengan takut dan gentar.

     Tuhan Yesus menginginkan agar kita menjadi bintang di dunia ini.  Maksudnya supaya hidup kita bersinar atau bercahaya menerangi dunia ini dengan iman dan kesaksian hidup kita.  Dampak pelayanan Paulus bagi perkembangan Injil begitu luar biasa karena hidupnya berpadanan dengan Injil Kristus.

Sudahkah hidup kita berpadanan dengan Injil?

Wednesday, November 3, 2010

HIDUP YANG BERPADANAN DENGAN INJIL (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 November 2010 -

Baca: Filipi 1:27-30

"Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil,"  Filipi 1:27

Surat yang ditulis Paulus kepada jemaat di Filipi adalah surat yang penuh muatan sukacita.  Kata sukacita ini menjadi tema terbesar dalam surat Filipi ini.

     Mengapa perihal sukacita ini menjadi begitu penting?  Karena surat ini ditulis oleh Paulus ketika ia berada dalam penjara di Roma.  Bayangkan, orang terkurung dalam penjara dan tetapi tetap bersukacita dan mengobarkan semangat kepada orang lain!  Suatu sikap hidup yang luar biasa!  Di tengah kesesakan dan penderitaan namun tetap kuat dan tak tergoyahkan.  Rasul Paulus berharap agar jemaat Filipi sadar bahwa mengikut Kristus tidak selalu berada di jalan yang mulus.  Adakalanya kita harus melewati banyak tantangan dan ujian, tapi percayalah bahwa Tuhan senantiasa memberi kekuatan kepada kita sehingga kita pun mampu melewatinya.  Paulus berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).  Jadi, tidak seharusnya mereka putus asa.  Itulah sebabnya Paulus berusaha agar hidupnya menjadi teladan dan berpandanan dengan Injil Kristus yang ia beritakan, "...supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak."  (1 Korintus 9:27).

     Setidaknya ada tiga hal yang menunjukkan bahwa kehidupan Paulus berpadanan dengan Injil Kristus:  pertama, Paulus tetap berdiri teguh meski harus menderita karena Injil; ia rela berkoraban.  Kata 'teguh' dalam bahasa aslinya berarti 'setia'.  Di dalam kesetiaan terkandung komitmen yang tinggi.  Meski harus menghadapi berbagai pencobaan Paulus tidak pernah goyah imannya, karena ia sadar betul tentang panggilan hidup sebagai orang percaya, "...dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia,"  (Filipi 1:29).  Sebagaimana Kristus saat diutus ke dalam dunia, dengan komitmen tinggi melakukan semua yang menjadi kehendak Bapa, Dia "...taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:8a).

     Bagaimana kita?  Seharusnya kita juga mau berkorban bagi Kristus.  Berkorban waktu, tenaga dan materi untuk Tuhan itu tidak akan pernah sia-sia.  Terlebih lagi kita harus mau menyalibkan 'daging' dan hidup menurut pimpinan Roh Kudus.  (Bersambung)