Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Oktober 2010 -
Baca: Yeremia 38:1-13
"Kemudian mereka menarik dan mengangkat Yeremia dengan tali dari perigi itu." Yeremia 38:13a
Mungkin kita berkata dalam hati, "Mereka menjadi orang percaya ternyata tidak mudah, acapkali kita diperhadapkan pada masalah atau kesesakan." Tapi bukan hanya orang Kristen saja yang punya masalah, semua orang tanpa terkecuali (selama masih bernafas di dunia ini) pasti punya masalah. Jadi kita tidak mengalaminya sendiri! Karena itu, stop mengasihani diri sendiri karena ada satu hal yang pasti, yaitu jaminan pemeliharaan Tuhan bagi anak-anakNya. Pemazmur berkata, "Kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20). Tuhan selalu punya cara ajaib untuk menolong dan menyediakan jalan keluar bagi setiap permasalahan. Masalah tidak hanya dialami orang Kristen awam, tapi bisa terjadi dalam kehidupan pelayan Tuhan atau orang-orang yang terlibat dalam pelayanan pekerjaan Tuhan.
Yeremia, meskipun sebagai nabi Tuhan, pun mengalami masa-masa yang sulit. Ketika menyampaikan nubuat yang diperintahkan Tuhan kepadanya, Yeremia dibenci dan dianiaya. Tertulis: "Maka mereka mengambil Yeremia dan memasukkannya ke dalam perigi..., mereka menurunkan Yeremia dengan tali. Di perigi itu tidak ada air, hanya lumpur, lalu terperosoklah Yeremia ke dalam lumpur itu." (Yeremia 38:6). Dalam keadaan demikian, sudah tentu sebagai manusia Yeremia merasa takut dan nyaris putus asa. Tetapi Yeremia tidak berteriak-teriak minta tolong kepada manusia. Alkitab mencatat Yeremia berseru kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku memanggil namaMu dari dasar lobang yang dalam. Engkau mendengar suaraku! Janganlah Kaututupi telingaMu terhadap kesahku dan teriak tolongku!" (Ratapan 3:55-56).
Sungguh, Tuhan itu bukan Tuhan yang tuli, Dia mendengar teriak anak-anakNya yang berada dalam kesesakan. Maka Tuhan memakai Ebed-Melekh untuk menyelamatkan Yeremia. Orang Etiopia itu melapor kepada raja bahwa Yeremia telah dimasukkan dalam perigi (Yeremia 38:7-9). Lalu raja menyuruh Ebed-Malekh untuk membebaskan Yeremia, "Bawalah tiga orang dari sini dan angkatlah nabi Yeremia dari perigi itu sebelum ia mati!" (Yeremia 38:10). Bila saat ini kita sedang dalam 'perigi masalah' dan sepertinya tidak ada harapan, berserulah kepada Tuhan, Dia pasti akan memberikan jalan keluar yang terbaik.
Kata Yeremia, "Ya Tuhan, Engkau telah memperjuangkan perkaraku, Engkau telah menyelamatkan hidupku." Ratapan 3:58
Tuesday, October 26, 2010
Monday, October 25, 2010
PERIHAL LIDAH: Tajam dan Berbahaya
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Oktober 2010 -
Baca: Mazmur 52:1-11
"Engkau merancangkan penghancuran, lidahmu sepeti pisau cukur yang diasah,..." Mazmur 52:4
Lidah kita ini tajam ibarat sebuah pisau, karena itu kita harus berhati-hati menggunakannya. Manfaat sebuah pisau sangat bergantung di tangan siapa pisau tersebut berada. Pada dasarnya pisau berfungsi untuk mengupas atau memotong sayur, buah-buahan dan sebagainya. Namun jika kita tidak berhati-hati, pisau bisa saja melukai dan menyakiti kita sendiri atau orang lain. Tuhan menciptakan lidah untuk tujuan yang positif, dan pada saatnya Dia akan meminta pertanggungjawaban dari tiap-tiap kita.
Apa yang harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan berkenaan dengan lidah atau ucapan kita? Ialah bagaimana kita menggunakan lidah kita setiap hari. Apakah perkataan kita sudah menjadi berkat bagi orang-orang yang ada di sekitar kita? Berapa jiwa yang sudah kita menangkan melalui perkataan kita? Ataukah banyak orang menjadi terluka karena lidah kita yang tajam, perkataan kita sangat kasar, pedas dan menyakitkan? Apakah lidah kita selalu menggemakan kata-kata negatif dan kutuk? Tuhan menghendaki agar dari lidah kita keluar kata-kata berkat yang menguatkan semangat orang lain sehingga kita menyelamatkan mereka dari keputusasaan dan kekecewaan. Hati-hatilah dengan lidah kita, karena bila salah menggunakannya akan sangat berbahaya. Alkitab mengingatkan kita tentang lidah yang berbahaya, di antaranya lidah yang tidak dikekang. "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." (Yakobus 1:26). Adalah percuma kita rajin ibadah ke gereja atau persekutuan jika kita tidak bisa mengekang lidah kita dari ucapan-ucapan yang jahat. Selain itu lidah juga bisa 'membunuh' orang lain (baca Yeremia 9:8); lidah yang mengacaukan: suka memfitnah, mengadu domba atau menipu (baca Mazmur 52:6); lidah yang bercabang (Amsal 10:31).
Bila kita menyadari betapa berbahayanya lidah, kita pun harus berhati-hati. Bagaimana kita menggemakan lidah itu sangat mempengaruhi kehidupan kekristenan kita. Kita harus melatih lidah kita agar selaras dengan firman Tuhan: selalu bersih, selalu menjadi berkat dan menyenangkan hati Tuhan.
Mari pergunakan lidah untuk meluaskan kerajaanNya di bumi: untuk bersaksi, menaikkan pujian bagi Tuhan, memberikan firmanNya; bukan untuk perkara sia-sia!
Baca: Mazmur 52:1-11
"Engkau merancangkan penghancuran, lidahmu sepeti pisau cukur yang diasah,..." Mazmur 52:4
Lidah kita ini tajam ibarat sebuah pisau, karena itu kita harus berhati-hati menggunakannya. Manfaat sebuah pisau sangat bergantung di tangan siapa pisau tersebut berada. Pada dasarnya pisau berfungsi untuk mengupas atau memotong sayur, buah-buahan dan sebagainya. Namun jika kita tidak berhati-hati, pisau bisa saja melukai dan menyakiti kita sendiri atau orang lain. Tuhan menciptakan lidah untuk tujuan yang positif, dan pada saatnya Dia akan meminta pertanggungjawaban dari tiap-tiap kita.
Apa yang harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan berkenaan dengan lidah atau ucapan kita? Ialah bagaimana kita menggunakan lidah kita setiap hari. Apakah perkataan kita sudah menjadi berkat bagi orang-orang yang ada di sekitar kita? Berapa jiwa yang sudah kita menangkan melalui perkataan kita? Ataukah banyak orang menjadi terluka karena lidah kita yang tajam, perkataan kita sangat kasar, pedas dan menyakitkan? Apakah lidah kita selalu menggemakan kata-kata negatif dan kutuk? Tuhan menghendaki agar dari lidah kita keluar kata-kata berkat yang menguatkan semangat orang lain sehingga kita menyelamatkan mereka dari keputusasaan dan kekecewaan. Hati-hatilah dengan lidah kita, karena bila salah menggunakannya akan sangat berbahaya. Alkitab mengingatkan kita tentang lidah yang berbahaya, di antaranya lidah yang tidak dikekang. "Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya." (Yakobus 1:26). Adalah percuma kita rajin ibadah ke gereja atau persekutuan jika kita tidak bisa mengekang lidah kita dari ucapan-ucapan yang jahat. Selain itu lidah juga bisa 'membunuh' orang lain (baca Yeremia 9:8); lidah yang mengacaukan: suka memfitnah, mengadu domba atau menipu (baca Mazmur 52:6); lidah yang bercabang (Amsal 10:31).
Bila kita menyadari betapa berbahayanya lidah, kita pun harus berhati-hati. Bagaimana kita menggemakan lidah itu sangat mempengaruhi kehidupan kekristenan kita. Kita harus melatih lidah kita agar selaras dengan firman Tuhan: selalu bersih, selalu menjadi berkat dan menyenangkan hati Tuhan.
Mari pergunakan lidah untuk meluaskan kerajaanNya di bumi: untuk bersaksi, menaikkan pujian bagi Tuhan, memberikan firmanNya; bukan untuk perkara sia-sia!
Subscribe to:
Posts (Atom)