Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Oktober 2010 -
Baca: Yesaya 26:1-21
"Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepadaMulah ia percaya." Yesaya 26:3
Iblis tidak dapat mengambil atau merampas berkat Tuhan dari kita jika kita berada dalam otoritas Kristus dan taat pada firman Tuhan. Iblis hanya dapat mencuri damai sejahtera itu jika kita membiarkannya menyerang atau jika kita tidak taat melakukan apa yang firman Tuhan perintahkan untuk dilakukan di tengah-tengah badai hidup yang melanda. Apabila kita taat kepada Tuhan, Tuhan akan memelihara kita. "Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintahKu, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti," (Yesaya 48:18).
Ketaatan kita kepada Tuhan akan menghasilkan kedamaian seperti sungai yang terus mengalir dengan derasnya. Jika kita membiarkan damai sejahtera Tuhan memerintah dalam hati kita dengan cara tidak memberi kesempatan pada kekuatiran untuk masuk, maka roh ketakutan pun akan terusir. Seringkali problema dan kesukaran yang menindas hati serta pikiran kita hanyalah imajinasi kita belaka. Sesungguhnya Tuhan akan memelihara kita dalam damai sejahteraNya yang sempurna jika pikiran kita terus tertuju pada Tuhan. Jadi, dalam keadaan apa pun kita harus memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan dan merenungkan firmanNya siang dan malam, sehingga jika tiba-tiba kita diperhadapkan pada keadaan yang sulit kita akan mampu menanggapinya dengan tenang. Maka dalam menghadapi segala sesuatu Rasul Paulus menasihati, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5).
Jika kita selalu mengijinkan pikiran untuk terus tinggal dalam masalah dan kita tidak menyerahkan ketakutan itu kepada Tuhan, maka masalah yang sebenarnya hanya merupakan lekukan kecil itu akan menjadi gunung yang tinggi dan akan sukar sekali untuk disingkirkan. Kita harus menghapus imajinasi itu dan mengarahkan pikiran kita kepada firman Tuhan, atau jika tidak, kecemasan akan merampas damai sejahtera yang menjadi hak kita sebagai anak-anak Tuhan, sebab damai sejahtera itu pemberian Tuhan dan tidak mungkin kita dapat dari dunia ini.
Hidup dalam damai sejahtera sangat ditentukan oleh ketaatan kita terhadap firman Tuhan.
Wednesday, October 20, 2010
Tuesday, October 19, 2010
KASIH KARUNIA TUHAN BAGI PAULUS
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Oktober 2010 -
Baca: 1 Timotius 1:12-20
"Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: 'Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa.' dan di antara mereka akulah yang paling berdosa." 1 Timotius 1:15
Rasul Paulus berkata, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." (2 Timotius 4:7). Inilah pernyataan Paulus bahwa ia telah mengakhiri pertandingan dengan baik, telah mencapai garis akhir serta telah memelihara iman. Tetapi ia masih menyebut dirinya sebagai orang yang paling berdosa. Kata 'akulah' (ayat nas) benar-benar menunjukkan pengakuan diri yang mendalam bahwa ia sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan.
Paulus bersaksi kepada orang lain bahwa ia sepenuhnya bergantung pada kasih karunia Allah. Alkitab menegaskan, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Rasul Paulus mengakui bahwa ia telah dibenarkan, dan itu sepenuhnya karena kasih karunia Allah. Ia menganggap dirinya lebih buruk dari yang lain, dengan demikian ia lebih membutuhkan kasih karunia Allah daripada orang lain. Kita mungkin menilai Paulus lebih dari yang lainnya dalam menerima terang Allah. Sekali lagi Paulus menegaskan bahwa tidak ada sesuatu dalam dirinya yang bisa dibanggakan dan tidak seharusnya ia memegahkan diri! Sebaliknya ia berkata, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Paulus dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus atas kehendak Allah, bukan karena baik atau punya kelebihan dari yang lain.
Jadi, ingatlah: "...bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memgahkan diri di hadapan Allah." (1 Korintus 1:26-29).
Jangan ada yang memegahkan diri...
Baca: 1 Timotius 1:12-20
"Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: 'Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa.' dan di antara mereka akulah yang paling berdosa." 1 Timotius 1:15
Rasul Paulus berkata, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman." (2 Timotius 4:7). Inilah pernyataan Paulus bahwa ia telah mengakhiri pertandingan dengan baik, telah mencapai garis akhir serta telah memelihara iman. Tetapi ia masih menyebut dirinya sebagai orang yang paling berdosa. Kata 'akulah' (ayat nas) benar-benar menunjukkan pengakuan diri yang mendalam bahwa ia sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan.
Paulus bersaksi kepada orang lain bahwa ia sepenuhnya bergantung pada kasih karunia Allah. Alkitab menegaskan, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Rasul Paulus mengakui bahwa ia telah dibenarkan, dan itu sepenuhnya karena kasih karunia Allah. Ia menganggap dirinya lebih buruk dari yang lain, dengan demikian ia lebih membutuhkan kasih karunia Allah daripada orang lain. Kita mungkin menilai Paulus lebih dari yang lainnya dalam menerima terang Allah. Sekali lagi Paulus menegaskan bahwa tidak ada sesuatu dalam dirinya yang bisa dibanggakan dan tidak seharusnya ia memegahkan diri! Sebaliknya ia berkata, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Paulus dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus atas kehendak Allah, bukan karena baik atau punya kelebihan dari yang lain.
Jadi, ingatlah: "...bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memgahkan diri di hadapan Allah." (1 Korintus 1:26-29).
Jangan ada yang memegahkan diri...
Subscribe to:
Posts (Atom)