Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Oktober 2010 -
Baca: Maleakhi 3:6-12
"Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman Tuhan semesta alam." Maleakhi 3:11
Banyak orang tidak mengerti bahwa dengan tidak memberikan persembahan persepuluhan berarti kita telah menipu Tuhan. Kok bisa? Tertulis: "Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: 'Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?' Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!" (ayat 8). Ada pula orang yang memberikan persembahan persepuluhan tapi motivasinya tidak benar. Mereka memberikannya hanya dengan tujuan ingin memperoleh berkat seperti yang dijanjikan Tuhan, walaupun memang Ia menjanjikan berkat berlimpah bagi yang memberikan persembahan persepuluhan.
Adalah sangat sulit untuk membedakan pemberian dengan tujuan menerima kembali dan pemberian dengan motivasi yang benar. Tak seorang pun dapat menggali isi hati orang lain, hanya Roh Kuduslah yang tahu in detail tentang isi hati kita. Jika kita memberi persembahan dengan motivasi yang tidak benar, maka janji berkat itu tidak ada fungsinya. Kita memberi pertama-tama haruslah karena kita mengasihi Tuhan. Kita memberi atau mempersembahkan uang juga karena kita mengasihi jiwa-jiwa lain agar diselamatkan, mencintai Kerajaan Allah dan pekerjaanNya di bumi. Katakan: "Saya akan memberi walaupun tak mendapat imbalan. Saya melakukan ini karena saya mengasihi Tuhan dan taat terhadap firmanNya." Tuhan pasti akan mengindahkan persembahan kita dan akan membuka tingkap-tingkap langit untuk mencurahkan berkatNya. Alkitab menyatakan: "apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka." (Wahyu 3:7b).
Sesungguhnya dengan memberikan persembahan persepuluhan kita belum bisa dikatakan mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan secara penuh, karena sepersepuluh dari penghasilan kita itu adalah milik Tuhan dan memang harus kita kembalikan kepadaNya.
Jadi, persembahkan pula persembahan khusus, maka "...kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar dan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38).
Wednesday, October 13, 2010
Tuesday, October 12, 2010
HIDUP DALAM PUJI-PUJIAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Oktober 2010 -
Baca: Mazmur 150:1-6
"Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudusNya! Pujilah Dia dalam cakrawalaNya yang kuat!" Mazmur 150:1
Daud berkata, "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4). Ini menunjukkan bahwa Tuhan selalu hadir di setiap pujian yang dinaikkan umatNya. Hati Tuhan akan disenangkan apabila kita mau memuji dan bersyukur kepada Dia terus-menerus.
Tidak ada hal yang rasanya lebih menyenangkan bagi kita ketika kita menerima pujian yang tulus dan penghargaan dari orang lain. Demikian juga Tuhan, Ia sangat menyukai pujian yang dinaikkan dengan tulus kepada Dia. Dan yang lebih menyenangkan lagi, ketika kita memberikan pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan, dan ketika kita memberi Dia kesukaan, hati kita sendiri pun akan dipenuhi dengan sukacita. Bahkan pemazmur menyerukan supaya segala yang bernafas juga memuji-muji Tuhan. Kata-kata pujian itu tidak cukup hanya ada di benak kita saja, namun harus diekspresikan.
Perhatikan burung-burung berkicau di pagi hari tanda mereka sedang memuji-muji PenciptaNya. Memuji-muji Tuhan berarti bersykur, karena orang yang tidak tahu bersyukur pasti tidak dapat memuji-muji Tuhan. Jika burung berkicau dan memuji Tuhan di pagi hari, kita yang baru bangun tidur biasanya pertama kali mencari kopi, rokok dan koran terlebih dahulu. Alangkah indahnya jika hal pertama yang kita lakukan ketika kita membuka mata di pagi hari adalah menyediakan waktu untuk bersaat teduh serta menaikkan pujian syukur kepada Tuhan. Bila ini kita lakukan kita akan merasakan sepanjang hari ini ada sukacita di hati. Sebaliknya bila kita lupa memuji Tuhan, hati ini segera diliputi perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan: jengkel, kecewa, murung. "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya." (Ibrani 13:15).
Pujian dan penyembahan jangan hanya dilakukan di tempat ibadah saja. Hendaklah itu ke luar dari dalam hati kita setiap saat. Kita memuji Dia karena apa yang telah Dia perbuat atas kita, dan kita menyembahNya karena Dia adalah Tuhan dan Allah kita. Pujian yang kita naikkan senantiasa menghasilkan pengharapan.
Tuhan berkata, "Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku." (Mazmur 50:23a).
Baca: Mazmur 150:1-6
"Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudusNya! Pujilah Dia dalam cakrawalaNya yang kuat!" Mazmur 150:1
Daud berkata, "...Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel." (Mazmur 22:4). Ini menunjukkan bahwa Tuhan selalu hadir di setiap pujian yang dinaikkan umatNya. Hati Tuhan akan disenangkan apabila kita mau memuji dan bersyukur kepada Dia terus-menerus.
Tidak ada hal yang rasanya lebih menyenangkan bagi kita ketika kita menerima pujian yang tulus dan penghargaan dari orang lain. Demikian juga Tuhan, Ia sangat menyukai pujian yang dinaikkan dengan tulus kepada Dia. Dan yang lebih menyenangkan lagi, ketika kita memberikan pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan, dan ketika kita memberi Dia kesukaan, hati kita sendiri pun akan dipenuhi dengan sukacita. Bahkan pemazmur menyerukan supaya segala yang bernafas juga memuji-muji Tuhan. Kata-kata pujian itu tidak cukup hanya ada di benak kita saja, namun harus diekspresikan.
Perhatikan burung-burung berkicau di pagi hari tanda mereka sedang memuji-muji PenciptaNya. Memuji-muji Tuhan berarti bersykur, karena orang yang tidak tahu bersyukur pasti tidak dapat memuji-muji Tuhan. Jika burung berkicau dan memuji Tuhan di pagi hari, kita yang baru bangun tidur biasanya pertama kali mencari kopi, rokok dan koran terlebih dahulu. Alangkah indahnya jika hal pertama yang kita lakukan ketika kita membuka mata di pagi hari adalah menyediakan waktu untuk bersaat teduh serta menaikkan pujian syukur kepada Tuhan. Bila ini kita lakukan kita akan merasakan sepanjang hari ini ada sukacita di hati. Sebaliknya bila kita lupa memuji Tuhan, hati ini segera diliputi perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan: jengkel, kecewa, murung. "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya." (Ibrani 13:15).
Pujian dan penyembahan jangan hanya dilakukan di tempat ibadah saja. Hendaklah itu ke luar dari dalam hati kita setiap saat. Kita memuji Dia karena apa yang telah Dia perbuat atas kita, dan kita menyembahNya karena Dia adalah Tuhan dan Allah kita. Pujian yang kita naikkan senantiasa menghasilkan pengharapan.
Tuhan berkata, "Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku." (Mazmur 50:23a).
Subscribe to:
Posts (Atom)