Sunday, October 10, 2010

HAL MELAYANI TUHAN: Jangan Mencari Pujian Manusia

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Oktober 2010 -

Baca: 1 Tesalonika 2:1-12

"Juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus."  1 Tesalonika 2:6

Siapa yang tidak ingin menjadi orang terkenal, dipuji dan disanjung oleh banyak orang?  Dunia memang haus akan sanjungan, penghargaan dan pujian.  Banyak yang rela mengorbankan waktunya demi meraih popularitas dan sanjungan dari pihak lain.

     Namun bagi kita sebagai orang percaya, khususnya para pelayan Tuhan, berhati-hatilah!  Jangan sampai kita haus pujian dari orang lain, karena biasanya kata-kata pujian dan sanjungna itu sangat berbahaya.  Sebab apabila kita mabuk pujian atau sanjungan kita akan tergelincir.  Kata-kata semacam itu bagaikan minyak yang licin tertuang di jalan, siapa pun yang lewat pasti akan jatuh tergelincir.  Sebaliknya, mari kita meneladani Tuhan Yesus!  Dalam pelayananNya untuk umat manusia, sangat jarang orang berterima kasih kepadaNya.  Yesus adalah Pemimpin Agung, tapi Dia sama sekali tidak haus akan sanjungan.  Dia datang ke dunia untuk melayani, bahkan untuk berkoraban.  "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Markus 10:45). 

     Ini suatu pelajaran berharga bagi kita, terlebih bagi para pelayan Tuhan.  Pelayan Tuhan haruslah memiliki hati seorang 'pelayan' juga.  Jangan sampai kita memiliki motivasi salah dalam melayani Tuhan.  Jika kita hanya bersemangat melayani ketika pelayanan itu menyenangkan bagi kita, berarti kita bukanlah seorang pelayan sejati.  Apalagi jika tujuan pelayanan kita adalah untuk mencari nama, pujian atau mendapatkan penghargaan dari orang lain.  Di setiap pelayanan nama Yesus haruslah tetap kita kedepankan!  Jangan sampai nama pribadi dan segala atributnya yang kita gembar-gemborkan.  Banyak yang berpikir:  semakin populer nama hamba Tuhan, ia akan semakin laris di pasaran, berarti pula 'tarifnya' akan semakin tinggi.  Bukankah fenomena semacam ini kian marak?  Mari kita melayani Tuhan dengan motivasi yang benar, jangan mencari hormat dan pujian dari manusia.  Tuhan itu tidak pernah tertidur dan terlelap, Dia senantiasa memperhatikan dan menyediakan upah untuk setiap jerih lelah kita bagi Dia.

Selama melayani Tuhan bisakah kita berkata, "Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapapun juga."  Kisah 20:33

Saturday, October 9, 2010

MENGANDALKAN NAMA TUHAN DALAM SEGALA HAL

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Oktober 2010 -

Baca: 1 Samuel 17:40-58

"Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu." 1 Samuel 17:45

Di era serbamodern ini tidak mudah orang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.  Kebanyakan orang cenderung bersandar pada kekuatan, kemampuan, kesuksesan atau perkara-perkara yang dimilikinya.  Contoh:  mengandalkan keahlian dan ijazah bagi mereka yang ingin sukses dalam karir atau pekerjaan sudah menjadi 'harga mati', tak bisa ditawar lagi.  Bagi para pebisnis, yang menjadi tumpuan harapannya adalah besar/kecilnya modal yang ia miliki sehingga Tuhan atau perkara rohani tidak lagi masuk prioritas dalam hidupnya.  Bukankah demikian?

     Namun, orang yang bersandar pada Tuhan melakukan segala sesuatu dengan nama Tuhan yaitu Tuhan Yesus Kristus, karena nama itu mempunyai kekuatan dan kuasa yang tak terbatas.  Hal ini tertulis dalam Alkitab:  "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang:  Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang kekal, Raja Damai."  (Yesaya 9:5).  Jika kita menyerukan nama Tuhan Yesus, kita sedang menyerukan nama Allah yang Perkasa.

     Dengan kekuatan dan selengkap senjata perangnya Goliat merasa yakin bahwa ia akan dengan mudah membunuh Daud.  Secara teori dan logika manusia Goliat pasti akan menang.  Perhatikan apa yang dilakukan Daud:  "...aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu."   (1 Samuel 17:45).  Nama Tuhan itulah yang membawa keselamatan dan kemenangan sehingga Goliat pun mati terbunuh.  Daud tahu bahwa nama Tuhanlah yang membawa kemenangan.  Oleh karenanya di tetap merendah ketika Saul menanyakan soal dirinya,  " 'Anak siapakah engkau, ya orang muda?'  Jawab Daud: 'Anak hamba tuanku, Isai, orang Betlehem itu.' "  (1 Samuel 17:58).  Daud tetap mengakui bahwa ia adalah anak hamba Saul.  Jadi, jangan sekali-kali bersandar pada keberadaan kita.  Dalam segala perkara cukuplah kita membawa nama Tuhan Yesus, di mana pun berada.

Mari berkata, "Ya, Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan."  (2 Samuel 22:2-3)