Thursday, October 7, 2010

SUASANA SORGA DI BUMI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Oktober 2010 -

Baca: Ulangan 7:12-26

"Dan akan terjadi, karena kamu mendengarkan peraturan-peraturan itu serta melakukannya dengan setia, maka terhadap engkau Tuhan, Allahmu, akan memegang perjanjian dan kasih setiaNya yang diikrarkanNya dengan sumpah kepada nenek moyangmu."  Ulangan 7:12

Kita hidup di dunia ini bukan tanpa tujuan, bukan untuk berfoya-foya menuruti kehendak sendiri, melainkan harus hidup seturut kehendak Tuhan yang adalah Pencipta kita.  Harus kita ketahui bahwa cara hidup kita selama di dunia ini akan menentukan nasib kita di alam baka kelak, di mana hanya ada dua tempat di sana yaitu istana Raja atau penjara, sorga atau neraka.  Dan jalan menuju ke dua tempat itu sudah dirintis di dunia ini, kita tinggal menentukan pilihan.  Untuk mencapai sorga haruslah melalui pertobatan, sebab bila waktu atau kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita telah berakhir, semuanya sudah terlambat dan tak dapat diubah lagi.

     Sesungguhnya suasana sorga dapat kita rasakan meski kita masih berada di bumi asal kita mau menaati semua perintah Tuhan, sebagaimana Tuhan berjanji kepada umat Israel, bila mereka taat semua perintahNya, mereka akan mengalami hidup seperti di sorga:  tidak ada kemandulan, hasil bumi diberkati, penyakit dijauhkan dan lain-lain.  Sebaliknya bila mereka melanggar perintahNya, maka kutuk, kesulitan dan sebagainya akan menimpa mereka.  Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel adalah hamba-hambaNya (budak) Allah.  Dikatakan:  "...mereka itu hamba-hambaKu yang Kubawa keluar dari tanah Mesir, janganlah mereka itu dijual, secara orang menjual budak."  (Imamat 25:42).  Tetapi dalam Perjanjian Baru Allah menyebut kita sebagai anak-anaknya:  "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah."  (1 Yohanes 3:1a).

     Kalau dahulu di zaman Perjanjian Lama saja kehidupan hamba-hambaNya dikehendaki seperti kehidupan sorga di bumi, apalagi anak-anakNya dalam Perjanjian Baru, masakan dikehendakiNya hidup yang lebih buruk? Namun, dapatkan kita juga menikmati hari-hari seperti sorga di bumi?  Tentu!  Tapi semua itu tergantung dari sikap kita sendiri dan kitalah yang menentukan pilihan itu:  berkat atau kutuk (baca Ulangan 11:26-28).

Namun karena kekerasan hati, manusia lebih senang menuruti kehendaknya sendiri daripada taat kepada firman Tuhan, walau untuk itu mereka harus mengalami banyak penderitaan.

Wednesday, October 6, 2010

MARI BERPERKARA DENGAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Oktober 2010 -

Baca: Yesaya 1:10-20

"Marilah, baiklah kita berperkara! - firman Tuhan - Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  Yesaya 1:18

Ketika doa-doa yang mereka panjatkan belum juga terjawab, banyak orang beranggapan bahwa Tuhan itu tidak ada atau Tuhan itu tidak adil.

     Sesungguhnya hal utama yang harus kita lakukan adalah memeriksa diri terlebih dahulu, masalah apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup kita.  Kita mengira bahwa dengan memberikan persembahan yang banyak atau uang jutaan untuk gereja, hati Tuhan sudah disenangkan.  Mari perhatikan ini:  korban yang dipersembahkan kepada Tuhan jika tidak disertai dengan pertobatan hidup yang merupakan kekejian bagi Tuhan.  Tuhan berkata kepada bangsa Israel, "Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagiKu."  (Yesus 1:13a).  Bahkan Tuhan berkata, "Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah."  (Yesaya 1:15).  Yang dimaksud tangan penuh dengan darah bukan semata-mata pembunuhan secara fisik, tapi juga penganiayaan rohani terhadap orang lain seperti gosip, fitnah, iri hati dan perbuatan-perbuatan jahat lainnya.  Dan satu-satunya cara membuat Tuhan mau mendengar dan memperhatikan doa-doa kita adalah kita harus berhenti berbuat dosa dan bertobat bersungguh-sugguh.  Ia berkata, "Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mataKu.  Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!"  (Yesaya 1:16-17).

     Jika kita bertobat dengan sungguh-sungguh, doa kita akan diampuni!  Seperti dikatakanNya, "Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu."  (Yesaya 43:25).  Karena Dia sudah mengampuni dosa kita, Dia menghendaki ada tindakan nyata kita, "Ingatkanlah Aku, marilah kita berperkara, kemukakanlah segala sesuatu, supaya engkau nyata benar!"  (Yesaya 43:26).

Janji Tuhan itu ya dan amin, "Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu."  (Yesaya 1:19).