Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Oktober 2010 -
Baca: Matius 26:36-46
"Lalu Ia berkata kepada murid-muridNya: 'Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.' " Matius 26:36b.
Saudara ingin menjadi seorang Kristen yang diberkati? Sukses? Mengalami lawatan Tuhan dan dipakai olehNya? Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah berdoa. Kecerdasan dan keahlian yang kita miliki belumlah cukup, harus disertai pula dengan doa. Doa itu nafas hidup orang percaya! Tanpa doa, kita tidak akan mengalami terobosan dalam hidup ini. Jadi, jangan kita meremehkan atau menganggap sepele doa karena dalam doa terkandung kuasa yang dahsyat! Alkitab menulis: "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b).
Ada hal-hal penting yang harus kita perhatikan dalam berdoa: Pertama. Kita harus memiliki tempat yang khusus untuk berdoa (Matius 26:36a). Tertulis: "Maka sampailah Yesus bersama murid-muridNya ke suatu tempat yang bernama Getsemani." Ketika kita datang berdoa kepada Tuhan, usahakanlah memilih suatu tempat yang khusus, baik itu di rumah, ruangan pribadi, di menara doa atau gereja, karena ruangan yang biasa kita pakai untuk berdoa terus-menerus dan telah kita doakan secara khusus akan menjadi tempat perjanjian kita untuk bertemu dengan Tuhan secara pribadi setiap hari. Namun bukan berarti kita tidak bisa berdoa di sembarang tempat, tetapi alangkah baiknya jika ada tempat khusus dan waktu khusus yang kita sediakan secara rutin untuk bersaat teduh dengan Tuhan setiap hari.
Kedua. Kita harus berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan. Saat kita berdoa untuk suatu permohonan, kita harus tahu apa kehendak Tuhan bagi permohonan yang kita doakan itu. Seringkali kita berdoa menurut kehendak dan keinginan diri kita sendiri, serta untuk memuaskan nafsu kita, seperti dikatakan: "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3); doa semacam ini tidaklah akan dijawab oleh Tuhan. Atau kita berdoa, tapi kita melakukannya dengan asal-asalan atau tidak sungguh-sungguh. Mari kita belajar dari Tuhan Yesus yang senantiasa bersungguh hati saat berdoa, "HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya." (Matius 26:38a). Apa yang dikatakan Tuhan Yesus ini menggambarkan suatu pergumulan yang begitu berat. Karena itu Yesus berdoa dengan penyerahan total, bahkan sampai berkeringat darah. (Berlanjut)
Sunday, October 3, 2010
Saturday, October 2, 2010
BANGUNAN KUAT: Hal Merespons Firman
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Oktober 2010 -
Baca: Lukas 6:46-49
"...Orang yang menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyangkan, karena rumah itu kokoh dibangun." Lukas 6:48
Setelah kita memiliki fondasi yang kuat dan kokoh yaitu Tuhan Yesus Kristus, maka selanjutnya kita perlu belajar membangun iman kita dengan sungguh di atas fondasi itu. Mengapa kita harus membangun iman kita? Karena perjalanan hidup orang percaya tidak selamanya mulus, terbebas dari ujian, masalah atau penderitaan; terkadang ada angin, banjir dan juga badai.
Bagaimana cara membangun iman kita? Dikatakan: "Setiap orang yang datang kepadaKu dan mendengarkan perkataanKu serta melakukannya - ..." (ayat 47). Jadi kita harus menyukai firman, seperti yang dilakukan Daud: "aku suka melakukan kehendakMu, ya Allahku; TauratMu ada dalam dadaku." (Mazmur 40:9). Dengan mendengar, mempelajari, merenungkan dan melakukan atau mempraktekkan firman setiap hari, kita bukan saja memiliki dasar yang kokoh, namun 'bangunan' kehidupan rohani kita juga akan tahan dan tidak tergoyahkan meski ada badai yang menyerang.
Semakin kita rindu mengenal Tuhan Yesus, akan semakin tekun pula kita mempelajari firman Tuhan. Respons atau tanggapan kita terhadap firmanNya akan menentukan pengenalan kita terhadap kuasa firman itu. Jika kita sudah membaca firman Tuhan bekali-kali namun kita tetap saja belum mengalami kuasa firman itu bukanlah berarti bahwa firman tersebut tidak ada kuasanya. Yang penting diperhatikan adalah: sudah benarkah respons kita terhadap firman itu? Ada tertulis: "...buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:21-22).
Bila respons kita benar, maka akan ada satu tindakan nyata dalam hidup kita yaitu kita akan membuang segala sesuatu yang kotor dan meninggalkan kejahatan, lalu menerima firman itu dengan lemah lembut, berarti kita tunduk.
Kehidupan rohani kita akan kuat bila respons dan sikap hati kita terhadap firman, benar!
Baca: Lukas 6:46-49
"...Orang yang menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyangkan, karena rumah itu kokoh dibangun." Lukas 6:48
Setelah kita memiliki fondasi yang kuat dan kokoh yaitu Tuhan Yesus Kristus, maka selanjutnya kita perlu belajar membangun iman kita dengan sungguh di atas fondasi itu. Mengapa kita harus membangun iman kita? Karena perjalanan hidup orang percaya tidak selamanya mulus, terbebas dari ujian, masalah atau penderitaan; terkadang ada angin, banjir dan juga badai.
Bagaimana cara membangun iman kita? Dikatakan: "Setiap orang yang datang kepadaKu dan mendengarkan perkataanKu serta melakukannya - ..." (ayat 47). Jadi kita harus menyukai firman, seperti yang dilakukan Daud: "aku suka melakukan kehendakMu, ya Allahku; TauratMu ada dalam dadaku." (Mazmur 40:9). Dengan mendengar, mempelajari, merenungkan dan melakukan atau mempraktekkan firman setiap hari, kita bukan saja memiliki dasar yang kokoh, namun 'bangunan' kehidupan rohani kita juga akan tahan dan tidak tergoyahkan meski ada badai yang menyerang.
Semakin kita rindu mengenal Tuhan Yesus, akan semakin tekun pula kita mempelajari firman Tuhan. Respons atau tanggapan kita terhadap firmanNya akan menentukan pengenalan kita terhadap kuasa firman itu. Jika kita sudah membaca firman Tuhan bekali-kali namun kita tetap saja belum mengalami kuasa firman itu bukanlah berarti bahwa firman tersebut tidak ada kuasanya. Yang penting diperhatikan adalah: sudah benarkah respons kita terhadap firman itu? Ada tertulis: "...buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:21-22).
Bila respons kita benar, maka akan ada satu tindakan nyata dalam hidup kita yaitu kita akan membuang segala sesuatu yang kotor dan meninggalkan kejahatan, lalu menerima firman itu dengan lemah lembut, berarti kita tunduk.
Kehidupan rohani kita akan kuat bila respons dan sikap hati kita terhadap firman, benar!
Subscribe to:
Posts (Atom)