Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Oktober 2010 -
Baca: Lukas 6:46-49
"...Orang yang menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyangkan, karena rumah itu kokoh dibangun." Lukas 6:48
Setelah kita memiliki fondasi yang kuat dan kokoh yaitu Tuhan Yesus Kristus, maka selanjutnya kita perlu belajar membangun iman kita dengan sungguh di atas fondasi itu. Mengapa kita harus membangun iman kita? Karena perjalanan hidup orang percaya tidak selamanya mulus, terbebas dari ujian, masalah atau penderitaan; terkadang ada angin, banjir dan juga badai.
Bagaimana cara membangun iman kita? Dikatakan: "Setiap orang yang datang kepadaKu dan mendengarkan perkataanKu serta melakukannya - ..." (ayat 47). Jadi kita harus menyukai firman, seperti yang dilakukan Daud: "aku suka melakukan kehendakMu, ya Allahku; TauratMu ada dalam dadaku." (Mazmur 40:9). Dengan mendengar, mempelajari, merenungkan dan melakukan atau mempraktekkan firman setiap hari, kita bukan saja memiliki dasar yang kokoh, namun 'bangunan' kehidupan rohani kita juga akan tahan dan tidak tergoyahkan meski ada badai yang menyerang.
Semakin kita rindu mengenal Tuhan Yesus, akan semakin tekun pula kita mempelajari firman Tuhan. Respons atau tanggapan kita terhadap firmanNya akan menentukan pengenalan kita terhadap kuasa firman itu. Jika kita sudah membaca firman Tuhan bekali-kali namun kita tetap saja belum mengalami kuasa firman itu bukanlah berarti bahwa firman tersebut tidak ada kuasanya. Yang penting diperhatikan adalah: sudah benarkah respons kita terhadap firman itu? Ada tertulis: "...buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri." (Yakobus 1:21-22).
Bila respons kita benar, maka akan ada satu tindakan nyata dalam hidup kita yaitu kita akan membuang segala sesuatu yang kotor dan meninggalkan kejahatan, lalu menerima firman itu dengan lemah lembut, berarti kita tunduk.
Kehidupan rohani kita akan kuat bila respons dan sikap hati kita terhadap firman, benar!
Saturday, October 2, 2010
Friday, October 1, 2010
YESUS KRISTUS: Fondasi Hidup Orang Percaya
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Oktober 2010 -
Baca: Mazmur 11:1-7
"Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?" Mazmur 11:3
Negara Jepang adalah salah satu negara yang rentan bencana gempa. Kita tahu apabila terjadi bencana gempa yang dahsyat ribuan bahkan jutaan manusia menjadi korban. Akibat bencana itu gedung-gedung roboh dan hancur, rata dengan tanah. Oleh karena itu para ahli beusaha bagaimana bisa membangun sebuah gedung yang antigempa, minimal tahan gempa; tidak hanya di Jepang tapi di negara-negara yang lain pun demikian. Pastinya mereka akan membuat fondasi yang kuat terlebih dahulu supaya bangunan yang hendak didirikan di atasnya juga kuat berdiri. Jadi, hal terpenting dari suatu bangunan adalah fondasinya. Kualitas fondasi sebuah bangunan menentukan seberapa kokoh, serta setinggi apa bangunan bisa dibangun di atasnya.
Kehidupan orang percaya juga diumpamakan seperti sebuah bangunan, yang juga sangat ditentukan oleh kualitas 'fondasi' yang ada. Apakah yang menjadi fondasi hidup orang percaya? Alkitab jelas menetapkan bahwa fondasi hidup orang percaya adalah Tuhan Yesus sendiri: "Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus." (1 Korintus 3:11). Jadi, yang menjadi fondasi kita bukanlah kartu keanggotaan kita di gereja tertentu, jam terbang pelayanan kita atau jabatan kita di gereja, tetapi hanya Pribadi Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berkata kepada Petrus, "...Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Matius 16:18-19). Di sini Tuhan Yesus sedang berbicara tentang gerejaNya.
Gereja yang 'sejati' tidak dibangun di atas pribadi Petrus, sebagai gambaran tentang keadaan manusia yang mudah goyah dan rapuh seperti kerikil kecil. Apabila gereja Tuhan dibangun di atas pribadi manusia (Petrus), maka gereja akan menjadi mudah rapuh dan tidak bisa berdiri dengan kokoh. Ini bisa terlihat dari kehidupan Petrus sendiri yang mudah goyah, bahkan pernah menyangkal Tuhan Yesus sebanyak 3 kali. Jadi, satu-satunya fondasi yang kuat dan kokoh bagi kehidupan orang percaya adalah batu karang Yesus Kristus.
Sebesar apa pun badai menerpa, gerejaNya akan tetap kokoh di atas fondasi Yesus Kristus!
Baca: Mazmur 11:1-7
"Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?" Mazmur 11:3
Negara Jepang adalah salah satu negara yang rentan bencana gempa. Kita tahu apabila terjadi bencana gempa yang dahsyat ribuan bahkan jutaan manusia menjadi korban. Akibat bencana itu gedung-gedung roboh dan hancur, rata dengan tanah. Oleh karena itu para ahli beusaha bagaimana bisa membangun sebuah gedung yang antigempa, minimal tahan gempa; tidak hanya di Jepang tapi di negara-negara yang lain pun demikian. Pastinya mereka akan membuat fondasi yang kuat terlebih dahulu supaya bangunan yang hendak didirikan di atasnya juga kuat berdiri. Jadi, hal terpenting dari suatu bangunan adalah fondasinya. Kualitas fondasi sebuah bangunan menentukan seberapa kokoh, serta setinggi apa bangunan bisa dibangun di atasnya.
Kehidupan orang percaya juga diumpamakan seperti sebuah bangunan, yang juga sangat ditentukan oleh kualitas 'fondasi' yang ada. Apakah yang menjadi fondasi hidup orang percaya? Alkitab jelas menetapkan bahwa fondasi hidup orang percaya adalah Tuhan Yesus sendiri: "Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus." (1 Korintus 3:11). Jadi, yang menjadi fondasi kita bukanlah kartu keanggotaan kita di gereja tertentu, jam terbang pelayanan kita atau jabatan kita di gereja, tetapi hanya Pribadi Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berkata kepada Petrus, "...Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Matius 16:18-19). Di sini Tuhan Yesus sedang berbicara tentang gerejaNya.
Gereja yang 'sejati' tidak dibangun di atas pribadi Petrus, sebagai gambaran tentang keadaan manusia yang mudah goyah dan rapuh seperti kerikil kecil. Apabila gereja Tuhan dibangun di atas pribadi manusia (Petrus), maka gereja akan menjadi mudah rapuh dan tidak bisa berdiri dengan kokoh. Ini bisa terlihat dari kehidupan Petrus sendiri yang mudah goyah, bahkan pernah menyangkal Tuhan Yesus sebanyak 3 kali. Jadi, satu-satunya fondasi yang kuat dan kokoh bagi kehidupan orang percaya adalah batu karang Yesus Kristus.
Sebesar apa pun badai menerpa, gerejaNya akan tetap kokoh di atas fondasi Yesus Kristus!
Subscribe to:
Posts (Atom)