Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 September 2010 -
Baca: Ayub 3:1-26
"Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku." Ayub 3:25
Bangsa Israel tidak mengarahkan pandangannya ke depan di mana Tuhan sudah menyediakan suatu kehidupan yang berpengharapan di Kanaan, "...suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,..." (Keluaran 3:8). Sebaliknya, pikiran mereka terus menoleh ke belakang Mesir. Masa lalu di Mesir terus menghantui hati dan pikiran mereka. Mental sebagai budak tetap melekat di benak mereka, padahal mereka sudah dipilih Tuhan sebagai anak-anakNya, umat pilihanNya dan juga kesayanganNya sendiri! Hal ini bisa terlihat, di mana di sepanjang perjalanan menuju Tanah Perjanjian mereka tak pernah berhenti mengeluh, bersungut-sungut, kuatir, cemas, bahkan terus membanding-bandingkan hidup mereka saat berada di Mesir. Keluh mereka, "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan Tuhan ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (Keluaran 16:3).
Sesungguhnya, kegagalan mereka mencapai Tanah Perjanjian bukanlah masalah fisik, tetapi masalah mental, masalah alam berpikir mereka yang belum diperbaharui. Karena itu jangan pernah menganggap remeh apa yang kita pikirkan, karena hal itu akan berdampak pada tindakan. Alam pikiran kita acapkali membawa kita pada kenyataan seperti yang kita pikirkan, baik itu berkat atau kutuk. Salomo berkata, "Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia." (Amsal 23:7a). Tuhan tidak pernah merancangkan kegagalan dalam kehidupan kita, sebaliknya "...rancangan damai sejahtera... untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11).
Stop mengeluh, bersungut-sungut dan juga kuatir! Buang itu semua dari pikiran kita! Hal-hal itu hanya akan merugikan diri kita sendiri dan juga menjadi penghambat kemajuan kita, bahkan keadaan kita justru akan semakin buruk. Mari kita tinggalkan kegagalan, luka dan apa saja di masa lalu yang membuat kita gagal!
Karena di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru, maka "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18). Haleluya!
Wednesday, September 29, 2010
Tuesday, September 28, 2010
JANGAN TERBELENGGU MASA LALU (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 September 2010 -
Baca: Lukas 9:57-62
"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Lukas 9:62
Di bawah kepemimpinan Musa bangsa Israel keluar dari perbudakannya di Mesir. Pada suatu ketika Tuhan membawa mereka melewati Laut Teberau. Dengan kuasaNya yang ajaib Tuhan membelah laut itu menjadi tanah kering sehingga seluruh orang Israel "...berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka." (Keluaran 14:22). Dan setelah mereka berhasil melewatinya dan sampai ke seberang, laut itu pun menutup kembali, "Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut." (Keluaran 14:30b). Dengan demikian bangsa Israel tidak pernah memiliki jalan untuk kembali lagi ke Mesir.
Melalui peristiwa ini ada makna rohani terkandung: Tuhan ingin seluruh umat Israel menutup lembaran hidup mereka di Mesir serta melupakannya. Sayang, bayangan dan kenangan Mesir tetap melekat dalam hati dan pikiran mereka. Memang secara fisik (kasat mata) mereka tidak dapat kembali lagi ke Mesir; namun dalam hal roh dan pikiran, mreka tidak bersedia menutup pintu kehidupan masa lalu mereka di Mesir. Mereka tidak melepaskan bayangan masa lalu dan tetap bermental seorang budak. Akhirnya mereka tidak pernah mencapai garis akhir, dan hampir semua orang yang keluar dari Mesir akhirnya mati di padang gurun sebelum mencapai Kanaan. Untuk dapat menikmati Kanaan mereka harus bersedia melepaskan jubah seorang budak dan mau mengenakan jubah seorang anak-anak Allah, mengubah pola pikir kita dari status sebagai 'budak' menjadi seorang 'anak'. "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru: 'ya Abba, ya Bapa!' Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Galatia 4:6-7).
Oleh karena itu Tuhan Yesus berkata, " Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang tidak layak untuk Kerajaan Allah." Kita harus mengarahkan pandangan ke depan dan jangan pernah menoleh ke belakang. Sampai saat ini masih banyak orang Kristen yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu. Mereka tidak mau menutup lembaran masa lalunya sehingga masa lalu itu terus mengejar dan menghantuinya setiap saat. (Bersambung)
Baca: Lukas 9:57-62
"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." Lukas 9:62
Di bawah kepemimpinan Musa bangsa Israel keluar dari perbudakannya di Mesir. Pada suatu ketika Tuhan membawa mereka melewati Laut Teberau. Dengan kuasaNya yang ajaib Tuhan membelah laut itu menjadi tanah kering sehingga seluruh orang Israel "...berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka." (Keluaran 14:22). Dan setelah mereka berhasil melewatinya dan sampai ke seberang, laut itu pun menutup kembali, "Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut." (Keluaran 14:30b). Dengan demikian bangsa Israel tidak pernah memiliki jalan untuk kembali lagi ke Mesir.
Melalui peristiwa ini ada makna rohani terkandung: Tuhan ingin seluruh umat Israel menutup lembaran hidup mereka di Mesir serta melupakannya. Sayang, bayangan dan kenangan Mesir tetap melekat dalam hati dan pikiran mereka. Memang secara fisik (kasat mata) mereka tidak dapat kembali lagi ke Mesir; namun dalam hal roh dan pikiran, mreka tidak bersedia menutup pintu kehidupan masa lalu mereka di Mesir. Mereka tidak melepaskan bayangan masa lalu dan tetap bermental seorang budak. Akhirnya mereka tidak pernah mencapai garis akhir, dan hampir semua orang yang keluar dari Mesir akhirnya mati di padang gurun sebelum mencapai Kanaan. Untuk dapat menikmati Kanaan mereka harus bersedia melepaskan jubah seorang budak dan mau mengenakan jubah seorang anak-anak Allah, mengubah pola pikir kita dari status sebagai 'budak' menjadi seorang 'anak'. "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru: 'ya Abba, ya Bapa!' Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah." (Galatia 4:6-7).
Oleh karena itu Tuhan Yesus berkata, " Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang tidak layak untuk Kerajaan Allah." Kita harus mengarahkan pandangan ke depan dan jangan pernah menoleh ke belakang. Sampai saat ini masih banyak orang Kristen yang hidup dengan bayang-bayang masa lalu. Mereka tidak mau menutup lembaran masa lalunya sehingga masa lalu itu terus mengejar dan menghantuinya setiap saat. (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)