Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 September 2010 -
Baca: Maleakhi 3:13-18
"Bicaramu kurang ajar tentang Aku, firman Tuhan." Maleakhi 3:13a
Banyak orang beranggapan bahwa apa pun yang kita lakukan secara sembunyi-sembunyi, tidak diketahui Tuhan. Namun Alkitab jelas menyatakan: "...tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepadaNya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13).
Dalam kitab Maleakhi ini ditunjukkan kepada kita bahwa Tuhan mendata secara detil semua cara yang dilakukan umatNya untuk menolak kasih yang telah Allah berikan, dengan ketidaktaatan mereka. Manusia seringkali tidak menyadari akan pertolongan dan bimbingan Tuhan dalam hidupnya. Mereka menganggap bahwa semua yang telah mereka capai selama ini adalah buah dari kerja kerasnya sendiri, tanpa embel-embel. Namun, pada saat manusia mengalami kesulitan atau kegagalan, mereka mulai mengkambinghitamkan Tuhan dan menganggap bahwa Tuhan tidak peduli terhadap dirinya. Bangsa Israel, yang adalah bangsa pilihan Tuhan dan umat kesayanganNya sendiri, justru menanggapi apa yang Tuhan telah berikan dan nyatakan sebagai kasihNya terhadap bangsa itu dengan meragukan kesungguhan hati Tuhan. Ketika Tuhan meminta supaya bangsa itu kembali kepadaNya dan mau bertobat dari jalannya yang sesat dan kurang percaya itu, agar mereka kembali menerima apa yang baik dari Tuhan, mereka malah balik bertanya dan menantang Tuhan dengan berkata, "Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?" (Maleakhi 3:7b). Kita pun seringkali bersikap demikian, setengah hati dalam iman. Tampaknya kita begitu mengasihi Tuhan dan melayani Dia, padahal sesungguhnya kita sedang mengasihi dan melayani diri sendiri atau ego kita. Kita melakukan segala sesuatu bukan untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, tetapi mencari nama dan hormat untuk diri kita sendiri.
Saat ini Tuhan sedang mencari orang-orang yang menghormati namaNya (ayat 16) yaitu orang-orang yang takut akan Dia, bukan orang yang suka membantah kehendak Tuhan, orang-orang yang mau berbicara kepada yang lain tentang perbuatanNya yang besar. Merekalah yang akan menjadi milik kesayangan Tuhan (ayat 17).
Apakah kita termasuk di dalamnya? Ataukah kita seperti bangsa Israel yang tidak menghormati Tuhan?
Saturday, September 25, 2010
Friday, September 24, 2010
KETEKUNAN: Kunci Mendapatkan Hasil
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 September 2010 -
Baca: Lukas 8:4-15
"Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan." Lukas 8:15
Suatu ketika seorang mahasiswa pertanian mencoba untuk mempraktekkan ilmu yang ia dapatkan. Mulailah ia menanam biji tanaman buncis rambat di pekarangan rumahnya. Dari hari ke sehari ia dengan tekun merawat dan memperhatikan tanaman buncis tersebut. Saat kelelahan menerpa, dan sambil beristirahat, ia mengamat-amati biji yang ia tabur itu dengan seksama. Dengan sedikit kecewa ia berguman dalam hati, mengapa biji buncis yang ia tanam belum juga menampakkan tanda adanya kehidupan. Pikirnya, apa yang ia lakukan itu tidak sesuai dengan teori yang selama ini dipelajarinya. Adalah manusiawi sekali bila kita akan merasa cepat lelah dan gampang putus asa dalam hal menanti suatu hasil. Kita menghendaki segala sesuatunya serba cepat; sekarang menanam, kalau bisa besoknya dapat kita tuai hasilnya.
Demikian juga di dalam menggantungkan harapan kepada Tuhan, seringkali kita mempertanyakan kebijaksanaan Tuhan dan beragumen dengan Dia, bahwa kita sudah melakukan apa yang baik, apa yang Tuhan mau; tetapi mengapa Tuhan seolah-olah tidak peduli? Di saat itulah timbul rasa iri dalam diri kita: apa bedanya orang yang benar dan orang fasik di hadapan Tuhan? Ketahuilah bahwa Tuhan tidak mungkin dan tidak pernah menyesatkan umatNya, "dari segala yang baik, yang telah dijanjikanNya... tidak ada satupun yang tidak dipenuhi." (1 Raja-Raja 8:56b). Contoh: akan halnya perjalanan bangsa Israel Tuhan tidak pernah gagal dalam setiap rencanaNya. Dengan bergantung kepada Tuhan dalam setiap ketidakmampuan bangsa Israel, Tuhan senantiasa memberi kemampuan supaya mereka dapat masuk ke negeri perjanjian (Kanaan). Oleh karena itu mari kita melakukan segala sesuatu untuk Tuhan dengan tulus dan penuh kesabaran. Tuhan menanti kesungguhan iman kita.
Perumpamaan bacaan di atas mengajarkan bagaimana benih firman Tuhan itu akan menghasilkan tuaian jika di tanam di tanah yang baik. Namun, sebuah benih hanya akan memberi hasil jika tanah tempat di mana ia tabur itu mau menerimanya. Jadi, yakinlah bahwa setiap firman yang keluar tidak akan kembali dengan sia-sia, artinya: pasti menghasilkan.
"Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." Ibrani 10:36
Baca: Lukas 8:4-15
"Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan." Lukas 8:15
Suatu ketika seorang mahasiswa pertanian mencoba untuk mempraktekkan ilmu yang ia dapatkan. Mulailah ia menanam biji tanaman buncis rambat di pekarangan rumahnya. Dari hari ke sehari ia dengan tekun merawat dan memperhatikan tanaman buncis tersebut. Saat kelelahan menerpa, dan sambil beristirahat, ia mengamat-amati biji yang ia tabur itu dengan seksama. Dengan sedikit kecewa ia berguman dalam hati, mengapa biji buncis yang ia tanam belum juga menampakkan tanda adanya kehidupan. Pikirnya, apa yang ia lakukan itu tidak sesuai dengan teori yang selama ini dipelajarinya. Adalah manusiawi sekali bila kita akan merasa cepat lelah dan gampang putus asa dalam hal menanti suatu hasil. Kita menghendaki segala sesuatunya serba cepat; sekarang menanam, kalau bisa besoknya dapat kita tuai hasilnya.
Demikian juga di dalam menggantungkan harapan kepada Tuhan, seringkali kita mempertanyakan kebijaksanaan Tuhan dan beragumen dengan Dia, bahwa kita sudah melakukan apa yang baik, apa yang Tuhan mau; tetapi mengapa Tuhan seolah-olah tidak peduli? Di saat itulah timbul rasa iri dalam diri kita: apa bedanya orang yang benar dan orang fasik di hadapan Tuhan? Ketahuilah bahwa Tuhan tidak mungkin dan tidak pernah menyesatkan umatNya, "dari segala yang baik, yang telah dijanjikanNya... tidak ada satupun yang tidak dipenuhi." (1 Raja-Raja 8:56b). Contoh: akan halnya perjalanan bangsa Israel Tuhan tidak pernah gagal dalam setiap rencanaNya. Dengan bergantung kepada Tuhan dalam setiap ketidakmampuan bangsa Israel, Tuhan senantiasa memberi kemampuan supaya mereka dapat masuk ke negeri perjanjian (Kanaan). Oleh karena itu mari kita melakukan segala sesuatu untuk Tuhan dengan tulus dan penuh kesabaran. Tuhan menanti kesungguhan iman kita.
Perumpamaan bacaan di atas mengajarkan bagaimana benih firman Tuhan itu akan menghasilkan tuaian jika di tanam di tanah yang baik. Namun, sebuah benih hanya akan memberi hasil jika tanah tempat di mana ia tabur itu mau menerimanya. Jadi, yakinlah bahwa setiap firman yang keluar tidak akan kembali dengan sia-sia, artinya: pasti menghasilkan.
"Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." Ibrani 10:36
Subscribe to:
Posts (Atom)