Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 September 2010 -
Baca: Mazmur 103:1-22
"Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi." Mazmur 103:15-16
Jika kita merenungkan besarnya kasih Tuhan dalam hidup kita, sungguh sebenarnya kita ini tidak layak untuk menerimanya karena besarnya dosa yang telah kita perbuat dan seringnya kita memberontak dari jalan-jalanNya. Terlebih di saat kita sedang berjaya, sukses, segala sesuatu tersedia, seakan kita tidak butuh Tuhan sehingga kita pun sering lupa pada Si Sumber berkat tersebut.
Sesungguhnya di mata Tuhan kita ini tidak ubahnya seperti rumput yang sebentar tampak hijau dan indah, namun sebentar lagi akan layu dan kering. FirmanNya berkata, "Manusia sama seperti angin, hari-harinya seperti bayang-bayang yang lewat." (Mazmur 144:4). Kesuksesan dan kekayaan yang kita miliki di dunia ini hanyalah sementara, sebentar saja bisa lenyap. Apa yang bisa kita banggakan? Siapakah kita ini sehingga harus bermegah dalam kekuatan, kepandaian, dan kekayaan kita? Tuhan Yesus berkata, "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yohanes 15:5). Jadi, kita ini hanyalah ranting-ranting yang sangat bergantung pada pokok anggur. Ranting tidak dapat berbuah jika tidak tinggal pada pokok anggur itu. Oleh karenanya tidak patut bagi kita untuk menyombongkan diri dengan prestasi yang kita raih, harta yang berlimpah, gelar yang kita miliki, sebab semuanya tidak berarti apa-apa di pemandangan Tuhan, sebab "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati." (1 Samuel 16:7b). Hati yang tulus adalah tempat yang tepat untuk Roh Kudus tinggal, sebab dari situlah terpancar kehidupan. Jika kita dapat menjaga hati untuk tetap taat dan setia pada perintahNya, kita akan merasakan betapa tidak berartinya hidup ini tanpa Tuhan.
Kita harus sadar bahwa hidup kita ini sangat ditentukan oleh perkataan dan kuasa Tuhan semata; Dia yang meninggikan dan merendahkan juga. Jadi, di luar Dia, kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Karena itu jangan sekali-kali kita menyombongkan diri!
Monday, September 20, 2010
Sunday, September 19, 2010
MENJAGA KEMURNIAN HATI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 September 2010 -
Baca: Amsal 4:1-27
"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Amsal 4:23
Hati adalah pusat dari setiap hal yang kita rasakan, karena dari hati kita bisa merasakan suka dan duka, serta dari hati pula bisa timbul segala niat jahat. Inilah yang dialami Kain. Melihat korban persembahan Habel diterima oleh Tuhan, "...hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram." (Kejadian 4:5b). Sebelum kejahatan itu dilakukan, sesungguhnya Tuhan selalu mengingatkan kita untuk menjaga hati dari segala amarah, dendam, iri hati dan hal-hal jahat lainnya, agar kita tidak jatuh dalam dosa. Namun manusia seringkali menuruti hawa nafsunya dan tidak peduli dengan resiko yang akan dihadapinya. FirmanNya menasihatkan, "Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan." (Amsal 4:27). Ada akibat yang sangat mengerikan bila kita tetap hidup di dalam dosa, "Sebab upah dosa ialah maut;" (Roma 6:23a)
Bagaimana kita bisa menjaga hati agar tetap kudus dan benar di hadapan Tuhan? Ketahuilah bahwa tidak ada yang bisa mengubah karakter manusia selain Tuhan dan dorongan dari diri kita sendiri untuk mau dibentuk sesuai kehendak Tuhan. Hanya dengan pimpinan Roh Kuduslah kita dimampukan untuk tetap berdiri di atas kebenaran. Oleh karena itu bukalah hati dan undanglah Roh Kudus untuk menjadi 'Tuan' dalam kehidupan kita. Sebagai orang percaya kita harus mau dipimpin oleh Roh Kudus dalam langkah hidup kita agar kita tidak mudah jatuh dalam pencobaan, seperti tertulis: "...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging." (Galatia 5:16).
Merenungkan FirmanNya dan taat melakukannya adalah langkah awal penyerahan hati untuk dibentuk menjadi emas yang murni. Kita tidak akan tahu kemurnian hati kita kalau apa yang ada di dalam hati kita ini tidak diproses dan ditempa terlebih dulu. Tekanan itu mungkin datang dari hal-hal yang sebenarnya sepele, tapi tidak tahukah bahwa kita seringkali jatuh justru hanya karena kita tidak waspada dengan kerikil-kerikil kecil yang ada di depan kita. Tekanan itu mungkin menyakitkan, tapi itu adalah proses di mana Tuhan sedang membentuk dan memurnikan hati kita. Saat pemurnian ini bisakah kita berkata seperti Ayub, "...Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."? (Ayub 23:10).
Tuhan sangat mengasihi orang Kristen yang hatinya bersih!
Baca: Amsal 4:1-27
"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Amsal 4:23
Hati adalah pusat dari setiap hal yang kita rasakan, karena dari hati kita bisa merasakan suka dan duka, serta dari hati pula bisa timbul segala niat jahat. Inilah yang dialami Kain. Melihat korban persembahan Habel diterima oleh Tuhan, "...hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram." (Kejadian 4:5b). Sebelum kejahatan itu dilakukan, sesungguhnya Tuhan selalu mengingatkan kita untuk menjaga hati dari segala amarah, dendam, iri hati dan hal-hal jahat lainnya, agar kita tidak jatuh dalam dosa. Namun manusia seringkali menuruti hawa nafsunya dan tidak peduli dengan resiko yang akan dihadapinya. FirmanNya menasihatkan, "Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan." (Amsal 4:27). Ada akibat yang sangat mengerikan bila kita tetap hidup di dalam dosa, "Sebab upah dosa ialah maut;" (Roma 6:23a)
Bagaimana kita bisa menjaga hati agar tetap kudus dan benar di hadapan Tuhan? Ketahuilah bahwa tidak ada yang bisa mengubah karakter manusia selain Tuhan dan dorongan dari diri kita sendiri untuk mau dibentuk sesuai kehendak Tuhan. Hanya dengan pimpinan Roh Kuduslah kita dimampukan untuk tetap berdiri di atas kebenaran. Oleh karena itu bukalah hati dan undanglah Roh Kudus untuk menjadi 'Tuan' dalam kehidupan kita. Sebagai orang percaya kita harus mau dipimpin oleh Roh Kudus dalam langkah hidup kita agar kita tidak mudah jatuh dalam pencobaan, seperti tertulis: "...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging." (Galatia 5:16).
Merenungkan FirmanNya dan taat melakukannya adalah langkah awal penyerahan hati untuk dibentuk menjadi emas yang murni. Kita tidak akan tahu kemurnian hati kita kalau apa yang ada di dalam hati kita ini tidak diproses dan ditempa terlebih dulu. Tekanan itu mungkin datang dari hal-hal yang sebenarnya sepele, tapi tidak tahukah bahwa kita seringkali jatuh justru hanya karena kita tidak waspada dengan kerikil-kerikil kecil yang ada di depan kita. Tekanan itu mungkin menyakitkan, tapi itu adalah proses di mana Tuhan sedang membentuk dan memurnikan hati kita. Saat pemurnian ini bisakah kita berkata seperti Ayub, "...Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."? (Ayub 23:10).
Tuhan sangat mengasihi orang Kristen yang hatinya bersih!
Subscribe to:
Posts (Atom)