Sunday, September 19, 2010

MENJAGA KEMURNIAN HATI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 September 2010 -

Baca: Amsal 4:1-27

"Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."  Amsal 4:23

Hati adalah pusat dari setiap hal yang kita rasakan, karena dari hati kita bisa merasakan suka dan duka, serta dari hati pula bisa timbul segala niat jahat.  Inilah yang dialami Kain.  Melihat korban persembahan Habel diterima oleh Tuhan, "...hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram."  (Kejadian 4:5b).  Sebelum kejahatan itu dilakukan, sesungguhnya Tuhan selalu mengingatkan kita untuk menjaga hati dari segala amarah, dendam, iri hati dan hal-hal jahat lainnya, agar kita tidak jatuh dalam dosa. Namun manusia seringkali menuruti hawa nafsunya dan tidak peduli dengan resiko yang akan dihadapinya.  FirmanNya menasihatkan, "Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan."  (Amsal 4:27).  Ada akibat yang sangat mengerikan bila kita tetap hidup di dalam dosa, "Sebab upah dosa ialah maut;"  (Roma 6:23a)

     Bagaimana kita bisa menjaga hati agar tetap kudus dan benar di hadapan Tuhan?  Ketahuilah bahwa tidak ada yang bisa mengubah karakter manusia selain Tuhan dan dorongan dari diri kita sendiri untuk mau dibentuk sesuai kehendak Tuhan.  Hanya dengan pimpinan Roh Kuduslah kita dimampukan untuk tetap berdiri di atas kebenaran.  Oleh karena itu bukalah hati dan undanglah Roh Kudus untuk menjadi 'Tuan' dalam kehidupan kita.  Sebagai orang percaya kita harus mau dipimpin oleh Roh Kudus dalam langkah hidup kita agar kita tidak mudah jatuh dalam pencobaan, seperti tertulis: "...hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging."  (Galatia 5:16). 

     Merenungkan FirmanNya dan taat melakukannya adalah langkah awal penyerahan hati untuk dibentuk menjadi emas yang murni.  Kita tidak akan tahu kemurnian hati kita kalau apa yang ada di dalam hati kita ini tidak diproses dan ditempa terlebih dulu.  Tekanan itu mungkin datang dari hal-hal yang sebenarnya sepele, tapi tidak tahukah bahwa kita seringkali jatuh justru hanya karena kita tidak waspada dengan kerikil-kerikil kecil yang ada di depan kita.  Tekanan itu mungkin menyakitkan, tapi itu adalah proses di mana Tuhan sedang membentuk dan memurnikan hati kita.  Saat pemurnian ini bisakah kita berkata seperti Ayub, "...Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."?  (Ayub 23:10).

Tuhan sangat mengasihi orang Kristen yang hatinya bersih!

Saturday, September 18, 2010

LIBATKAN TUHAN DALAM SETIAP RENCANAMU

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 September 2010 -

Baca: Amsal 19:1-29

"Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."  Amsal 19:21

Sebelum kita melakukan segala sesuatu selalu ada seribu satu rencana dalam benak atau pikiran kita.  Langkah demi langkah kita atur begitu rupa agar hasil yang kita capai bisa maksimal dan tidak mengecewakan.  Untuk itulah setiap orang pasti membuat suatu rancangan terlebih dahulu sebelum ia mengambil keputusan, karena keputusan yang benar akan menentukan berhasil atau tidaknya mencapai target yang diharapkan.

     Namun perlu kita ketahui, seperti dikatakan dalam ayat nas di atas, "Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana."  Manusia boleh merancang segala sesuatu menurut keinginannya, namun kita harus selalu melibatkan Tuhan dalam setiap rencana kita karena apa yang kita rencanakan belum tentu sesuai dengan keinginan Tuhan, bisa jadi justru bertoalak belakang dengan apa yang Tuhan mau, sebab firmanNya berkata, "...rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanalah jalanKu,..."  (Yesaya 55:8).

     Bagaimana caranya supaya kita dapat mengerti rencana Tuhan dalam hidup kita, serta menyelaraskan rancangan kita dengan kehendak Tuhan?  Di dalam segala sesuatu kita harus bertanya pada Tuhan.  Dengan mendekatkan diri kepadaNya serta merenungkan firmanNya, Tuhan akan menunjukkan jalan yang terbaik bagi kita.  Namun tanpa sadar kita seringkali lebih menuruti jalan pikiran kita sendiri daripada menurut kehendak Tuhan;  kita merasa diri sudah mampu.  Namun jika pada akhirnya kita mengalami kegagalan, kita complain kepada Tuhan dan menyalahkanNya.  Tidak mengikutsertakan Tuhan dalam setiap rencana adalah awal kejatuhan seseorang karena hal itu menunjukkan bahwa dia merasa tidak memerlukan Tuhan.  Sebaliknya, bagi orang yang selalu mengandalkan Tuhan,  "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan tidak berhenti menghasilkan buah."  (Yeremia 17:8).

Keberhasilan seseorang sangat ditentukan bagaimana ia memiliki penyerahan diri kepada Tuhan dan tunduk pada kehendakNya, karena rancanganNya selalu yang terbaik!